Penembakan desa yang berpenghuni tidak bisa dibenarkan dengan alasan apapun.
CB,
LONDON – Amnesty International menyampaikan laporan bahwa pasukan
keamanan Myanmar telah menembaki desa-desa dan mencegah warga sipil
mengakses makanan dan bantuan kemanusiaan di negara bagian Rakhine barat
sejak awal 2019.
Pasukan keamanan juga disebut menggunakan undang-undang yang represif untuk menahan warga sipil.
"Operasi-operasi
terbaru ini adalah satu lagi pengingat bahwa militer Myanmar beroperasi
tanpa memperhatikan hak asasi manusia," kata Direktur Crisis Response
Amnesty International, Tirana Hassan, dilansir
Anadolu Agency, Selasa (12/2).
Hassan mengatakan, menembaki desa-desa berpenghuni dan menahan persediaan makanan tidak dapat dibenarkan dalam situasu apapun.
Pihaknya
juga menerima laporan bahwa divisi tentara yang terlibat aksi kekejaman
terhadap Rohingya Agustus-September 2017 lalu telah dikerahkan ke
Negara Bagian Rakhine dalam beberapa pekan terakhir.
"Terlepas
dari kecaman internasional atas kekejaman militer Myanmar, semua bukti
menunjukkan bahwa mereka dengan berani melakukan pelanggaran yang lebih
serius," kata Hassan.
Masih menurut laporan itu,
pelanggaran ini terjadi setelah misi pencarian fakta PBB menyerukan
penyelidikan pidana dan penuntutan kepada pejabat senior Myanmar di
bawah hukum internasional atas kejahatan terhadap penduduk Rohingya di
Rakhine, dan terhadap etnis minoritas di Kachin dan negara-negara bagian
utara Shan.
Laporan itu mengungkapkan, kelompok
etnis Rakhine bersenjata yang dikenal sebagai Tentara Arakan melakukan
serangan terkoordinasi pada empat pos polisi di negara bagian Rakhine
utara. Mereka dilaporkan membunuh 13 petugas polisi pada 4 Januari
2019.
"Dan pemerintah sipil Myanmar
menginstruksikan militer untuk meluncurkan sebuah operasi untuk
'menghancurkan' Tentara Arakan, yang oleh juru bicara pemerintah disebut
sebagai 'organisasi teroris'," katanya.
Tentara Arakan adalah kelompok Buddha bersenjata yang menginginkan lebih banyak otonomi bagi etnis minoritas Buddha Rakhine.
Mereka telah berperang melawan militer sebagai bagian dari aliansi kelompok-kelompok bersenjata di Myanmar utara dan.
Tentara
Arakan ini telah mengalihkan perhatiannya ke negara-negara Chin dan
Rakhine dalam beberapa tahun terakhir, dan sudah terjadi bentrokan
secara sporadis dengan pasukan keamanan di sana. Hingga kemudian,
tentara Myanmar memindahkan banyak aset dan pasukan ke wilayah tersebut.