Selasa, 12 Februari 2019

Iran Ancam Ratakan Tel Aviv dengan Tanah, Ini Reaksi Israel


Iran Ancam Ratakan Tel Aviv dengan Tanah, Ini Reaksi Israel
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu saat rapat kabinet mingguan di Yerusalem, Senin (11/2/2019) . Foto/Haaretz/Emil Salman

 

TEL AVIV - Seorang jenderal senior Iran mengancam akan meratakan Tel Aviv dan Haifa di Israel dengan tanah jika Amerika Serikat (AS) berani menyerang Teheran. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu tak terima dua kota terbesar negaranya diancam seperti itu.

Ancaman dari Teheran dilontarkan Brigadir Jenderal Yadollah Javani, deputi untuk biro Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran, saat peringatan 40 tahun Revolusi Islam Iran, pada hari Senin. Revolusi yang terjadi tahun 1979 itu menjadi akhir dari monarki Shah Mohammad Reza Pahlavi yang menjadi sekutu AS. Rezim Shah digulingkan kelompok Islam loyalis Ayatollah Ruhollah Khomeini.

"Saya tidak mengabaikan ancaman rezim Iran tetapi saya juga tidak diintimidasi oleh mereka," kata Netanyahu," dikutip Haaretz, Selasa (12/2/2019). 

"Jika rezim ini membuat kesalahan besar dengan mencoba menghancurkan Tel Aviv dan Haifa, itu tidak akan berhasil. Namun, ini akan menjadi peringatan terakhir revolusi yang mereka rayakan. Mereka harus mempertimbangkan ini," katanya lagi.

Dalam ancamannya, Jenderal Javani, mengklaim Amerika Serikat tidak punya nyali untuk menyerang Iran karena Israel menjadi taruhannya. "Amerika Serikat tidak memiliki keberanian untuk menembakkan satu peluru pun ke arah kita terlepas dari semua aset pertahanan dan militernya. Tetapi jika mereka menyerang kita, kita akan meratakan Tel Aviv dan Haifa dengan tanah," ujarnya, dikutip kantor berita IRNA.

Bersamaan dengan teriakan "Matilah Amerika" dan spanduk bertuliskan slogan yang menyerukan "Matilah Israel", pawai pada hari Senin juga menjadi ajang pamer rudal buatan Iran oleh militer setempat.

Di Teheran, massa berduyun-duyun di tengah hujan dari selusin lingkungan yang berjauhan di ibu kota menuju pusat kota Azadi atau Freedom Square. Mereka mengibarkan bendera Iran dan meneriakkan slogan "Matilah Amerika". Massa juga membakar bendera AS dan Israel.

Stasiun televisi pemerintah Iran melaporkan jutaan orang berpartisipasi dalam peringatan 40 tahun Revolusi Islam Iran. Televisi tersebut juga menayangkan rekaman arsip masa pemberontakan dan memainkan lagu-lagu revolusioner.

Meskipun tekanan internasional meningkat atas program rudal negara itu, Presiden Iran Hassan Rouhani berjanji untuk terus mendorong pengembangan senjata semacam itu.

"Kami tidak dan kami tidak akan meminta izin untuk memproduksi segala jenis rudal dari siapa pun," kata Rouhani di Teheran. Namun, dia menekankan bahwa Iran akan melanjutkan keterlibatan konstruktif dengan masyarakat internasional.

Rouhani berbicara di hadapan massa selama hampir 45 menit. Dia mengecam musuh-musuh Iran, yakni Amerika dan Israel, yang dia klaim berupaya menyengsarakan rakyat Iran melalui sanksi. Menurutnya, upaya itu tidak akan berhasil.

"Kehadiran orang dalam perayaan ini berarti bahwa plot oleh musuh telah dijinakkan," kata Rouhani. "Mereka tidak akan mencapai tujuan buruk mereka."

Awal bulan ini AS bersumpah untuk menekan Iran agar menghentikan program misilnya setelah Republik Islam itu meluncurkan rudal balistik baru dengan jangkauan 1.000 kilometer (620 mil) dan menguji coba rudal jelajah baru. Kedua senjata itu mampu mencapai target di Israel. 






Credit  sindonews.com