Kamis, 01 November 2018

Pangeran Turki Ingatkan Hubungan AS dan Saudi Bisa Terancam



Sejumlah orang melakukan aksi di depan konsulat Arab Saudi di Istanbul, Kamis (25/10). Mereka meminta kasus kematian jurnalis Jamal Khashoggi diusut hingga tuntas.
Sejumlah orang melakukan aksi di depan konsulat Arab Saudi di Istanbul, Kamis (25/10). Mereka meminta kasus kematian jurnalis Jamal Khashoggi diusut hingga tuntas.
Foto: AP Photo/Lefteris Pitarakis
Jaksa Turki sebut Khashoggi dicekik saat memasuki kantor Konsulat Saudi.




CB, WASHINGTON -- Kecaman Amerika Serikat (AS) terhadap Arab Saudi terkait kasus pembunuhan jurnalis Saudi, Jamal Khashoggi, dapat mengancam hubungan strategis antara AS dan Saudi.


Hal ini diperingatkan oleh anggota keluarga kerajaan Saudi, Pangeran Turki bin Faisal al Saud, yang pernah menjabat sebagai menteri intelijen Saudi.

"Kami menghargai hubungan strategis kami dengan Amerika Serikat dan berharap dapat mempertahankannya. Kami berharap Amerika Serikat membalasnya dengan cara yang sama," kata Pangeran Turki, dalam sebuah pidato dihadapan National Council on U.S.-Arab Relations, sebuah organisasi advokasi nirlaba.

Pangeran Turki, yang pernah menunjuk Khashoggi sebagai penasihat, juga menjabat sebagai duta besar untuk London dan Washington. Dalam pidatonya, ia mencela "demonisasi Arab Saudi" yang membawa imprimatur di Riyadh.

Pernyataan Pangeran Turki ini disampaikan setelah jaksa kepala Istanbul pada Selasa (30/10) mengatakan bahwa Khashoggi tercekik dalam sebuah aksi pembunuhan berencana dan tubuhnya kemudian dimutilasi.

Setelah lebih dari 70 tahun hubungan AS-Saudi bertahan dari sejumlah krisis, Pangeran Turki mengatakan, saat ini hubungan keduanya kembali terancam.
"Pembunuhan Khashoggi yang tragis dan tidak dapat dibenarkan adalah serangan gencar dan demonisasi Arab Saudi dengan cara yang sama seperti krisis sebelumnya. Mengancam hubungan kami dengan masalah ini tentu tidak sehat sama sekali," ujar dia.



Pangeran Turki menegaskan kembali kerajaan Saudi berkomitmen untuk mengadili mereka yang bertanggung jawab atas pembunuhan Khashoggi. Kerajaan juga akan mengadili mereka yang gagal menegakkan hukum.

Pemerintahan Presiden AS Donald Trump telah menuntut akuntabilitas penuh dari Riyadh dalam kasus kematian Khashoggi. AS telah mencabut visa beberapa pejabat Saudi yang terlibat dalam pembunuhan itu. "Hubungan AS-Saudi terlalu besar untuk diakhiri," kata Pangeran Turki.

Hubungan itu, katanya, melampaui produksi minyak, perdagangan, penjualan senjata, dan investasi untuk kerja sama dalam upaya perdamaian Timur Tengah, menstabilkan pasar minyak, memerangi ekstremisme dan menahan Iran, musuh utama Saudi.





Credit  republika.co.id