Kamis, 29 November 2018

Rodrigo Duterte Mau Bentuk Tim Pembunuh Komunis


Foto 19 April 2018 ini, menunjukkan Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, bercanda kepada fotografer ketika dia memegang senapan Galil buatan Israel yang dipamerkan oleh mantan Kepala Kepolisian Nasional Filipina Jenderal Ronald
Foto 19 April 2018 ini, menunjukkan Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, bercanda kepada fotografer ketika dia memegang senapan Galil buatan Israel yang dipamerkan oleh mantan Kepala Kepolisian Nasional Filipina Jenderal Ronald "Bato" Dela Rosa di upacara pergantian-komando di Kamp Crame di kota Quezon timur laut Manila. (AP Photo / Bullit Marquez, File)

CB, Jakarta - Sejumlah senator Filipina menentang rencana Presiden Rodrigo Duterte untuk membuat regu pembunuh untuk membasmi pemberontak komunis.
"Disesalkan. Kadang-kadang Presiden mengatakan hal-hal semacam itu, tetapi ada hukum yang harus diikuti dan hukum akan menang. Ada proses," kata Senator Grace Poe, seperti dilaporkan dari Rappler, 28 November 2018.

Senator oposisi Antonio Trillanes IV mengklaim Duterte memiliki 3 tujuan dalam memamerkan rencananya kepada publik, yakni untuk menyebarkan ketakutan di antara orang Filipina, untuk menipu Pengadilan Pidana Internasional (ICC), dan untuk mengalihkan perhatian media dan publik dari isu-isu yang melibatkan kesepakatan dengan Cina dan penyelundupan sabu-sabu.

Senator oposisi Filipina, Antonio Trillanes IV, memimpin sidang komite di Dinas Sipil Selasa, 4 September 2018 di kota Pasay, di selatan Manila, Filipina. (AP Photo / Bullit Marquez)
"Dia melakukan ini karena dia merasa bahwa dia kehilangan cengkeramannya pada kekuasaan dan ketakutan itu adalah satu-satunya cara untuk menjaga orang-orang," kata Trillanes.
Namun senator mengatakan bahwa strategi itu tidak akan berhasil karena publik sudah tidak sabar dan tidak akan diintimidasi lagi.
Sementara Senator Francis Pangilinan mengatakan pembunuhan tidak akan menyelesaikan masalah negara.

"....Menciptakan regu pembunuh, menciptakan kekerasan dan pembunuhan sehari-hari bukanlah solusi untuk penyakit bangsa kita, itu adalah bagian dari masalah," katanya.
Politikus sayap kiri mengatakan Duterte akan memperburuk iklim ketakutan dan impunitas yang ada dengan mengancam akan mengerahkan orang-orangnya sendiri untuk memburu New People’s Army (NPA), milisi komunis yang telah melancarkan pemberontakan kecil di Filipina selama beberapa puluh tahun.

Foto yang diambil pada 23 November 2016, memperlihatkan anggota pemberontak komunis Tentara Rakyat Baru (NPA) berbaris selama upacara sebelum konferensi pers rahasia di perkemahan gerilya di pegunungan Sierra Madre di tenggara Manila, Filipina.[AP Photo/ Aaron]
Duterte mengatakan regu pembunuhnya akan memburu pembunuh bayaran NPA, yang dikerahkan untuk membunuh polisi pada tahun 1970-an dan 1980-an selama kekuasaan diktator mendiang Ferdinand Marcos.
"Jadi saya akan menciptakan pembunuh saya sendiri, 'regu pembunuh Duterte',"kata Duterte dalam pidatonya pada Selasa, seperti dikutip dari Reuters.
Jose Maria Sison, pendiri Partai Komunis Filipina yang mengasingkan diri, membantah adanya pembunuh bayaran NPA, dan mengatakan Duterte menggunakannya sebagai dalih untuk membunuh orang yang dicurigai sebagai pemberontak komunis. Sison menyamakannya dengan kampanye anti-narkoba Duterte, di mana ribuan orang tewas.
"Dia memberi dirinya alasan untuk membentuk regu pembunuhnya sendiri," kata Sison kepada ANC."Siapa pun yang diduga dapat dibunuh, karena polisi memiliki wewenang untuk membunuh."



Rodrigo Duterte.[CBCPNews]
Pernyataan Rodrigo Duterte mengkhawatirkan kelompok-kelompok HAM, yang mengatakan pidatonya bisa ditafsirkan polisi sebagai lampu hijau untuk membunuh orang yang dicurigai sebagai penjahat.

Duterte pernah dituduh membentuk tim pembunuh ketika dia menjabat sebagai Wali Kota Davao City untuk menindak keras pelanggar hukum. Namun ini disangkal oleh Duterte.
Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana mengatakan bahwa ide regu pembunuh dari Rodrigo Duterte akan dipertimbangkan, tetapi membutuhkan pedoman dan pengawasan operasional yang jelas.



Credit tempo.co