Ini adalah kali pertama Australia memanggil pulang duta besarnya di sebuah negara terkait warganya yang dieksekusi mati karena kasus narkotika.
Salah satunya saat Nguyen Tuong Van (25) menjalani eksekusi hukuman mati di Singapura pada Desember 2005. Nguyen tertangkap di Bandara Changi, Singapura pada 2002 karena membawa 392,2 gram heroin dari Kamboja.
Jumlah heroin yang dibawa Nguyen 26 kali lebih banyak dibanding jumlah minimal dalam undang-undang Singapura. Sesuai undang-undang anti-narkoba Singapura, siapapun yang memiliki heroin minimal 15 gram diancam hukuman mati.
Setelah diadili, Nguyen dijatuhi hukuman mati pada 20 Maret 2004. Upaya banding yang dilakukan Nguyen ditolak Pengadilan Banding Singapura pada 20 Oktober 2004 dan menjalani eksekusi hukuman mati dengan cara digantung pada 2 Desember 2005.
Tepat di hari eksekusi Nguyen, di KTT APEC di Korea Selatan, PM Australia saat itu John Howard mengajukan permohonan terakhir untuk menyelamatkan nyawa Nguyen kepada PM Singapura Lee Hsien Loong, namun eksekusi tetap dilakukan.
Setelah eksekusi dilakukan, PM Howard mengatakan kecewa terhadap PM Singapura Lee Hsien Loong yang tidah memberikan informasi kepada dirinya terkait tanggal eksekusi Nguyen saat keduanya bertemu.
Menanggapi kekecewaan itu, Menlu Singapura George Yeo menyampaikan permintaan maaf pemerintah negeri itu kepada Menlu Australia Alexander Downer. Namun, Australia tak pernah mengancam atau menarik dubesnya dari Singapura.
Kejam dan tak diperlukan
Lalu apa alasan PM Abbott memilih menarik duta besarnya di Jakarta terkait eksekusi mati Myuran Sukumaran dan Andrew Chan? Abbott beralasan eksekusi mati terhadap kedua warganya itu kejam dan tak diperlukan.
"Eksekusi ini kejam dan tak diperlukan," kata Abbott dalam jumpa pers di Canberra, Rabu pagi.
"Kami menghormati kedaulatan Indonesia namun kami menyesalkan apa yang telah terjadi dan situasi ini tak bisa dianggap sebagai hal biasa. Atas alasan itu dan untuk menghormati keluarga Sukumaran dan Chan, kami memanggil duta besar di Jakarta untuk konsultasi," lanjut Abbott.
Abbott menambahkan, saat ini ini adalah masa-masa gelap hubungan diplomatik antara Indonesia dan Australia.
"Saya ingin menekankan bahwa hubungan Australia dan Indonesia sangat penting namun hubungan itu tercederai atas apa yang terjadi dalam beberapa jam terakhir ini," kata Abbott.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop mengatakan duta besar Paul Grigson akan kembali ke Australia akhir pekan ini untuk konsultasi dengan pemerintah terkait masa depan hubungan Australia dan Indonesia.
"Pemanggilan pulang duta besar kami adalah untuk menunjukkan rasa tidak senang kami terkait perlakuan yang diterima warga negara Australia di Indonesia," Bishop menegaskan.
Credit KOMPAS.com