CB - Rendahnya dana penelitian yang diberikan kementrian pendidikan nasional di bidang riset dan teknologi pada 2014. Kementrian riset, teknologi dan pendidikan tinggi akan menggelontorkan anggaran penelitian sebesar Rp 42 triliun, untuk menciptakan inovasi tepat guna dan meningkat jumlah peneliti yang ahli di bindangnya.
Berdasarkan data Kemendikbud pada 2009, per satu juta penduduk Indonesia hanya memiliki 98 doktor atau peneliti ahli di bidangnya. Sementara pada 2013, per satu juta penduduk Indonesia jumlah peneliti yang ada meningkat meningkat menjadi 112 doktor.
Angka jumlah doktor atau peneliti di Indonesia yang ahli di bidangnya masih terbilang kecil, jika dibandingkan dengan Malaysia dan Singapura yang mencapai 150 peneliti per satu juta penduduknya. Padahal untuk ukuran pendududuk Indonesia, diperlukan 250 hingga 300 lulusan peneliti per satu juta penduduk yang aktif melakukan riset.
Minimnya jumlah peneliti yang ahli di bidangnya juga mempengaruhi perguruan tinggi dalam menciptakan inovasi dan kreasi. Selama ini dalam rangking dunia yang masuk dalam 500 perguruan tinggi dapat dihitung dengan jari. Dari 500 perguruan tinggi berkualitas di Indonesia hanya ada tiga, yakni ITB, UGM dan UI.
“Selain menggelontorkan anggaran Rp 42 triliun, kami akan terus meningkatkan kualitas perguruan tinggi di Indonesia, bukan hanya negeri tapi juga swasta. Ini untuk meningkatkan jumlah peneliti sehingga bisa menciptakan inovasi tepat guna,” terang Drs Wahid Maktub Msi, staff khusus Kemenristek Dikti.
Saat ini jumlah lulusan pasca sarjana untuk program studi sains hanya sekitar tiga persen, dari target 10 persen. Sedangkan bidang pertanian 3,5 persen, kekurangan jumlah juga terjadi pada bidang teknik.
Credit Surabayanews.co.id