Saat ini, pemerintah Irak sedang di ambang kehabisan biaya untuk membiayai perang melawan ISIS.
Di belakang garis depan di padang gurun Irak, di mana pasukan kepolisian provinsi Nineveh sedang berlatih untuk merebut kembali tanah mereka, mereka kekurangan satu hal, yaitu senjata.
"Kami sudah berkumpul di sini sejak jatuhnya Mosul. Kami sudah menunggu selama lima bulan namun kami belum mendapatkan senjata," kata Mayor Amman, berdiri di depan jajaran para pria berseragam biru.
Setelah mendapat kecaman karena buruknya kemampuan mereka saat ISIS menyapu wilayah barat dan utara Irak, kini militer negeri itu mulai mendapatkan dukungan.
Militer Irak dibantu milisi Syiah dan suku-suku Sunni, berhasil merebut kembali kota Ramadi sekaligus membuat ISIS mundur dari provinsi Anbar dan Salaheddin.
Bahkan, rencana penyerangan Mosul, kota terbesar kedua Irak yang diduduki ISIS sudah dimulai. Namun, di lapangan serangan itu jauh dari kenyataan.
Dua bulan terakhir, "musuh" baru menghampiri Irak yang jatuhnya harga minyak mentah di pasaran dunia.
Anjloknya harga minyak ini adalah akibat kenekatan Arab Saudi memulai perang harga dengan rival mereka di kawasan Timur Tengah, Iran dan Rusia.
Perang harga ini memberi dampak nyata terhadap Irak yaitu hilangnya penghasilan terbesar pemerintah Irak.
Sebanyak 90 persen pendapatan Irak adalah dari minyak mentah. Di saat harga minyak terus menurun hingga 40 dollar AS per barel, tentu saja pukulannya amat terasa bagi Irak.
"Tentu saja, itu berpengaruh terhadap semua aspek dalam pemerintahan Irak, dan yang pertama mengalami dampaknya adalah kementerian pertahanan," ujar Menteri Pertahanan Khaled al-Obeidy, kepada mingguan The Sunday Telegraph.
Keterangan ini disampaika Obeid usai melakukan kunjungan ke garis depan di kota Haditha, provinsi Anbar.
Di sana Obeid diterima pemerintah lokal yang mengeluhkan keterlambatan pengeriman uang dan persenjataan dari Baghdad.
Dampak kurangnya anggaran juga mempengaruhi perjalanan menteri Obeid. Dua kendaraan tempur Humvee dalam rombongan sang menteri kehabisan bahan bakar di tengah gurun pasir.
Sementara itu, panglima angkatan bersenjata Irak Letnan Jenderal Othman al-Ghanini memuji kemajuan yang dibuat angkatan darat.
"Kami akan berbicara kepada kementerian dalam negeri dan mencoba memberi mereka senjata. Gubernur mengindikasikan bahwa pengiriman dana macet. Namun, kami yakin kami bisa mengirim mereka uang," tambah Obeid.
Credit KOMPAS.com