Rabu, 19 November 2014

Beijing percepat pembangunan pangkalan udara di Laut Tiongkok Selatan

Wilayah sengketa: Filipina mempertahankan menara landasan udara di Pulau Pagasa di Kepulauan Spratly yang disengketakan di Laut Tiongkok Selatan. Di antara yang menggugat klaim Filipina adalah Tiongkok ketika negara itu terus memperluas pangkalan udaranya di seluruh wilayah itu. [AFP]
Wilayah sengketa: Filipina mempertahankan menara landasan udara di Pulau Pagasa di Kepulauan Spratly yang disengketakan di Laut Tiongkok Selatan. Di antara yang menggugat klaim Filipina adalah Tiongkok ketika negara itu terus memperluas pangkalan udaranya di seluruh wilayah itu. [AFP]

Tiongkok membangun infrastruktur militer besar termasuk pangkalan udar baru yang besar di pulau-pulau yang diperluas di Laut Tiongkok Selatan untuk memperluas kapasitas proyeksi kekuatannya.
"Tiongkok baru-baru ini menerbitkan foto-foto landasan pacu pesawat yang dibangun diPulau Woody, pulau terbesar dari rangkaian kepulauan Paracel. Ini menunjukkan bahwa Angkatan Udara dan Angkatan Laut PLA [Tentara Pembebasan Rakyat] sekarang memiliki kemampuan untuk mengerahkan pesawat tempur ke Laut Tiongkok Selatan," Want China Times [WTC] yang berbasis di Taiwan melaporkan.
"Laporan sebelumnya juga menunjukkan bahwa Tiongkok sedang membangun pangkalan lain untuk angkatan lautnya di Beting Fiery Cross di kepulauan Spratly. Setelah pembangunan selesai, pangkalan itu akan berukuran dua kali lipat pangkalan Amerika di Diego Garcia di Samudera Hindia," kata WTC.
Charles W. Freeman, Jr, salah satu ketua Yayasan Kebijakan AS-China, mengatakan kepada Forum Pertahanan Asia Pasifik [APDF] bahwa program pembangunan besar-besaran itu merupakan bagian dari komitmen strategis berkelanjutan Tiongkok untuk mempertahankan apa yang mereka anggap sebagai klaim bersejarah dan sah atas sebagian besar Laut Tiongkok Selatan, salah satu perairan paling penting di Asia.
"Tiongkok bertekad untuk tidak lagi menyerahkan lahan apapun di Laut Tiongkok Selatan ke negara pesaingnya dan menempatkan infrastruktur yang diperlukan untuk mencegah hal ini. Sebagian dari infrastruktur itu tampaknya dirancang untuk menjamin kemampuan yang diperlukan untuk memantau dan merespon kegiatan angkatan laut dan udara negara lain di wilayah itu," kata Freeman.
"Ketika dapat melakukannya secara efektif, Tiongkok pasti akan mulai memberlakukanZona Informasi Pertahanan Udara [ADIZ] di Laut Tiongkok Selatan, yang mengharuskan pesawat melaporkan jati diri mereka atau berisiko diperiksa oleh pasukan Tiongkok," tambahnya.
Panglima Angkatan Laut tinjau proyek
Landasan udara PLA di pulau kecil Woody di Laut Tiongkok Selatan, yang dikenal di Tiongkok sebagai Yongxing, dicermati oleh dunia internasional.
Meskipun kecil, pulau tersebut memiliki arti strategis penting sehingga layak mendapatkan kunjungan tingkat tinggi pribadi dari panglima angkatan laut Tiongkok, The Diplomat melaporkan pada tanggal 17 Oktober. Pada akhir September, Laksamana Wu Shengli menghabiskan waktu selama seminggu untuk mengawasi proyek reklamasi Tiongkok di Pulau Woody dan empat pulau lainnya di Kepulauan Spratly yang disengketakan.
Perjalanan inspeksi Wu tidak dirahasiakan di Tiongkok. Kantor berita resmi Xinhua melaporkan perjalanan itu pada 7 Oktober dan surat kabar Global Times Beijing melaporkan perjalanan itu pada tanggal 16 Oktober.
Pulau Woody "adalah bagian penting dari strategi teritorial Tiongkok di Laut Tiongkok Selatan. Sebagai lahan terbesar yang diduduki Tiongkok di Laut Tiongkok Selatan dan salah satu dari hanya segelintir pulau yang cukup besar untuk dibangun landasan udara dan fasilitas lainnya, Pulau Woody berfungsi sebagai markas bagi tentara Tiongkok dan peneliti sipil," Yayasan Jamestown melaporkan.
Dalam sebuah langkah paralel, "Tiongkok telah mengubah sebuah beting strategis penting menjadi pulau yang kemungkinan terbesar di kepulauan Spratly, kata para akademisi Tiongkok, dan ekspansi ini diperkirakan akan terus berlanjut," South China Morning Post [SCMP] yang berbasis di Hong Kong melaporkan.
"Para analis mengatakan bahwa ekspansi yang terus berlanjut di Beting Fiery Cross, yang oleh Tiongkok disebut Beting Yongshu, diharapkan akhirnya akan menjadi pos terdepan menentukan bagi militer Tiongkok dan kegiatan komersial sipil di daerah-daerah yang disengketakan di Laut Tiongkok Selatan, yang banyak di antaranya lebih dekat dengan pantai negara-negara pengklaim lain daripada Tiongkok," laporSCMP .
"Perluasan Beting Fiery Cross maju lebih cepat dari jadwal dan mungkin telah melampaui Pulau Taiping - pulau terbesar dalam rangkaian kepulauan Spratly - kata Jin Canrong, seorang profesor hubungan internasional di Renmin University di Beijing," menurut SCMP.
Tiongkok berupaya memperluas kontrol atas Laut Tiongkok Selatan
Analis Gordon G. Chang, seorang penulis dan pakar di bidang keamanan Asia Timur Laut, mengatakan kepada Forum Pertahanan Asia Pasifik [APDF] bahwa pembangunan landasan pacu dan pangkalan udara besar di pulau-pulau kecil di Laut Tiongkok Selatan hanya memiliki arti strategis dalam hal memaksakan tuntutan Beijing untuk mengontrol hampir seluruh wilayah maritim itu. Dengan paham "jalur 9 garis terputus", Tiongkok mengklaim 90 persen dari laut tersebut.
Chang mengatakan keputusan untuk membangun pangkalan udara baru di Pulau Woody akan memungkinkan PLA mempertahankan secara terus menerus kehadiran di udara yang lebih efektif di kawasan ini untuk mengintimidasi negara-negara lain yang juga mengklaim memiliki kedaulatan di sana.
"Pertanyaannya adalah: Mengapa Tiongkok membangun landasan pacu yang panjang di tengah Laut Tiongkok Selatan? Jawabannya adalah: Agresor raksasa membutuhkan pesawat untuk mengintimidasi tetangga kecil, "kata Chang kepada APDF.
"Pulau Woody sekarang memiliki sebuah landasan udara hampir sepanjang Lingshui, sebuah pangkalan udara Tiongkok penting di pulau Hainan," menurut laporan Jamestown.
"Tiongkok tampaknya memperpanjang landasan udara di pulau itu dalam rangka mempersiapkan landasan bagi pesawat-pesawat tempurnya, kemungkinan besar pesawat J-11, dan pesawat militer yang bermuatan lebih berat lagi untuk antisipasi kekuatan udara yang lebih baik dan memberi tekanan lanjutan terkait klaim teritorialnya atas Laut Tiongkok Selatan," kata laporan itu.
"Landasan pacu Pulau Woody, yang sekarang diperluas dengan tambahan 400 meter, kemungkinan akan memainkan peran lebih dalam mendukung upaya Tiongkok untuk mencegah kegiatan pengawasan AS di Laut Tiongkok Selatan, dan kemungkinan ADIZ di masa depan," laporan itu memperingatkan.
"Landasan pacu yang diperluas itu akan memungkinkan patroli jarak lebih jauh oleh pesawat Tiongkok untuk mendukung upaya Beijing memaksakan klaim atas wilayah yang disengketakan. Demikian pula, kapal patroli lebih besar yang sedang dibangun Tiongkok saat ini akan mampu tinggal lebih lama di daerah-daerah sensitif, dan proyek-proyek pembangunan di pulau buatannya yang semakin ke selatan - seperti di Beting Fiery Cross - akan memungkinkan penempatan pasukan permanen di wilayah yang dikuasai Tiongkok di Laut Tiongkok Selatan," katanya.
Pemberlakuan ADIZ di Laut Tiongkok Selatan "akan bergantung pada kemampuan untuk segera mencegat pesawat penyusup," tulis Jamestown. "Shenyang J-11, jika berbasis di Pulau Woody, akan memiliki daya jangkau menyeluruh atas klaim jalur 9-garis terputus Tiongkok. Berlanjutnya pembangunan landasan di Pulau Woody akan memberikan rentang tambahan dan waktu respon lebih cepat bagi pesawat Tiongkok daripada pesawat yang terbang dari Hainan atau provinsi Guangdong. Dengan memperluas 'landas jangkau' di luar daratan Tiongkok dan pulau Hainan, ADIZ Laut Tiongkok Selatan menjadi jauh lebih realistis, walaupun mungkin provokatif."
"Konsentrasi berbagai peristiwa di sekitar Pulau Woody mencerminkan nilai strategisnya bagi Tiongkok dan mengungkapkan gerak maju niat lama Beijing untuk terus meningkatkan kontrol atas daerah sekitarnya," tambahnya.

Credit APDFORUM