Kamis, 14 Februari 2019

Lakukan Kudeta, Maduro Akan Seret Guaido ke Pengadilan


Lakukan Kudeta, Maduro Akan Seret Guaido ke Pengadilan
Presiden Venezuela Nicolas Maduro akan menyeret pemimpin oposisi Juan Guaido karena dianggap telah melakukan kudeta. Foto/Ilustrasi/SINDOnews/Ian

CARACAS - Para pemimpin kelompok oposisi Venezuela telah bertindak melawan kepentingan rakyat dan menyebabkan kerusakan pada negara. Demikian dikatakan Presiden Venezuela Nicolas Maduro kepada stasiun televisi Lebanon, al Mayadeen.

"Juan Guaido dan para pendukungnya cepat atau lambat akan dibawa ke pengadilan dan akan memikul tanggung jawab atas upaya untuk merebut kekuasaan," kata Maduro seperti dilansir dari TASS, Kamis (14/2/2019).

Dia menambahkan bahwa krisis di Venezuela diorganisir oleh Amerika Serikat. 

"Mereka (pemimpin oposisi) adalah boneka yang melayani pemerintahan ekstremis Donald Trump yang ingin menjajah Venezuela," kata presiden berusia 56 tahun itu.

"Apa yang disebut intervensi kemanusiaan yang dibicarakan AS bertujuan menaklukkan negara kita dan merebut sumber daya alamnya," imbuhnya.

Pada 23 Januari lalu Ketua Majelis Nasional Venezuela, sebutan untuk parlemen negara itu, Juan Guaido menyatakan dirinya sebagai penjabat presiden. Presiden Venezuela Nicolas Maduro menggambarkannya sebagai upaya kudeta dan mengumumkan pemutusan hubungan diplomatik dengan Amerika Serikat.

Guaido kemudian diakui sebagai presiden sementara oleh negara-negara Grup Lima (kecuali Meksiko), serta oleh Albania, Georgia, Amerika Serikat, dan Organisasi Negara-negara Amerika. Beberapa negara Uni Eropa (UE) maju dengan dukungan untuk parlemen Venezuela dan menyatakan harapan untuk pemilihan baru guna menyelesaikan krisis. 

Maduro sendiri didukung oleh Rusia, Bolivia, Iran, Kuba, Nikaragua, El Salvador, dan Turki. Sementara Belarus dan China menyerukan untuk menyelesaikan semua masalah dengan cara damai dan menentang campur tangan dari luar.

Sedangkan Sekretaris Jenderal PBB menyerukan dialog untuk menyelesaikan krisis di negara yang kaya akan minyak itu. 




Credit  sindonews.com