Selasa, 18 November 2014

Pabrik nuklir Korea Utara bisa lipatgandakan kadar mutu bahan untuk senjata nuklirnya.

Proliferasi nuklir: Para pejabat Korea Selatan yang berpakaian pelindung memeriksa bekas pipa bahan bakar pada reaktor nuklir di kompleks nuklir Yongbyon, Korea Utara, pada tahun 2009. Para pejabat Korea Selatan dan Amerika Serikat menemukan bahwa Korea Utara membangun fasilitas nuklir lain yang bisa melipatgandakan kadar mutu bahan untuk senjata nuklirnya. [AFP/Kementerian Luar Negeri Korea Selatan]
Proliferasi nuklir: Para pejabat Korea Selatan yang berpakaian pelindung memeriksa bekas pipa bahan bakar pada reaktor nuklir di kompleks nuklir Yongbyon, Korea Utara, pada tahun 2009. Para pejabat Korea Selatan dan Amerika Serikat menemukan bahwa Korea Utara membangun fasilitas nuklir lain yang bisa melipatgandakan kadar mutu bahan untuk senjata nuklirnya. [AFP/Kementerian Luar Negeri Korea Selatan]


Fasilitas nuklir baru Korea Utara bisa melipatgandakan kapasitas Pyongyang untuk menghasilkan kadar mutu bahan untuk senjata nuklirnya, suatu laporan Korea Selatan menegaskan.
Pabrik ini sudah rampung dan beroperasi, surat kabar JoongAng Ilbo melaporkan pada tanggal 29 Oktober, mengutip seorang pejabat pemerintah Korea Selatan.
Penilaian ini didasarkan pada foto pengintaian AS berteknologi tinggi dengan sensor panas, yang mengungkapkan mesin sentrifugal sudah beroperasi di dalam pabrik untuk memisahkan isotop fisil uranium-235 dari uranium-238, jelas pejabat itu kepada the JoongAng Ilbo.
Pembangunan dimulai pada 2012
Fasilitas baru ini terletak di samping fasilitas nuklir Yongbyon. Pada tahun 2010, Korea Utara, yang saat itu dipimpin oleh Kim Jong-il, ayah dari penguasa saat ini Kim Jong-un, memperbolehkan sebuah tim ahli nuklir AS untuk mengunjungi Yongbyon.
"Pyongyang mulai membangun fasilitas baru pada tahun 2012 dan pembangunan baru saja rampung," theInternational Business Times [IBT] melaporkan pada tanggal 5 November.
IBT melaporkan bahwa pabrik baru ini memiliki 2.000 mesin sentrifugal, yang akan melipatgandakan kemampuan Korea Utara untuk memproduksi uranium yang diperkaya.
Seorang insinyur nuklir Korea Selatan mengatakan apabila pabrik itu mencapai potensi maksimum operasionalnya, pabrik itu akan mampu menghasilkan bahan nuklir yang cukup untuk menghasilkan empat atau lima bom nuklir setiap tahun, theJoongAng Ilbo melaporkan.
"Kekhawatiran atas kemungkinan aktivitas di Yongbyon pertama kali disampaikan pada bulan Agustus, ketika Institut Sains dan Keamanan Internasional yang berbasis di AS merilis citra satelit yang menunjukkan bahwa reaktor listrik 5-megawatt [MWe] di pabrik itu sedang aktif dan pembangunan sedang berlangsung di reaktor air ringan [LWR]," kata theIBT.
"Pabrik itu, jika beroperasi dan memproduksi kadar mutu uranium untuk senjata nuklir, dapat meningkatkan drastis kemampuan Korut untuk membangun senjata nuklir dengan cara kedua untuk menghasilkan bahan fisil di samping persediaan plutoniumnya," kata surat kabar itu.
Kemungkinan perundingan enam negara
Pemerintah AS baru-baru ini mengirim pesan kepada Pyongyang bahwa pihaknya siap untuk melanjutkan pembicaraan enam pihak dengan Korea Utara mengenai program nuklirnya [termasuk Rusia, Tiongkok, Jepang dan Korea Selatan], asalkan Korut sepakat untuk menghentikan kegiatan nuklir lebih lanjut. Pembicaraan enam pihak diluncurkan pada tahun 2003.
Pada 29 Oktober, Sydney Seiler, utusan khusus Departemen Luar Negeri AS untuk pembicaraan enam-pihak, mengatakan kepada surat kabar Korea Selatan The Hankyoreh bahwa pemerintahan Presiden Barack Obama tidak menuntut denuklirisasi penuh sebagai prasyarat untuk melanjutkan proses enam-pihak.
"AS tidak pernah sekali pun membicarakan denuklirisasi sebagai prasyarat untuk melanjutkan perundingan," kata Seiler kepada The Hankyoreh. Dia mengunjungi Seoul untuk menghadiri Forum Perdamaian dan Kerjasama Asia Timur Laut.
"Sepertinya mungkin ada beberapa kesalahpahaman saat proses kami menjelaskan syarat untuk pembicaraan yang lebih tulus dan kredibel," kata Seiler.
Seiler juga mengatakan denuklirisasi adalah "sebuah proses yang dimulai dengan menghentikan program nuklir dan terus ke pelumpuhan, pembongkaran, dan ditinggalkan secara tuntas.
"Itulah proses yang kita ingin lakukan sekarang," tambahnya.
Tiongkok dan AS harus bekerja sama
Ralph Winnie, wakil ketua Eurasian Business Coalition di Washington, DC, mengatakan kepada Asia Pacific Defense Forum [APDF] bahwa Kim Jong-un tidak mungkin akan menghentikan program kecuali dipaksa oleh Amerika Serikat dan Tiongkok secara bersama-sama.
"Kim [Jong-un] masih dalam proses konsolidasi pemerintahannya lebih dari dua tahun setelah ia menggantikan ayahnya. Dia melihat program nuklir sebagai sumber utama kekuatan dan posisi tawar Korea Utara dan ia tidak rela untuk menyerahkannya," kata Winnie.
Sifat keras kepala Kim Jong-un "adalah penyebab kekhawatiran besar di Washington dan Beijing," kata Winnie. "Kedua negara berpendapat bahwa penguasa Korea Utara ini lebih sulit diduga untuk ditangani dan lebih tidak stabil daripada ayahnya. Dan kekhawatiran tentang proliferasi bahan nuklir dan senjata pemusnah massal sama kuatnya sekarang dibanding dulu."
Korea Utara sejauh ini telah melakukan tiga uji coba ledakan bawah tanah dari perangkat nuklir, yang paling baru pada Februari 2013.
Pada tanggal 24 Oktober, Jenderal Curtis Scaparrotti, komandan Pasukan AS di Korea, memperingatkan bahwa Pyongyang mungkin sudah menguasai teknologi miniaturisasi hulu ledak nuklir untuk dipasang di rudal balistik, lima tahun lebih cepat dari yang diduga.
"Saya yakin mereka memiliki kemampuan untuk meminiaturirasi perangkat pada saat ini dan mereka memiliki teknologi yang berpotensi mengirim apa yang konon mereka dimiliki," katanya kepada wartawan di Pentagon di Washington, DC.
Pada tanggal 5 September, Badan Energi Atom Internasional [IAEA] di Wina, Austria, mengumumkan bahwa Korea Utara sudah pasti mengoperasikan kembali fasilitas nuklir Yongbyon.
"Sejak akhir Agustus 2013, badan tersebut telah mengamati, melalui analisis citra satelit, pembuangan uap dan arus keluar air pendingin di reaktor 5 MWe, tanda-tanda yang konsisten dengan beroperasinya reaktor," kata IAEA dalam laporan tahunan.
Bahkan ketika pabrik nuklir mulai memproduksi bahan, rezim Kim Jong-un diyakini memiliki cukup plutonium untuk membuat hingga delapan bom, IBT melaporkan.

Credit APDFORUM