Rabu, 29 April 2015

TNI akan satukan Denjaka, Sat 81 dan Denbravo



CB  - Panglima TNI Jenderal Moeldoko meminta kepada seluruh personel Komando Pasukan Khusus (Kopassus) untuk lebih humanis kepada rakyat dalam menciptakan perdamaian di Negeri ini. Selain itu, Moeldoko juga meminta prajurit Kopassus terus meningkatkan kapasitas dan kemampuannya sebagai satuan elite di TNI AD.

"Prajurit TNI dilatih menjadi prajurit rakyat yang profesional. Karena itu prajurit harus mampu melindungi rakyat Indonesia," kata Panglima TNI dalam sambutannya saat peringatan HUT Ke-63 Kopassus, di Lapangan Upacara Makopassus, Cijantung, Jakarta Timur, Rabu (29/4).
Moeldoko melanjutkan, hal itu penting untuk mengantisipasi berbagai ancaman dari dalam negeri maupun internasional seperti kelompok radikal ISIS. Dia menambahkan, perubahan dunia sangat cepat, sehingga Kopassus juga dituntut cepat dalam membaca situasi.
"Sebagai prajurit untuk terus mengembangkan kemampuan disiplin, loyalitas tinggi, karakter prajurit komando TNI, dan semuanya," jelas Moeldoko.
Moeldoko menekankan, perang dalam era teknologi yang semakin canggih saat ini, berbeda dengan perang zaman kemerdekaan. Menurut dia, perang kali ini bukan lagi antara negara dan negara, tetapi perang saat ini adalah 'within society' yang juga kecenderungan diprovokasi oleh pertentangan etnis dan ideologi radikal.
"Dalam konteks perang dan tugas ini lah, Kopassus menjadi unsur utama strategi dari komando operasi TNI. Oleh karena itu, guna pengembangan kemampuan dan optimalisasi operasionalisasi Kopassus dan pasukan khusus TNI lainnya. TNI akan membentuk Komando Operasi Pasukan Khusus TNI sebagai bagian dari optimalisasi interoperability TNI sekaligus sebagai kekuatan standby force TNI dalam penanggulangan terorisme," jelasnya.

Moeldoko melanjutkan, keberadaan Kopassus pada komando operasi itu direpresentasikan oleh satuan 81 untuk menjadi kekuatan trimarta terpadu bersama dengan Denjaka TNI AL dan Denbravo TNI AU yang diformat dalam satuan tugas dengan paket rotasi penugasan.

"Saya harap satuan ini bisa berjalan dengan baik demi menjaga kedaulatan NKRI," tandasnya.



Credit  Merdeka.com

Tokoh masyarakat daerah konflik hadiri silaturahmi Kopassus TNI AD


Tokoh masyarakat daerah konflik hadiri silaturahmi Kopassus TNI AD
Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko (tengah) didampingi Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal TNI Gatot Nurmantyo (kiri) dan Komandan Jenderal (Danjen) Kopassus Mayjen TNI Doni Monardo (kanan) menari bersama tarian adat suku Kamoro Papua saat acara syukuran HUT ke-63 Kopassus di Cijantung, Jakarta, Rabu (29/4). (ANTARA FOTO/M Agung Rajasa)
... sudah tidak mengangkat senjata dan bersama masyarakat lain kembali ke kampung setelah melihat pemerintah bersungguh-sungguh membangun...
Jakarta (CB) - Jika puluhan atau belasan tahun lalu mereka berkonfrontasi fisik dan angkat senjata, maka jaman berubah dan kini puluhan tokoh masyarakat yang daerah sempat berkonflik, di antaranya Aceh, Papua, dan Maluku, Rabu ini, menghadiri silaturahmi Kopassus TNI AD.

Satu hal yang berbeda pada peringatan hari jadi ke-63 Korps Baret Merah TNI AD itu adalah silaturahmi dengan anak-anak bangsa yang sempat berbeda pendapat dengan negara dan pemerintah itu. 

Silaturahmi itu juga dihadiri Panglima TNI, Jenderal TNI Moeldoko, Kepala Staf TNI AD, Jenderal TNI Gatot Nurmantyo, dan sejumlah mantan pejabat di lingkungan Korps Baret Merah TNI AD, di antaranya Letnan Jenderal TNI (Purnawirawan) Prabowo Subianto.

Mantan Wakil Presiden yang juga mantan Panglima ABRI, Jenderal TNI (Purnawirawan) Tri Sutrino, juga hadir, bersama-sama dengan sejumlah pejabat dari negara tetangga, di antaranya dari negara Timor Timur, Malaysia, dan Kamboja. 

Konflik bersenjata dalam negeri pernah dialami Kopassus TNI AD bersama unsur lain TNI (ABRI saat itu), di antaranya Provinsi Aceh, Provinsi Papua, Provinsi Maluku, dan (saat itu) Provinsi Timor Timur. Kopassus TNI AD sempat berganti nama beberapa kali, di antaranya RPKAD, Kopassandha, dan kini Kopassus TNI AD.

Dengan negara tetangga, itu adalah di Malaysia, sedangkan dengan Kamboja, ada kerja sama militer Indonesia dengan militer Kamboja. Pasukan Pengamanan Presiden Markas Besar TNI melatih koleganya di Kamboja. 

Adapun tokoh-tokoh dari daerah konflik antara laun Wakil Gubernur Provinsi Aceh, Muzakir Manaf, yang juga mantan Panglima GAM, Panglima Perang Ambon, Muhammad Attamimi dan Abdul Wahab Polpoke, dari Papua hadir Nicolas Youwe, Nick Meset, Frans Yocku, Supir Murib.

Murib, salah satu anggota kelompok bersenjata yang sempat mengangkat senjata dan beroperasi disekitar Kabupaten Puncak Jaya, mengatakan, dia saat ini sudah tidak mengangkat senjata setelah melihat dan merasakan pembangunan dilaksanakan didaerahnya.

"Saya bersama beberapa kawan sudah tidak mengangkat senjata dan bersama masyarakat lain kembali ke kampung setelah melihat pemerintah bersungguh-sungguh membangun," kata Murib yang didampingi Maipur Murib.

Supir Murib dan Maipur Murib terlibat dalam beberapa kasus penembakan di Kabupaten Puncak Jaya yang menewaskan aparat keamanan.

Selain menghadirkan para tokoh daerah konflik di Indonesia, dalam silaturahmi HUT ke-63 Kopassus TNI AD, juga menghadirkan tarian dan kesenian dari daerah tersebut termasuk tarian dari Malino, Kalimantan Utara.


Credit   ANTARA News

Buyung Lalana Dilantik Menjadi Komandan Korps Marinir



Kepala Staf  TNI Angkatan Laut Laksamana Ade Supandi (tengah) memimpin upacara serah terima jabatan Komandan Korps Marinir dari  Mayjen TNI (Mar) Ahmad Faridz Washington (kanan) kepada Brigadir Jenderal TNI (Mar) Buyung Lalana (kiri) di Kesatrian Marinir Cilandak, Jakarta, Selasa (28/4).
ANTARA FOTO/Muhammad AdimajaKepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana Ade Supandi (tengah) memimpin upacara serah terima jabatan Komandan Korps Marinir dari Mayjen TNI (Mar) Ahmad Faridz Washington (kanan) kepada Brigadir Jenderal TNI (Mar) Buyung Lalana (kiri) di Kesatrian Marinir Cilandak, Jakarta, Selasa (28/4).

JAKARTA, CB — Brigadir Jenderal TNI (Mar) Buyung Lalana dilantik menjadi Komandan Korps Marinir menggantikan Mayor Jenderal TNI (Mar) Ahmad Faridz Washington, Selasa (28/4), di Markas Brigade Infanteri 2 Marinir Cilandak, Jakarta Selatan. Buyung sebelumnya menjabat Komandan Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut XI Merauke dan tercatat bertanggung jawab atas penangkapan kapal pencuri ikan MV Hai Fa asal Tiongkok.

Kepala Staf TNI AL Laksamana Ade Supandi yang memimpin upacara serah terima jabatan tersebut mengingatkan, Korps Marinir selalu menjadi bagian penting dalam dinamika perjalanan bangsa. "Sesuai visi maritim, Korps Marinir sebagai bagian kekuatan TNI AL menjadi penting. Diperlukan komandan yang melakukan pembinaan profesi menghadapi ancaman faktual dan sesuai kebijakan pemerintah, sesuai visi Poros Maritim," katanya.
Ade mengatakan, Marinir adalah prajurit petarung yang religius dan humanis. Dia berharap kinerja Marinir semakin baik dari waktu ke waktu.
Dalam serah terima jabatan tersebut, KSAL memberikan ruang kreativitas dan performa organisasi dalam menghadapi tantangan tugas masa akan datang. Korps Marinir adalah bagian dari sistem kekuatan negara dengan kemampuan proyeksi kekuatan dari laut-darat sebagai pasukan pendarat dan Operasi Militer Selain Perang (OMSP). Dengan ciri khusus tersebut, jabatan Komandan Korps Marinir (Dankormar) adalah salah satu jabatan strategis TNI AL secara khusus dan TNI secara umum.
"Dankormar harus tanggung jawab dalam pembentukan karakter prajurit Marinir. Perwira yang ditunjuk menjadi Dankormar adalah yang terbaik dan teruji integritasnya. Perkembangan situasi tidak saja konflik Timteng, tetapi juga konflik Laut Tiongkok Selatan yang dapat memengaruhi keamanan global," ujar Ade Supandi.
Pembangunan kekuatan Korps Marinir menjadi sarana deterensi dalam persaingan kekuatan regional dan global. Isu global, seperti teroris, perompakan, serta imigran gelap dan narkoba, perlu disikapi kesiagaan satuan maritime operation dan ancaman teror di laut.
KSAL menyatakan, pihaknya berusaha membangun kekuatan Korps Marinir dengan persenjataan baru dan pemenuhan kekuatan minimum (minimum essential forces/MEF). Sampai tahun 2014 terdapat 54 tank BMP-3F baru, 15 kendaraan pendarat LVTP 7, penambahan roket multilaras, dan lain-lain sehingga mengimbangi perkembangan kekuatan militer.
Acara dibuka dengan masuknya ribuan pasukan pendarat Marinir dengan menumpang tank, tank amfibi pengangkut pasukan, sea raider, dan satuan artileri yang diselubungi tirai asap (smoke screen) diiringi tembakan meriam dengan peluru hampa. Setelah asap menghilang, tampak ribuan prajurit Marinir beserta perlengkapan tempur sudah berbaris rapi di lapangan upacara Brigade Infanteri-2 Marinir.
KSAL secara khusus menyampaikan terima kasih kepada Ahmad Faridz Washington atas jasa-jasanya dalam membina Korps Marinir TNI AL. Selanjutnya, Ahmad Faridz Washington akan menjabat sebagai Asisten Intelijen Panglima TNI.


Credit  KOMPAS.com

Saat WNI yang Dieksekusi Mati, Kenapa PBB Diam Saja?


Saat WNI yang Dieksekusi Mati, Kenapa PBB Diam Saja?Tribun Bali/
Relawan membagikan stiker hope mercy kepada pengguna jalan di perempatan Renon Jalan Kusuma Atmajaya, Denpasar. Sabtu (31/1/2015). Aksi simpatik yang diikuti puluhan relawan Mercy ini menyampaikan pesan agar terpidana mati Bali Nine, Myuran Sukumaran dan Andrew chan diberikan pengampunan hukuman mati. 
 
CB, JAKARTA - Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah mengatakan, Perserikatan Bangsa-Bangsa seharusnya tak ikut campur soal eksekusi yang akan dilakukan pemerintah Indonesia terhadap terpidana mati kasus narkoba. Fahri menilai, PBB sudah menerapkan standar ganda dalam menanggapi eksekusi mati.
Saat Indonesia akan mengeksekusi warga negara asing yang terjerat kasus narkoba, PBB langsung melayangkan protes. Namun, PBB tak bersikap saat warga negara Indonesia dieksekusi oleh negara lain.
"Di Saudi Arabia, WNI dieksekusi mati mereka diam saja, tapi giliran nyawa mereka sepertinya mahal betul," kata Fahri, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (28/4/2015).
Menurut Fahri, kritik yang dilayangkan Presiden Joko Widodo kepada PBB dalam pidato pembukaan Konferensi Asia Afrika beberapa waktu lalu, sudah tepat. Ia menilai, PBB membutuhkan perbaikan di berbagai struktur.
"PBB diam saja saat melihat aktivis, wartawan, politisi dihukum mati di Mesir karena perbedaan pendapat," ujarnya.
Sebelumnya, seperti dilansir kantor berita AFP, Minggu (26/4/2015), Sekjen PBB melalui juru bicaranya, mengatakan, eksekusi mati berdasarkan ketentuan hukum internasional hanya dapat diberikan bagi pihak yang melakukan kejahatan serius, seperti mencabut banyak nyawa orang sekaligus.Sementara itu, narkoba tidak termasuk kategori itu.
Berdasarkan hukum internasional, hukuman mati bisa diterapkan untuk kejahatan yang sifatnya paling serius, seperti pembunuhan secara disengaja. Sementara itu, pelanggaran terkait obat umumnya tidak termasuk kategori "kejahatan paling serius". (Baca: Jokowi Tegaskan Generasi Bangsa Rusak karena Narkoba)
Sebanyak sembilan terpidana kasus narkoba akan dieksekusi mati dalam waktu dekat. Mereka adalah Mary Jane Veloso (Filipina), Myuran Sukumaran dan Andrew Chan (Australia), Martin Anderson, Raheem A Salami, Sylvester Obiekwe, dan Okwudili Oyatanze (Nigeria), Rodrigo Gularte (Brasil), serta Zainal Abidin (Indonesia).


Credit   SERAMBINEWS.COM

Indonesia Tak Khawatir Australia Tarik Dubes

Tindakan penarikan itu dinilai biasa saja.

Indonesia Tak Khawatir Australia Tarik Dubes
Perdana Menteri Australia Tony Abbot kunjungi Indonesia. (VIVAnews/Anhar Rizki Affandi)
 
  CB - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan tak perlu khawatir jika Australia menarik duta besarnya di Indonesia. Apalagi, Indonesia juga pernah menarik duta besarnya dari Australia.

"Kita pernah menarik duta besar kita dari Australia, jangan lupa," kata Kalla di Gedung Bidakara, Jakarta, Rabu 23 April 2015.

Kalla yakin ketegangan diplomatik ini hanya berlangsung sementara. "Satu atau dua bulan juga kembali lagi," ujar Kalla.

Penarikan duta besar itu, lanjut Kalla, hanya menandakan protes setelah warga negaranya Andrew Chan dan Myuran Sukumaran dieksekusi mati tadi malam.

"Kita juga sering begitu, kembalikan dubes dari Australia, dari Brasil, biasa saja," kata dia.

Kalla juga optimistis bahwa ketegangan ini tidak akan menganggu hubungan diplomatik di bidang ekonomi sekalipun.

"Kita lebih banyak mengimpor dari Australia. Berarti kalau menghentikan perdagangan dia rugi," ucapnya


Credit  VIVA.co.id

Dinginnya Tanggapan Jokowi Soal Penarikan Dubes Australia

Penarikan Duta Besar usai duo Balinine dieksekusi.

Dinginnya Tanggapan Jokowi Soal Penarikan Dubes Australia
Perdana Menteri Australia, Tony Abbott dan Presiden Joko Widodo (REUTERS/G20 Australia/Handout via Reuters)
CB - Presiden Joko Widodo menanggapi dingin soal pemanggilan Duta Besar Australia di Indonesia oleh Perdana Menteri Tony Abbott. Ini buntut dari eksekusi mati duo Bali Nine, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran dini hari tadi.

"Ini kedaulatan hukum kita. Saya tidak akan mengulang-ulang lagi. Jangan ditanya itu lagi," kata Jokowi di Gedung Bidakara, Jakarta, Rabu 29 April 2015.

Jawaban yang sama kembali diucapkan Jokowi ketika ditanya mengenai implikasinya pada hubungan bilateral. "Ini kedaulatan hukum kita," ujar Jokowi.

Presiden Jokowi menegaskan bahwa hukuman mati bagi gembong narkoba adalah hukum yang masih berlaku di Indonesia. Semua negara harus menghormati kedaulatan hukum negara lain.

"Ini kedaulatan hukum negara kita. Harus dihormati. Kita juga menghormati kedaulatan hukum negara lain. Hukum positif kita masih ada. Di hukum positif kita masih ada," katanya.

Jokowi menegaskan tak akan ada moratorium hukuman mati bagi gembong narkoba, selama hukum itu masih berlaku di Indonesia.

Pemerintah Australia marah atas pelaksanaan eksekusi warga negara mereka di Nusakambangan. Seperti dilansir Reuteurs, Perdana Menteri Australia, Tony Abbott di Canberra mengatakan, pemerintah Australia sangat menyesali sikap pemerintah Indonesia yang enggan menerima permohonan pembatalan eksekusi mati yang dilayangkan Australia.

Abbott mengancam akan memutus kerja sama politik dan ekonomi dengan pemerintah Indonesia pasca eksekusi mati.  Australia juga akan menarik duta besarnya dari Indonesia. Penarikan akan dilakukan dalam pekan ini.


Credit   VIVA.co.id

PBB Sesalkan RI Tetap Lakukan Eksekusi Mati

PBB menganggap Indonesia memiliki standar ganda soal eksekusi mati.

PBB Sesalkan RI Tetap Lakukan Eksekusi Mati
Presiden Joko Widodo melakukan pertemuan dengan Sekjen PBB Ban Ki-moon dan delegasi di sela-sela KTT ASEAN ke-25 di kota Nay Pyi Taw, Myanmar, Kamis (13/11) (ANTARA/Widodo S. Jusuf)
 
CB - Juru bicara Dewan Hak Asasi Manusia (HAM) PBB di Jenewa, Swiss, Rupert Colville, menyesalkan Indonesia tetap mengeksekusi mati delapan terpidana pada Rabu dini hari tadi. Colville mengaku tidak paham terhadap sikap Pemerintah Indonesia.

Sebab, di saat Indonesia tegas memberlakukan eksekusi mati bagi pelaku tindak kejahatan narkoba, di sisi lain RI turut mengajukan permohonan agar warganya yang terancam hukuman mati bisa diselamatkan. Dikutip dari kantor berita Reuters, Rabu, 29 April 2015, mengaku tidak habis pikir terhadap alasan Presiden Joko Widodo menolak pemberian grasi.

"Indonesia mengajukan pengampunan ketika warga negaranya sendiri menghadapi ancaman eksekusi mati di negara lain. Tetapi, menolak tegas pemberian grasi bagi pelaku tindak kejahatan yang dianggap tidak serius di dalam negerinya sendiri," kata Colville.

Dia turut menyerukan agar Indonesia segera memberlakukan kembali moratorium hukuman mati. Seruan serupa juga telah disampaikan kembali oleh Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon pada akhir pekan lalu melalui jubirnya.
Dalam keterangan tertulis, Jubir Ban mengatakan, tindak kejahatan narkoba tidak termasuk kejahatan serius sehingga tidak perlu sampai harus dihukum mati.
Sementara, Pemerintah Brasil dalam keterangan resmi mengaku terkejut dengan eksekusi terhadap warganya yang kedua, Rodrigo Gularte. Padahal eksekusi kedua ini hanya selang tiga bulan dari eksekusi pertama terhadap Marco Archer Cardoso Moreira.

Saat itu, Presiden Dilma Rousseff telah mengajukan permohonan pribadi atas nama kemanusiaan kepada Presiden Joko Widodo agar tak mengeksekusi Moreira. Namun, permohonan itu tak digubris oleh mantan Gubernur DKI Jakarta.

Kementerian Luar Negeri Brasil mengatakan akan mengevaluasi kembali hubungan bilateral dengan Indonesia sebelum memutuskan bagaimana harus bersikap terhadap Pemerintah Indonesia. Sebelumnya, Presiden Rousseff telah memanggil pulang Dubes  Paulo Alberto Da Silveira Soares yang tengah bertugas di Jakarta.

Da Silveira telah kembali pulang ke Jakarta. Saat Presiden Rousseff menolak surat kredensial yang dibawa oleh Dubes RI untuk Brasil, Toto Riyanto, Kemlu RI memanggil Da Silveira ke Pejambon untuk memprotes tindakan tersebut.

"Karena respons yang kami terima terhadap pengajuan kami kurang memuaskan, maka ini harus dievaluasi kembali untuk memutuskan sikap apa yang akan kami berlakukan terhadap Indonesia mulai saat ini," kata Wakil Menteri Luar Negeri, Sergio Franca Danese.

Pemerintah Indonesia sendiri juga sempat melontarkan akan kembali meninjau kerja sama dengan Negeri Samba di bidang militer. Sebelumnya, Indonesia mempertimbangkan untuk membeli satu skuadron pesawat Super Tucano Embraer EMB-314 dan sistem peluncur roket jarak jauh.




Credit  VIVA.co.id

Prancis Kecam Eksekusi Mati Indonesia


Indonesia terancam konsekuensi diplomatik jika eksekusi warga Prancis.

Prancis Kecam Eksekusi Mati Indonesia
Serge Atlaoui (REUTERS/Beawiharta)
 
  CB - Prancis mengecam eksekusi mati yang dilakukan Indonesia, Rabu, 29 April 2015, terhadap tujuh warga negara asing dan seorang warga Indonesia, serta menegaskan kembali keprihatinan atas nasib seorang warga negara mereka.

"Pemerintah mengulangi penentangan atas hukuman mati, dalam semua kasus dan situasi," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Prancis, Romain Nadal, yang dikutip Channel News Asia.

Nadal menyampaikan rasa solidaritas, bagi negara-negara yang warganya diesekusi mati. Dia menyebut otoritas Prancis juga sepenuhnya terus membantu Serge Atlaoui, yang situasinya sangat mengkhawatirkan.

Atlaoui (51 tahun) sebelumnya termasuk daftar terpidana yang akan dieksekusi mati, namun ditunda sementara pada Sabtu, 25 April lalu, setelah upaya bandingnya disetujui.

Sementara eksekusi mati terhadap wanita Filipina, Marry Jane Veloso, ditunda hanya 11 jam sebelum pelaksanaan eksekusi mati, setelah tertangkapnya dua tersangka yang menjebaknya untuk membawa narkotika ke Indonesia.

Presiden Prancis, Francois Hollande, memperingatkan bahwa Indonesia akan menghadapi konsekuensi diplomatik, apabila tetap bersikeras melanjutkan eksekusi mati terhadap Atlaoui.

Credit  VIVA.co.id

Warganya Dieksekusi Lagi, Brasil Siapkan Respons Baru ke RI

Kini sudah dua warga Brasil yang dieksekusi mati di Indonesia.

Warganya Dieksekusi Lagi, Brasil Siapkan Respons Baru ke RI
Rodrigo Gularte terpidana mati asal Brasil yang telah dieksekusi di Nusakambangan Rabu dini hari, 29 April 2015. (REUTERS/Handout via Reuters)
 
  CB - Dipaksakannya eksekusi mati terhadap delapan terpidana, Rabu, 29 April 2015, memicu kemarahan dari beberapa negara yang warga negaranya termasuk dalam daftar dieksekusi.

Australia menarik pulang duta besarnya, sementara Brasil yang telah menarik dubes saat eksekusi mati pertama pada Januari lalu, mengatakan sangat terkejut dengan eksekusi mati warganya yang kedua.

Dilansir dari Reuters, Rodrigo Gularte merupakan warga Brasil kedua yang dieksekusi mati di Indonesia dalam tiga bulan terakhir. Kementerian Luar Negeri Brasil mengatakan tengah mengevaluasi hubungan dengan Indonesia.

"Merujuk pada kurang memuaskannya tanggapan atas permohonan kami, ini harus dievaluasi untuk memutuskan sikap yang akan kami ambil terhadap Indonesia," kata Wakil Menlu Brasil, Sergio Franca Danese.

Indonesia sebelumnya mengatakan mempertimbangkan kembali kontrak pembelian satu skuadron pesawat Embraer EMB-314 Super Tuscano buatan Brasil setelah insiden penolakan terhadap duta besar Indonesia yang baru.

Kelompok HAM, Amnesty International, mengatakan eksekusi mati sangat tercela dan memperlihatkan diabaikannya proses hukum. Beberapa warga Australia dan beberapa negara lain, juga bereaksi keras di media sosial.

"Kebijakan tidak baik dari rezim abad pertengahan," tulis pengguna Twitter Darren Reid, yang juga menyebut tidak akan pernah ingin melakukan perjalanan wisata ke Indonesia


Credit  VIVA.co.id


Warganya Dieksekusi, Brazil Ancam Putus Kerja Sama Ekonomi

Sudah dua warga Brazil dieksekusi di Nusakambangan.

  CB - Pemerintah Brazil akan mengevaluasi ulang hubungan diplomasi dengan Indonesia sebagai reaksi atas eksekusi mati seorang warganya di Pulau Nusakambangan.

Menteri Luar Negeri Brazil, Sergio Franca Dense seperti dilansir Reuters mengatakan, Brazil sangat kecewa karena sudah dua warga Brazil yang menjalani eksekusi mati di Indonesia dalam beberapa bulan terakhir.

Hal itu sungguh melukai pemerintah Brazil karena eksekusi dilakukan tanpa ada pengampunan meskipun secara pribadi Presiden Dilma Rousseff telah mengajukan pengampunan kepada Presiden Joko Widodo.

"Mengingat kurangnya jawaban yang memuaskan untuk banding kami, ini harus dievaluasi untuk memutuskan apa sikap kita akan mengadopsi terhadap Indonesia dari sekarang," kata Sergio Franca Danese, rabu 29 April 2015.

Brazil juga menyatakan tengah mempertimbangkan pemutusan kerja sama perdagangan dan kerja sama militer dengan Indonesia.

Seperti diketahui, Brazil dan Indonesia memiliki hubungan ekonomi terbesar dengan nilai mencapai $ 5 miliar.

Seorang warga negera Brazil Rodrigo Gularte menjalani eksekusi mati bersama tujuh terpidana mati di Pulau Nusakambangan sekitar pukul 00.15 WIB dini hari tadi.


Credit  VIVA.co.id

Ini Penjelasan BI soal Utang ke IMF


SHUTTERSTOCK Ilustrasi


JAKARTA, CB - Bank Indonesia (BI) memberikan penjelasan terkait pernyataan Presiden Joko Widodo, yang kemudian "memantik" kicauan Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) diakun twitter-nya terkait utang Indonesia ke Dana Moneter Internasional atau IMF.

BI mengakui punya kewajiban kepada IMF, tapi bank sentral Indonesia itu menyampaikan bahwa kewajiban tersebut bukanlah utang. "Posisi kewajiban sebesar 2,8 miliar dolar AS tersebut bukan utang kepada IMF dalam bentuk pinjaman yg selama ini kita kenal," kata Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia Peter Jacobs dalam pesan tertulis, Selasa (28/4/2015).

Dia menjelaskan, kewajiban BI tersebut merupakan alokasi Special Drawing Right (SDR) di IMF. SDR yaitu aset cadangan internasional yang diciptakan IMF sejak 1969 dari negera-negara anggotanya. Dana itu bisa dimanfaatkan untuk memperkuat cadangan devisa suatu negara anggota IMF.

Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa pencatatan teknis alokasi SDR kepada IMF tersebut dilakukan Indonesia sejak 2009. Hal ini juga dilakukan oleh seluruh anggota IMF.

"Sebagai anggota IMF, kita membayar iuran sehingga kita memperoleh alokasi SDR sesuai kuota dan dicatat sebagai bagian cadangan devisa. Secara teknis pencatatan, alokasi tersebut juga dicatat sebagai kewajiban kita," kata dia.

Sementara itu, BI menyampaikan bahwa utang Indonesia ke IMF pada 1998 lalu sebesar 9,1 miliar dollar AS, sudah dilunasi sejak 2006. Utang itu kata BI dilakukan untuk kebutuhan neraca pembayaran yang tergerus akibat krisis.

"Karena ini alokasi (SDR) sebagai konsekuensi keanggotaan maka akan tetap muncul sepanjang kita masih jadi anggota. Berbeda dengan pinjaman ketika krisis 1998 yang memang bisa dilunasi setelah kita punya kemampuan tanpa harus keluar dari keanggotaan," jelas Peter.

Sebelumnya, SBY membantah pernyataan Presiden Joko Widodo yang menyebutkan Indonesia memiliki utang kepada IMF.

Usai pernyataan SBY itu, Istana bereaksi dan memperkuat pernyataan Jokowi bahwa Indonesia masih memiliki utang kepada IMF yang dicatat Bank Indonesia.

Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto menuturkan pada 2006, Indonesia memang tidak memiliki utang kepada IMF. Namun pada 2009 kata dia, utang kepada IMF muncul lagi sebesar 3,09 miliar dollar AS.

Sementara itu, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro juga mengklarifikasi mengenai utang pemerintah Indonesia utang ke Dana Moneter Internasional (IMF).

“Itu bukan utang pemerintah. Utang pemerintah ke IMF sudah selesai 2006,” kata Bambang di kantornya kemarin.


Credit  KOMPAS.com

Menteri Bambang Pastikan Indonesia Bebas Utang IMF


Menteri Bambang Pastikan Indonesia Bebas Utang IMF 
 Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro menegaskan Indonesia sudah terbebas dari utang IMF. (ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf)
 
 
Jakarta, CB -- Ketidaksepahaman di internal Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla kembali terjadi, yang kali ini menyangkut posisi utang pemerintah terhadap Dana Moneter Internasional (IMF). Pernyataan Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto soal sisa utang pemerintah ke IMF langsung dibantah oleh Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro.

"Pemerintah tidak berutang ke IMF," ujar Bambang di Jakarta, Selasa (28/4).

Sekalipun ada, kata Bambang, utang ke IMF tersebut dicatatkan oleh Bank Indonesia, bukan oleh pemerintah. Menurutnya, bank sentral pernah berutang ke IMF sebesar US$ 2,9 juta dalam rangka pengelolaan devisa. " Jadi bukan utang yang harus dibayar," tuturnya.

Soal pinjaman asing, Menteri Keuangan tidak menampik ada utang luar negeri yang belum lunas ke sejumlah lembaga multilateral, antara lain dari Bank Dunia dan Bank Pembangunan Asia (ADB).

"Utang di IMF itu sudah selesai di 2006," kata Bambang menegaskan.

Sebelumnya, Andi Wijayanto mengungkap statistik utang luar negeri Indonesia yang dicatatkan BI per 31 Januari 2015. Berdasarkan pengamatannnya, masih ada sisa utang ke IMF sebesar US$ 2,79 miliar yang berlum terbayarkan oleh Indonesia.

"Utang tersebut dalam bentuk mata uang special drawing right (SDR)," tuturnya di Istana Kepresidenan, Selasa (28/4).

SDR merupakan instrumen yang dikembangkan oleh IMF pada 1969 sebagai aset cadangan devisa yang sewaktu-waktu dapat digunakan suatu negara untuk memperkuat cadangan devisa.

Untuk meluruskan pernyataan Andi, Bambang Brodjonegoro menegaskan kuota alokasi SDR sebesar US$ 2,79 miliar itu bukan kategori utang. Kuota SDR tersebut merupakan komitmen pinjaman siaga (standby loan) yang diberikan kepada seluruh negara anggota IMF.

"Itu fasilitas IMF ke negara anggota dalam bentuk stanby loan, bukan dari masa lalu," ujarnya kepada CNN Indonesia.

Menurut Bambang, Indonesia masih tercatat sebagai anggota IMF sampai saat ini sehingga mendapatkan fasilitas tersebut. Namun, karena sampai sekarang kondisi ekonomi Indonesia tergolong baik, maka fasilitas tersebut tidak pernah dipakai.

"Tapi karena (komitmen itu) dialokasikan oleh IMF, itu secara statistik dihitung sebagai utang. Bisa dipakai ataupun tidak," jelasnya.

Dalam Buku Statistik Utang Luar Ngeri yang dirilis Bank Indonesia pada 2010, posisi terakhir utang pemerintah dan BI ke IMF sebesar US$ 7,8 miliar pada 2005. Angka tersebut menyusut dari posisi tahun sebelumnya (2004) yang sebesar US$ 9,65 miliar. Memasuki 2006, utang ke IMF sirna dari neraca pemerintah dan Bank Indonesia, sebelum muncul kembali pada Sewptember 2009.

Dalam keterangan tertulisnya, BI menjelaskan kembali munculnya utang IMF dalam catatan bank sentral karena Indonesia sebagai negara anggota mendapat kuota pinjaman siaga sebesar SDR 1,98 miliar atau ekuivalen US$ 3,1 miliar.

Pada Buku Statistik Utang Luar Negeri edisi terbaru, April 2015, posisi kuota pinjaman IMF yang belum ditarik Indonesia oper Februari 2015 sebesar US$ 2,8 miliar.



Credit  CNN Indonesia

Lewat Twitter, SBY Koreksi Pernyataan Jokowi soal Utang IMF


Lewat Twitter, SBY Koreksi Pernyataan Jokowi soal Utang IMF 
 Mantan Presiden RI sekaligus Ketua Global Green Growth Institute Susilo Bambang Yudhoyono saat menjadi pembicara dalam Asia Africa Parliamentary Conference sebagai rangkaian KTT Asia-Afrika, Di Komplek Parlemen Senayan, Kamis, 23 April 2015. (CNN indonesia/Adhi Wicaksono)
 
 
 
Jakarta, CB -- Mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan koreksinya lewat media sosial Twitter, Selasa (28/4), terhadap pernyataan Presiden Joko Widodo terkait utang Indonesia terhadap Dana Moneter Internasional (IMF).

Melalui akun @SBYudhoyono, Yudhoyono mengoreksi kesalahan data Presiden Jokowi yang mengatakan Indonesia masih pinjam uang ke IMF. "Berarti kita dianggap masih punya utang kepada IMF," tulis Yudhoyono di Twitter pukul 9.38 WIB.

Menurut Yudhoyono, pernyataan itu dikatakan Presiden Jokowi dan dimuat di harian Rakyat Merdeka pada 27 April 2015.

Yudhoyono melanjutkan, ketika pemerintahan dipimpin olehnya, Indonesia sudah melunasi utang sebesar US$ 9,1 miliar terhadap IMF pada 2006 atau empat tahun lebih cepat dari jadwal.

"Jika pernyataan Presiden Jokowi tsb tidak saya koreksi, rakyat bisa menuduh saya yg berbohong. Kebenaran bagi saya mutlak. *SBY*" tulisnya.

Ia pun menjelaskan tiga alasan penting yang mendasari percepatan pelunasan utang IMF itu. Totalnya da 13 kicauan Yudhoyono yang mengoreksi pernyataan tersebut, berikut kicauannya:


Credit  CNN Indonesia



Istana Bantah Klaim Bebas Utang IMF Versi SBY


Istana Bantah Klaim Bebas Utang IMF Versi SBY 
 Mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)
 
 
Jakarta, CB -- Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto memastikan tidak ada yang salah dengan pidato Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam Konferensi Asia Afrika pekan lalu yang menyerukan agar negara-negara di dua benua tersebut tidak lagi bergantung pada utang dari International Monetary Fund (IMF), Bank Dunia, dan Asian Development Bank (ADB).

Andi malah menyebut koreksi yang dibuat mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bahwa Indonesia telah terbebas dari utang IMF, tidak berdasarkan data utang luar negeri terbaru yang dikeluarkan Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia.

“Di 2006 memang kita tidak memiliki utang dengan IMF tapi muncul lagi pada 2009. Besarnya US$ 3,09 miliar dan terus ada sampai hari ini berdasarkan data posisi utang luar negeri Indonesia menurut kreditor yang dikeluarkan Kementerian Keuangan,” ujar Andi di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (28/4).

Dilihat dari waktu timbulnya kewajiban utang tersebut, Andi memastikan bukan Pemerintahan Jokowi yang menjadi debitur dari IMF. Secara teknis, Andi juga mengaku tidak tahu untuk apa pemerintah sebelumnya menarik utang dari IMF sebesar itu. Dia meminta awak media untuk menanyakannya kepada Kementerian Keuangan maupun Bank Indonesia.

“Kalau melihat datanya, per November 2014 jumlahnya turun sedikit menjadi US$ 2,9 miliar dan terakhir pada Februari 2015 masih tercatat US$ 2,8 miliar,” tegasnya.

Jokowi disebut Andi ingin pemerintah secepatnya melunasi utang ke IMF tersebut. Namun dari sisi neraca keuangan negara yang tertuang dalam APBN, pemerintah menurutnya perlu menjaga rasio utang terhadap PDB.

“Kita perlu jaga antara 20-24 persen, tidak lebih dari itu supaya tidak terlalu memberatkan,” kata Andi.

Pada 26 April lalu, Jokowi sempat mengungkapkan kegeramannya terhadap IMF yang gemar memberikan utang namun dengan syarat-syarat yang memberatkan.

“Kita masih pinjam dari sana. Saya berpandangan perlu dibuat tatanan keuangan global yang lebih baik yang memperhatikan negara miskin. Seharusnya lembaga keuangan itu memberi bantuan buat negara yang kurang, beri rangsangan untuk pertumbuhan ekonomi. Jangan malah memberatkan,” tegas Jokowi.

Pagi ini, SBY menyampaikan koreksinya lewat media sosial Twitter terhadap pernyataan Presiden Joko Widodo terkait utang Indonesia di IMF.


Melalui akun @SBYudhoyono, SBY mengoreksi kesalahan data Jokowi yang mengatakan Indonesia masih pinjam uang ke IMF. "Berarti kita dianggap masih punya utang kepada IMF," tulis Yudhoyono di Twitter pukul 09.38 WIB.

SBY melanjutkan, ketika pemerintahan dipimpin olehnya, Indonesia sudah melunasi utang sebesar US$ 9,1 miliar terhadap IMF pada 2006 atau empat tahun lebih cepat dari jadwal.

"Jika pernyataan Presiden Jokowi tsb tidak saya koreksi, rakyat bisa menuduh saya yg berbohong. Kebenaran bagi saya mutlak. *SBY*" tulisnya dalam twitter.


Credit  CNN Indonesia


Kerusuhan di AS, Kota Baltimore Seperti Medan Perang


Kerusuhan di AS, Kota Baltimore Seperti Medan Perang  
Ratusan mobil dan puluhan bangunan dibakar di kota Baltimore usai pemakaman seorang warga kulit hitam, kondisi di kota itu tidak ubahnya seperti medan perang. (Reuters/Shannon Stapleton)
 
 
Baltimore, CB -- Kerusuhan masih terus terjadi di kota Baltimore, negara bagian Maryland, Amerika Serikat, saat massa yang marah membakar dan menjarah toko-toko, usai pemakaman seorang pria kulit hitam yang tewas di tangan polisi. Ratusan mobil dan puluhan bangunan terbakar, kondisi di kota itu tidak ubahnya seperti medan perang.

Berdasarkan data yang dihimpun CNN pada Selasa (28/4), polisi telah menangkap sedikitnya 200 orang. Sebanyak 144 kendaraan dan 15 bangunan dibakar dan dijarah. Penjarahan terjadi di banyak toko, seperti kedai minuman, apotek, mal dan tempat penyimpanan uang.

Massa masih melempari polisi dengan batu, botol dan apapun yang muat di genggaman tangan. Sedikitnya 15 polisi terluka, enam di antaranya cedera serius.

Sebanyak 500 pasukan Garda Nasional diturunkan ke Baltimore pada Selasa pagi waktu setempat, dan ratusan lainnya akan menyusul untuk mengendalikan situasi.

Walikota Baltimore Stephanie Rawling-Blake mengatakan bahwa kerusuhan ini telah mengubah kota tempat bekerja, bermain dan bersosialisasi itu sebagai medan pertempuran.

"Banyak orang yang menghabiskan beberapa generasi membangun kota ini dan kini dihancurkan oleh para berandalan," kata Walikota Blake.

Kerusuhan terjadi setelah pemakaman Freddie Gray, 25, awal pekan ini. Gray tewas pada 19 April di tahanan polisi, diduga akibat cedera pada syaraf tulang belakang. Pria kulit hitam ini disinyalir disiksa oleh aparat.

Peristiwa ini terjadi di tengah kemarahan warga AS atas pembunuhan oleh polisi terhadap warga kulit hitam, di antaranya Michael Brown di Ferguson, Eric Garner di New York dan Walter Scott di North Charleston.

Mencegah kerusuhan yang meluas, Walikota Blake menerapkan jam malam mulai dari pukul 22.00 hingga 05.00. Sementara itu pemerintah negara bagian Maryland menerapkan status darurat dan mengaktifkan Garda Nasional.

"Penjarahan hari ini dan tindak kekerasan di Baltimore tidak akan ditoleransi. Ada perbedaan yang signifikan antara pemrotes dan perusuh, mereka yang melakukan tindakan ini akan diadili sesuai hukum," ujar Gubernur Maryland Larry Hogan.


Credit   CNN Indonesia

Tiongkok Minta Myanmar Hentikan Perang di Perbatasan


Tiongkok Minta Myanmar Hentikan Perang di Perbatasan 
 Kelompok pemberontak terbesar di Myanmar adalah Tentara Aliansi Nasional Demokrasi Myanmar (MNDAA) yang dipimpin oleh seorang etnis Tiongkok, Peng Jiasheng. (Reuters/Stringer)
 
Jakarta, CB -- Tiongkok meminta Myanmar untuk tidak bertempur dengan kelompok pemberontak di dekat daerah perbatasan pada Selasa (28/4).

"Sekarang ini, beberapa selongsong peluru dari Myanmar jatuh ke Tiongkok dan menyebabkan kerusakan properti. Untungnya, tidak ada yang terluka atau tewas," ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Hong Lei, seperti dikutip Reuters.

Hal ini diserukan oleh Tiongkok setelah menahan kegeraman lantaran lima orang tewas akibat bom liar yang jatuh ke Provinsi Yunnan di barat daya Tiongkok saat Myanmar sedang menggempur kelompok pemberontak.

"Tiongkok sudah mengajukan imbauan keras kepada Myanmar dan meminta mereka mengambil langkah efektif untuk mencegah hal ini terulang kembali. Myanmar akan mencoba menahan personel mereka untuk mencegah hal ini terulang lagi," tutur Hong.

Sementara itu, puluhan ribu orang mulai melarikan diri dari Myanmar ke Tiongkok untuk menghindari konflik yang kian memanas di daerah Kokang.

Demi keselamatan bersama, Hong mengatakan bahwa Presiden Xi Jinping telah bertemu dengan Ketua Partai Pembangunan dan Persatuan Solidaritas Myanmar, Shwe Mann, di Beijing pada Senin (27/4).

"Tiongkok berharap partai-partai dapat meredakan suasana secepatnya agar situasi di perbatasan kembali normal," kata Hong.

Kelompok pemberontak terbesar di Myanmar adalah Tentara Aliansi Nasional Demokrasi Myanmar (MNDAA) yang dipimpin oleh seorang etnis Tiongkok, Peng Jiasheng. Juru Bicara MDAA, Tun Myat Lin, mengatakan bahwa mereka akan mengirimkan perwakilan untuk berdiskusi dengan kelompok-kelompok pemberontak kecil lainnya pada Mei mendatang di Pangsan.

Beberapa kelompok etnis bersenjata akan membahas persetujuan gencatan senjata dengan pihak militer pemerintah yang sudah tertunda selama satu tahun. Pemerintah tidak ingin MNDAA terlibat dalam negosiasi tersebut.

MNDAA terbentuk dari sisa Partai Komunis Burma, pasukan pemberontak yang didukung oleh Tiongkok untuk menyerang Myanmar sebelum akhirnya dibubarkan pada 1989. Kelompok ini sempat melakukan gencatan senjata dengan pemerintah pada 2009 lalu, ketika pasukan pemerintah mengambil alih wilayah mereka dalam konflik yang menyebabkan ribuan pengungsi bergeser ke Provinsi Yunnan.


Credit  CNN Indonesia

Reklamasi Laut China Selatan Diusik ASEAN, China Prihatin


Reklamasi Laut China Selatan Diusik ASEAN China Prihatin
China prihatin dengan sikap para pemimpin ASEAN yang mengusik reklamasi Laut China Selatan. | (Reuters)
 
 
BEIJING   (CB) - Pemerintah China pada Selasa (28/4/2015) mengaku sangat prihatin atas komentar para pemimpin negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) yang mengusik reklamasi Laut China Selatan yang dilakukan pihak Beijing.

ASEAN sebelumnya khawatir reklamasi yang dilakukan China di kawasan sengketa itu akan menganggu kebebasan navigasi di Laut Cina Selatan. Reklamasi itu telah menjadi sumber ketegangan terbaru di kawasan laut China Selatan. 

 
Sepuluh negara ASEAN menyatakan bahwa, setelah pertemuan puncak di Kuala Lumpur pekan ini, meraka secara resmi mempertayakan reklamasi Laut China Selatan yang dilakukan China.”Pekerjaan reklamasi telah mengikis kepercayaan dan keyakinan, dan dapat merusak perdamaian, keamanan serta stabilitas di Laut China Selatan,” bunyi pernyataan ASEAN.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Hong Lei, mengatakan bahwa, China "sangat prihatin" bahwa pernyataan para pemimpin ASEAN itu. ”Pada masalah ini, China telah melaksanakan pengendalian diri yang ekstrem,” katanya, seperti dilansir Reuters.

Menurutnya, tidak ada masalah dengan kebebasan navigasi di perairan sengketa itu. Namun, Presiden Filipina, Benigno Aquino, menyebut reklamasi besar-besaran oleh China itu merupakan ancaman bagi keamanan dan stabilitas kawasan.

China  telah mengklaim 90 persen kawasan Laut China Selatan, yang diyakini kaya minyak dan gas. Namun klaim itu ditentang Brunei, Malaysia, Filipina, Vietnam dan Taiwan.




Credit  SINDOnews

Pasca Eksekusi Mati, Indonesia Harus Siap dengan Kecaman Internasional


 
AFP PHOTO / JEWEL SAMAD Dua terpidana mati kasus narkotika kelompok Bali Nine yaitu Myuran Sukumaran (kiri) dan Andrew Chan usai proses pengadilan di Bali, 14 Februari 2006.

JAKARTA, CB -
Pengamat hubungan internasional Yasmi Adriansyah, mengatakan, Indonesia perlu mengantisipasi berbagai kecaman dan reaksi masyarakat internasional terkait eksekusi mati terpidana narkoba. Kejaksaan Agung telah mengeksekusi delapan terpidana mati kasus narkoba pada Rabu (29/4/2015) dini hari di Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah.

"Reaksi dunia internasional cenderung menyudutkan Indonesia. Pernyataan bernada keras dari berbagai pemimpin dunia, seperti Presiden Perancis Francois Hollande, Menlu Australia Julie Bishop, dan bahkan Sekjen PBB Ban Ki Moon menunjukkan Indonesia perlu mengantisipasi berbagai kecaman dan reaksi keras itu," kata Yasmi, seperti dikutip Antara, Rabu pagi.

Kandidat doktor Hubungan Internasional pada Australian National University (ANU) ini, menilai, Indonesia perlu lebih berhati-hati dalam menyampaikan pernyataan kontra-reaksi agar tidak semakin memperkeruh hubungan bilateral dengan negara sahabat.

"Indonesia jangan hanya melihat kasus ini secara sempit dengan sebatas mengantisipasi perkiraan dampak negatif dari negara asal terpidana. Kemarahan Perancis, misalnya, dapat juga berimbas kepada sikap negatif Uni Eropa (UE) terhadap Indonesia," ujar dia.

Selain itu, kata Yasmi, Belanda yang seorang warganya juga turut dieksekusi sempat menyatakan protes keras akan menarik Dubes Rob Swartbol.

"Baik Perancis mau pun Belanda adalah dua anggota UE yang berpengaruh," katanya.

Oleh karena itu, ia menyarankan agar hanya Menteri Luar Negeri atau pejabat yang ditunjuk yang diizinkan berbicara kepada media terkait eksekusi mati. Pernyataan sikap tegas Pemerintah RI perlu dibarengi dengan sikap diplomatik yang meredakan ketegangan dan bukan sebaliknya.

"Hal lain yang perlu dilakukan Pemerintah Indonesia secara lebih agresif adalah penyampaian informasi kepada media internasional mengenai dampak narkoba yang sudah sangat membahayakan negeri ini, sehingga mencapai situasi darurat narkoba," ujar Yasmi.

Pemberitaan media internasional menyoroti aspek HAM terpidana yang akan dieksekusi atau bahkan korupnya praktik hukum di Indonesia. Hal ini dinilai menyudutkan Indonesia.

"Namun informasi mengenai kemudaratan atau kejahatan paling serius (the most serious crimes) yang telah dilakukan para terpidana terhadap Indonesia tidak banyak diangkat media internasional, sehingga HAM dari aspek terpidana juga perlu dikaitkan dengan HAM dari aspek korban itu sendiri, agar adil," kata Yasmi.

Seperti diberitakan, delapan terpidana mati telah dieksekusi mati secara serentak di Nusakambangan, Jawa Tengah, Rabu (29/4/2015) pukul 00.25 WIB. Mereka adalah Myuran Sukumaran dan Andrew Chan (Australia); Martin Anderson (Ghana); Raheem A Salami, Sylvester Obiekwe, dan Okwudili Oyatanze (Nigeria); Rodrigo Gularte (Brasil); serta Zainal Abidin (Indonesia). Sementara, eksekusi satu terpidana mati asal Filipina Mary Jane ditunda.



Credit  KOMPAS.com

Australia Tak Tarik Dubes Saat Warganya Dieksekusi di Singapura


 
Sydney Morning Herald PM Australia Tony Abbott dan Menlu Julie Bishop dalam jumpa pers di Canberra, beberapa jam setelah duo Bali Nine, Myuran Sukumaran dan Andrew Chan dieksekusi di Nusakambangan, Rabu (29/4/2015), dini hari.

CANBERRA, CB - Perdana Menteri Australia Tony Abbott, Rabu (29/4/2015), memutuskan untuk memanggil duta besar negeri itu di Jakarta setelah dua warga Australia Myuran Sukumaran dan Andrew Chan menjalani eksekusi hukuman mati di Nusakambangan.

Ini adalah kali pertama Australia memanggil pulang duta besarnya di sebuah negara terkait warganya yang dieksekusi mati karena kasus narkotika.

Salah satunya saat Nguyen Tuong Van (25) menjalani eksekusi hukuman mati di Singapura pada Desember 2005. Nguyen tertangkap di Bandara Changi, Singapura pada 2002 karena membawa 392,2 gram heroin dari Kamboja.

Jumlah heroin yang dibawa Nguyen 26 kali lebih banyak dibanding jumlah minimal dalam undang-undang Singapura. Sesuai undang-undang anti-narkoba Singapura, siapapun yang memiliki heroin minimal 15 gram diancam hukuman mati.

Setelah diadili, Nguyen dijatuhi hukuman mati pada 20 Maret 2004. Upaya banding yang dilakukan Nguyen ditolak Pengadilan Banding Singapura pada 20 Oktober 2004 dan menjalani eksekusi hukuman mati dengan cara digantung pada 2 Desember 2005.

Tepat di hari eksekusi Nguyen, di KTT APEC di Korea Selatan, PM Australia saat itu John Howard mengajukan permohonan terakhir untuk menyelamatkan nyawa Nguyen kepada PM Singapura Lee Hsien Loong, namun eksekusi tetap dilakukan.

Setelah eksekusi dilakukan, PM Howard mengatakan kecewa terhadap PM Singapura Lee Hsien Loong yang tidah memberikan informasi kepada dirinya terkait tanggal eksekusi Nguyen saat keduanya bertemu.

Menanggapi kekecewaan itu, Menlu Singapura George Yeo menyampaikan permintaan maaf pemerintah negeri itu kepada Menlu Australia Alexander Downer. Namun, Australia tak pernah mengancam atau menarik dubesnya dari Singapura.

Kejam dan tak diperlukan

Lalu apa alasan PM Abbott memilih menarik duta besarnya di Jakarta terkait eksekusi mati Myuran Sukumaran dan Andrew Chan? Abbott beralasan eksekusi mati terhadap kedua warganya itu kejam dan tak diperlukan.

"Eksekusi ini kejam dan tak diperlukan," kata Abbott dalam jumpa pers di Canberra, Rabu pagi.

"Kami menghormati kedaulatan Indonesia namun kami menyesalkan apa yang telah terjadi dan situasi ini tak bisa dianggap sebagai hal biasa. Atas alasan itu dan untuk menghormati keluarga Sukumaran dan Chan, kami memanggil duta besar di Jakarta untuk konsultasi," lanjut Abbott.

Abbott menambahkan, saat ini ini adalah masa-masa gelap hubungan diplomatik antara Indonesia dan Australia.

"Saya ingin menekankan bahwa hubungan Australia dan Indonesia sangat penting namun hubungan itu tercederai atas apa yang terjadi dalam beberapa jam terakhir ini," kata Abbott.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop mengatakan duta besar Paul Grigson akan kembali ke Australia akhir pekan ini untuk konsultasi dengan pemerintah terkait masa depan hubungan Australia dan Indonesia.

"Pemanggilan pulang duta besar kami adalah untuk menunjukkan rasa tidak senang kami terkait perlakuan yang diterima warga negara Australia di Indonesia," Bishop menegaskan.



Credit  KOMPAS.com

Abbott Panggil Dubes Australia untuk Indonesia


 
ABC PM Tony Abbott bantah mengancam Indonesia terkait eksekusi terpidana mati Bali Nine.

SYDNEY, CB - Perdana Menteri Australia Tony Abbott mengatakan bahwa dia telah memanggil Duta Besar Australia untuk Indonesia Paul Gibson sebagai bentuk protes atas eksekusi mati terhadap dua warga negaranya yang terlibat kasus narkoba, yaitu Andrew Chan dan Myuran Sukumaran.

Eksekusi dilakukan pada Rabu (29/4/2015) pukul 00.30 di Lapas Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah.
"Kami menghormati kedaulatan Indonesia, namun kami sungguh menyesalkan hal ini. Ini bukanlah urusan biasa," ujar Abbott kepada para wartawan di Canberra.
"Saya ingin menekankan bahwa ini adalah hubungan yang sangat penting antara Australia dan Indonesia. Hubungan ini rusak akibat apa yang terjadi dalam beberapa jam yang lalu.
Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop mengatakan, dubes Gibson akan kembali ke Australia pada akhir pekan ini.


Credit  KOMPAS.com



Jenazah delapan terpidana dibawa keluar Nusakambangan


Jenazah delapan terpidana dibawa keluar Nusakambangan
Ilustrasi. Mobil jenazah yang membawa jenazah terpidana mati kasus narkoba Tran Thi Bich Hanh keluar dari Markas Brimob Gunung Kendil, Boyolali, Jawa Tengah, Minggu (18/1) dini hari. Tran Thi Bich Hanh (37)dieksekusi mati karena terbukti menyeludupkan narkotika dari Malaysia ke Indonesia. (ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho)
 
 
Cilacap (CB) - Jenazah delapan terpidana mati kasus narkoba yang baru dieksekusi dibawa keluar Pulau Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah, Rabu, guna dibawa ke tempat persemayaman masing-masing.

Dari pantauan di Dermaga Wijayapura, Cilacap, ambulans yang membawa jenazah para terpidana mati terbagi atas dua kelompok penyeberangan karena keterbatasan kapasitas Kapal Pengayoman IV milik Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) yang menyeberangkan mobil-mobil tersebut dari Dermaga Sodong di Pulau Nusakambangan.

Kelompok pertama yang tiba di Dermaga Wijayapura pada pukul 04.50 WIB terdiri atas enam ambulans, salah satu di antaranya tidak membawa peti jenazah, sedangkan kelompok kedua terdiri atas tiga ambulans.

Akan tetapi pada kaca depan setiap ambulans tidak disebutkan nama jenazah terpidana mati yang dibawa karena hanya tercantum nomor urut saja.

Berdasarkan informasi yang dihimpun Antara, kelompok pertama terdiri atas ambulans pembawa jenazah Myuran Sukumaran (nomor 1), Andrew Chan (nomor 2), Martin Anderson (nomor 4), Silvester Obiekwe Nwaolise (nomor 6), Rodrigo Gularte (nomor 7), dan ambulans nomor 3 kosong karena semula ditujukan untuk jenazah Mary Jane Fiesta Veloso yang ditunda eksekusinya.

Sementara tiga ambulans yang masuk kelompok kedua terdiri atas jenazah Raheem Agbaje Salami (nomor 5), Okwudili Oyatanze (nomor 8), dan Zainal Abidin (nomor 9).

Ambulans-ambulans itu dikawal mobil Patroli Jalan Raya (PJR) Kepolisian Daerah Jawa Tengah menuju tempat persemayamannya masing-masing.

Dalam hal ini, dua ambulans yang membawa jenazah Myuran Sukumaran dan Andrew Chan berjalan beriringan karena duo "Bali Nine" itu akan disemayamkan lebih dulu di Jakarta sebelum diterbangkan ke Australia.

Sementara jenazah Martin Anderson akan dimakamkan secara Islam di Bekasi, jenazah Silvester Obiekwe Nwaolise disemayamkan di Rumah Sakit PGI Cikini Jakarta sebelum diterbangkan ke Nigeria, dan jenazah Rodrigo Gularte disemayamkan di RS St Carolus Jakarta sebelum diterbangkan ke Brasil.

Selanjutnya, jenazah Raheem Agbaje Salami dibawa ke Madiun untuk dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Serayu, jenazah Okwudili Oyatanze dibawa ke Ambarawa, dan jenazah Zainal Abidin dimakamkan di Pemakaman Umum Karangsuci, Cilacap.

Seperti diwartakan, eksekusi terhadap delapan terpidana mati kasus narkoba telah dilaksanakan di Lapangan Tembak Tunggal Panaluan, Pulau Nusakambangan, pada hari Rabu, pukul 00.25 WIB.

Kedelapan terpidana mati itu terdiri atas Andrew Chan (warga negara Australia), Myuran Sukumaran (Australia), Raheem Agbaje Salami (Nigeria), Zainal Abidin (Indonesia), Rodrigo Gularte (Brasil), Silvester Obiekwe Nwaolise alias Mustofa (Nigeria), Martin Anderson alias Belo (Ghana), dan Okwudili Oyatanze (Nigeria).

Sementara eksekusi terpidana mati asal Filipina Mary Jane Fiesta Veloso ditunda pelaksanaannya.



Credit  ANTARA News




Duo Bali Nine sementara disemayamkan di Daan Mogot


Duo Bali Nine sementara disemayamkan di Daan Mogot
Warga Australia terpidana mati kasus Bali Nine, Myuran Sukumaran (kiri) berada di menara pengawas pasca kerusuhan di Lembaga Pemasyarakatan (lapas) Kerobokan, Denpasar, Jumat (24/2). Akibat kerusuhan tersebut selain belum kondusif, juga sejumlah fasilitas di dalam penjara rusak sehingga para napi dapat dengan leluasa menguasai lapas terbesar di Bali itu. (FOTO ANTARA/Nyoman Budhiana)
 
 
Jakarta (CB) - Dua terpidana mati anggota "Bali Nine", Myuran Sukumaran dan Andrew Chan, yang telah dieksekusi pada Rabu dinihari, disemayamkan di Jalan Daan Mogot Km2 Nomor 353, Jakarta Barat sebelum diterbangkan ke Australia.

Dari informasi yang diperoleh Antara, Rabu, untuk terpidana mati Martin Anderson alias Belo disemayamkan di Kalibalang Poncol, Bekasi Utara.

Sylvester Obiekwe Nwolise di Rumah Sakit PGI Cikini, Jakarta Pusat, Rodrigo Gularte di RS St Carolus, Jakarta Pusat, Raheem Agbaje Salami di TPU Serayu Madiun, Jawa Timur, Ukwudilu Oyantanze di Ambarawa, dan Zainal Abidin di Cilacap.

Rencananya, jenazah terpidana mati itu akan dibawa melalui jalan darat. Kemudian di antara mereka akan diterbangkan ke negara asalnya.

Pada kesempatan sebelumnya, Kejaksaan Agung menyatakan jenazah terpidana mati asal Australia, "Duo Bali Nine", nantinya akan disemayamkan dahulu di satu tempat Jakarta Barat sebelum diterbangkan ke negaranya.

"Jadi ada permintaan dari pemerintah Australia melalui Kemenlu mengirimkan surat pada Kemenlu Indonesia, agar kedua jenazah ini disemayamkan di suatu tempat di wilayah Jakbar, setelah itu esok harinya akan diterbangkan ke Australia," kata Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejagung, Tony T Spontana, di Jakarta, Selasa (28/4).


 Credit  ANTARA News




Terpidana mati Mary Jane batal dieksekusi


Terpidana mati Mary Jane batal dieksekusi
Mary Jane warga Filipina terpidana hukuman mati kasus penyelundupan narkoba jenis heroin, Mary Jane Fiesta Veloso (kanan) memanjatkan doa dituntun rohaniawan sekaligus saksi, Romo Bernhard Kieser SJ (kiri) dalam sidang lanjutan di Pengadilan Negeri Sleman, Yogyakarta, Rabu (4/3). Sidang tersebut menghadirkan dua orang saksi yang diajukan terpidana yaitu rohaniawan Romo Bernhard Kieser SJ dan Kepala Sekolah Tinggi Bahasa Asing (STBA) LIA Agus Darwanto. (ANTARA FOTO/Doni Monardi)
 
 
Jakarta (CB) - Terpidana mati asal Filipina, Mary Jane Fiesta Veloso, batal dieksekusi bersama delapan terpidana lainnya di Pulau Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah.

Kepala Pusat Penerangan Hukum (Kapuspenkum) Kejagung Tony T Spontana di Jakarta, Rabu dinihari, menyatakan Mary Jane batal dieksekusi.

"MJ batal dieksekusi," katanya.

Dari pemberitaan, perekrut Mary Jane, menyerahkan diri kepada Kepolisian Kota Cabanatuan, Filipina dan dari keterangannya bahwa sosok Mary Jane tidak bersalah.

Sementara itu, dari sumber Antara, pelaksanaan eksekusi terhadap delapan terpidana mati lainnya telah dilakukan secara serentak pada sekitar pukul 00.25 WIB.

Sebanyak delapan terpidana mati itu, yakni Myuran Sukumaran dan Andrew Chan (Australia), Martin Anderson (Ghana), Raheem Agbaje (Nigeria), Zainal Abidin (Indonesia), Rodrigo Gularte (Brazil), serta Sylvester Obiekwe Nwolise dan Okwudili Oyatanze (Nigeria).



Credit  ANTARA News 







Pembatalan eksekusi Mary karena permintaan Presiden Filipina


Pembatalan eksekusi Mary karena permintaan Presiden Filipina
Presiden Joko Widodo menyambut kedatangan Presiden Filipina Benigno Aquino dalam rangka gala dinner di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (22/4). (ANTARA FOTO/AACC2015/Subekti)
 
 
Jakarta (CB) - Kejaksaan Agung mengakui pembatalan eksekusi mati terhadap Mary Jane Fiesta Veloso karena adanya permintaan dari Presiden Filipina.

"Eksekusi Mary Jane ditunda karena ada permintaan dari Presiden Filipina," kata Kepala Pusat Penerangan Hukum (Kapuspenkum) Kejagung Tony Tribagus Spontana di Jakarta, Rabu dini hari.

Dia menjelaskan pelaku perdagangan manusia di negara itu telah menyerahkan diri, sedangkan Mary Jane sebagai korban mereka.

"MJ ini masih dibutuhkan keterangannya," katanya.

Pelaksanaan eksekusi mati terhadap delapan terpidana mati lainnya, telah dilaksanakan pada pukul 00.25 WIB di Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah.

Delapan terpidana itu adalah Myuran Sukumaran dan Andrew Chan (Australia), Martin Anderson (Ghana), Raheem Agbaje (Nigeria), Zainal Abidin (Indonesia), Rodrigo Gularte (Brazil), serta Sylvester Obiekwe Nwolise dan Okwudili Oyatanze (Nigeria).

Credit  ANTARA News 


Mary Jane dikembalikan ke Yogyakarta


Mary Jane dikembalikan ke Yogyakarta
Foto pada 21 April 2015 ketika Mary Jane Fiesta Veloso mengikuti lomba peragaan busana kebaya saat peringatan Hari Kartini di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta (ANTARA FOTO/Yeyen)
 
 
Cilacap (CB) - Terpidana mati kasus narkoba asal Filipina Mary Jane Fiesta Veloso dikabarkan telah dibawa kembali ke Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan, Yogyakarta, setelah eksekusinya ditunda.

Sumber Antara di Cilacap, Jawa Tengah menyebutkan bahwa Mary Jane dibawa ke Yogyakarta menggunakan mobil Transpas dengan pengawalan personel Brigade Mobil Kepolisian Daerah Jawa Tengah pada Rabu pagi bersamaan dengan pemberangkatan jenazah delapan terpidana mati yang telah dieksekusi.

"Tadi langsung dibawa ke Yogyakarta dengan mobil warna hijau (Transpas, red.) yang terlihat membawa Brimob," kata sumber tersebut.

Saat dihubungi dari Cilacap, Kepala Divisi Pemasyarakatan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Provinsi Jawa Tengah Yuspahruddin mengaku sempat mendengar kabar jika Mary Jane telah dibawa ke Yogyakarta.

Akan tetapi, dia belum konfirmasi kepada Lapas Besi yang dijadikan sebagai tempat isolasi bagi Mary Jane.

"Katanya begitu (sudah dibawa keluar Nusakambangan, red.) tapi saya belum konfirmasi. Saya belum bisa telepon kalapasnya sekarang," kata dia yang sedang berada di Lapas Batu, Nusakambangan.

Kendati demikian, dia mengakui bahwa pihaknya yang meminta dilakukan pemindahan Mary Jane dari Nusakambangan ke Lapas Wirogunan Yogyakarta.

Menurut dia, pihaknya kesulitan jika Mary Jane terlalu lama di Nusakambangan karena selain tidak adanya blok khusus wanita, personel wanita di pulau "penjara" itu juga terbatas sehingga tidak bisa menjaga selama 24 jam.

"Kalau cuma tiga hari, kita bisa mengumpulkan dari semua lapas di Nusakambangan dan Cilacap, dari delapan lapas (tujuh di Nusakambangan dan satu di Cilacap, red.). Kalau sudah dipindahkan, berarti tugas kita selesai," katanya.

Sementara itu, Kepala Lapas Wirogunan Zaenal Arifin mengaku belum menerima pemberitahuan dari jaksa eksekutor terkait pemindahan Mary Jane dari Lapas Besi, Nusakambangan, ke Lapas Wirogunan.

"Saya belum diinformasikan dari jaksa eksekutor, kejaksaan belum menghubungi saya. Masih kemungkinan-kemungkinan saja yang saya terima," katanya melalui saluran telepon.

Kendati demikian, dia mengakui jika Mary Jane tidak mungkin terlalu lama di Nusakambangan dan jika sudah dibawa keluar tidak mungkin berada dipindah ke Lapas Cilacap.

"Saya tahu betul Nusakambangan. Kalau masuk ke kami, ya bisa saja," kata dia yang pernah menjabat Kalapas Permisan Nusakambangan.


Credit  ANTARA News

Delapan terpidana mati kasus narkoba telah dieksekusi


Delapan terpidana mati kasus narkoba telah dieksekusi
Andrew Chan (ANTARA)
 
 
Cilacap (CB) - Sebanyak delapan di antara sembilan terpidana mati kasus narkoba dikabarkan telah dieksekusi secara serentak di Lapangan Tembak Tunggal Panaluan, Pulau Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah, Rabu, pukul 00.25 WIB.

Sebanyak delapan terpidana mati itu, Andrew Chan (warga negara Australia), Myuran Sukumaran (Australia), Raheem Agbaje Salami (Nigeria), Zainal Abidin (Indonesia), Rodrigo Gularte (Brazil), Silvester Obiekwe Nwaolise alias Mustofa (Nigeria), Martin Anderson alias Belo (Ghana), dan Okwudili Oyatanze (Nigeria).

Eksekusi terhadap terpidana mati berasal dari Filipina, Mary Jane Fiesta Veloso, ditunda pelaksanaannya.

Berdasarkan informasi dari sumber Antara di Nusakambangan, terpidana mati Mary Jane direncanakan dibawa kembali ke Yogyakarta.

Namun, belum diketahui secara pasti kapan pemindahan tersebut akan dilaksanakan.

Dalam sejumlah pemberitaan, Jaksa Agung H.M. Prasetyo membenarkan jika eksekusi terhadap terpidana mati Mary Jane ditunda pelaksanaannya karena perekrut perempuan itu telah menyerahkan diri.



Credit  ANTARA News

Selasa, 28 April 2015

Presiden Filipina Kembali Minta Pengampunan Bagi Warganya

Veloso dapat menjadi saksi kunci untuk mengungkap pelaku sebenarnya.

Presiden Filipina Kembali Minta Pengampunan Bagi Warganya
Aksi protes meminta pengampunan bagi Mary Jane Veloso (REUTERS)
 
  CB - Presiden Filipina Benigno Aquino kembali membuat permohonan pada pemerintah Indonesia, untuk mengampuni warga negaranya yang terancam dieksekusi mati, Selasa, 28 April 2015.

Dikutip dari Reuters, itu merupakan permintaan ketiga Aquino, setelah Jaksa Agung Indonesia menolak permintaan Filipina untuk Peninjauan Kembali (PK) kedua kalinya, untuk kasus Mary Jane Veloso.

Aquino mengatakan pada para wartawan di Langkawi, Malaysia, dimana dia menghadiri pertemuan para pemimpin negara-negara Asia Tenggara, bahwa Veloso telah mulai bekerjasama dengan otoritas.

Menurutnya Veloso merupakan kunci untuk mengungkap jaringan pengedar narkotika yang sebenarnya. "Tampaknya itu menjadi kepentingan kami, untuk mempertahankannya tetap hidup agar dapat membuat kesaksian," katanya.

Pengacara Veloso telah mengajukan tuntutan perdagangan manusia, terhadap Maria Cristina Sergio yang merekrut dan menjanjikan Veloso pekerjaan, sebagai pembantu rumah tangga.

Sergio dengan sukarela menyerahkan diri pada polisi di Nueva Ecija, Selasa, berharap mendapatkan perlindungan setelah mendapat ancaman pembunuhan, melalui akun media sosial dan telepon selulernya.


Credit  VIVA.co.id

Pemimpin Baru ISIS, Abu Alaa Afri

Dia akan merekonsiliasi ISIS, al-Qaeda dan al-Nusra.

Pemimpin Baru ISIS, Abu Alaa Afri
Abu Alaa Afri
 
  CB - Seorang mantan guru fisika, Abu Alaa Afri, disebut sebagai pemimpin baru ISIS, menggantikan Abu Bakr al-Baghdadi yang dilaporkan terluka parah dan akhirnya tewas, akibat serangan udara Amerika Serikat (AS).

Dikutip dari laman Internasional Business Times, Senin, 27 April 2015, al-Afri telah menjalankan tampuk pimpinan setelah terlukanya al-Baghdadi, dalam serangan di distrik al-Baaj, Nineveh, sebelah barat Irak, pada 18 Maret.

Belum ada konfirmasi resmi atas laporan terluka atau tewasnya al-Baghdadi, namun penasihat pemerintah Irak, Hisham al Hashimi, mengatakan Afri dipastikan menjadi pemimpin ISIS jika terjadi sesuatu atas al-Baghdadi.

Afri yang berarti wajah bumi, merupakan figur karismatik yang dikenal oleh militan ISIS. Dia saat ini merupakan wakil al-Baghdadi, serta telah siap kapan pun harus mengambilalih kepemimpinan ISIS.

"Setelah al-Baghdadi terluka, Afri telah mulai memimpin ISIS dengan bantuan para petinggi lain. Dia akan menjadi pemimpin baru jika al-Baghdadi tewas," kata Hashimi.

Tidak banyak yang diketahui dari Afri yang juga dikenal sebagai Haji Iman. "Dia dulu guru fisika di Tal Afar, Nineveh, serta telah menerbitkan beberapa hasil studi religiusnya. Dia pengikut Abu Musaab al-Suri," ucap Hashimi.

Beberapa pakar mendukung pernyataan Hashimi, yang menyebutkan bahwa Afri merupakan "rising star" di dalam kelompok radikal itu. Analis Timur Tengah, Hassan Hassan, menyebut Afri sebagai salah satu pemain penting.

"Afri tampaknya telah menjadi penting dalam beberapa bulan terakhir, terutama setelah kelompok itu mulai menderita kekalahan taktik di Suriah dan Irak sejak Desember," kata Hassan.

Afri ditunjuk untuk menggantikan Abu Ali al-Anbari sebagai tangan kanan al-Baghdadi, yang belakangan tidak terlalu terlibat dalam pembuatan keputusan, karena beberapa pertimbangan terkait keamanan.

Sebelum menjadi wakil al-Baghdadi, Afri menjadi kunci dalam jalur koordinasi antara al-Baghdadi dan para petinggi ISIS lain. Afri merupakan orang yang dipercaya Osama bin Laden, untuk menjadi emir al-Qaeda di Irak pada 2010.

Afri pernah melakukan perjalanan ke Afghanistan pada 1998, sebelum menjadi anggota senior al-Qaeda. Keberadaan Afri diyakini akan memungkinkan rekonsiliasi antara ISIS, al-Qaeda dan Jabhat al-Nusra.


Credit  VIVA.co.id

Uni Eropa Harap Indonesia Batalkan Eksekusi Mati

Hukuman mati bukan solusi pencegahan tindak kejahatan narkoba.

Uni Eropa Harap Indonesia Batalkan Eksekusi Mati
Narapidana Serge Atlaoui asal Perancis dikawal polisi saat meninggalkan PN Tangerang setelah menandatangani dokumen untuk uji materi di Tangerang, Banten pada Rabu (1/4/2015). (REUTERS/Beawiharta)
 
  CB - Wakil Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia, Brunei Darussalam dan ASEAN, Colin Crooks tetap berharap akan ada keajaiban sehingga pelaksanaan hukuman mati yang dijadwalkan pada malam nanti dibatalkan. Sikap UE, ujar Crooks, sejauh ini tetap sama yaitu menentang pemberlakuan hukuman mati di mana pun.

Demikian ungkap Crooks ketika dihubungi VIVA.co.id pada Selasa, 28 April 2015 melalui telepon. Namun, dia tidak ingin berspekulasi mengenai masa depan kerjasama dua wilayah, seandainya eksekusi tetap dilakukan nanti malam.

"Saya tidak ingin berspekulasi mengenai hal itu (kerja sama di masa depan)," kata Crooks.

Dalam kesempatan itu dia menepis anggapan pembatalan jumpa pers mengenai perayaan hari Eropa karena adanya isu eksekusi mati. Crooks mengklarifikasi bukan dibatalkan, melainkan hanya ditunda.

"Secara teknis, kami masih belum siap untuk menyiapkan acara itu. Tetapi, perayaan hari Eropa sendiri akan tetap digelar pada Mei mendatang, sementara jumpa pers akan menyusul belakangan," kata Crooks.

Dalam eksekusi di gelombang kedua ini, terdapat satu warga Prancis, Serge Atlaoui. Dia dituduh terlibat sebagai salah satu peracik narkoba di pabrik ekstasi terbesar ketiga di dunia.

Prancis sebagai salah satu negara UE sudah menyatakan protesnya lebih dulu. Presiden Francois Hollande mengancam, jika eksekusi tetap dilakukan nanti malam, maka akan ada konsekuensi diplomatik yang harus dihadapi oleh Indonesia.

Permohonan pembatalan eksekusi mati sebelumnya telah disampaikan oleh Kepala Kebijakan Luar Negeri UE, Federica Mogherini. Dalam keterangan tertulis, Mogherini menganggap eksekusi mati bukan lah jalan keluar untuk menghentikan tindak kejahatan narkoba.

"Kami menyadari fakta Indonesia harus menghadapi tingginya permasalahan terkait narkoba. Namun, berdasarkan pengalaman di negara lain, hukuman mati tidak menyelesaikan masalah. Maka, UE siap mencari jalan lain untuk mendukung upaya Indonesia melawan tindak kejahatan narkoba," papar Mogherini.

Sementara itu, di mata pengamat hubungan internasional dari Universitas Paramadina, Dinna Wisnu, jika eksekusi tetap dilakukan Indonesia, maka justru merugikan RI. Selain menodai hasil Konferensi Asia-Afrika (KAA) yang diteken pada 24 April lalu, Indonesia juga akan kehilangan dukungan Prancis di forum PBB.

"Jika hubungan kedua negara memburuk, malah akan menyulitkan agenda Indonesia di PBB seperti reformasi PBB dan kemerdekaan penuh bagi Palestina," kata Dinna yang dihubungi VIVA.co.id beberapa waktu lalu.

Terlebih, Prancis merupakan bagian dari kelompok negara tetap anggota Dewan Keamanan (DK) PBB.

Credit  VIVA.co.id