Rabu, 28 November 2018

Korsel Beli Radar Canggih Israel untuk Deteksi Rudal Korut


Korsel Beli Radar Canggih Israel untuk Deteksi Rudal Korut
Sistem radar Green Pine buatan Israel. Foto/ELTA Systems Ltd

SEOUL - Pemerintah Korea Selatan mengumumkan bahwa mereka membeli dua sistem radar canggih dari Israel yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuannya mendeteksi rudal yang masuk, termasuk dari Korea Utara (Korut).

Dua radar detektor terbaru Green Pine disediakan oleh ELTA Systems Ltd., anak perusahaan  Israel Aerospace Industries (IAI).

Pembelian itu dilakukan meski ada upaya berkelanjutan antara Korea Selatan dan Korea Utara untuk mengakhiri perang yang secara resmi telah dikerjakan dua negara sejak 1950.

Seorang pejabat Korsel, yang dilansir Reuters Rabu (28/11/2018), mengatakan kesepakatan pembelian sistem radar bernilai sekitar USD292 juta.

"Sistem itu dapat melacak rudal balistik dari jarak jauh pada tahap awal," kata pemerintah Korea Selatan dalam pengumumannya.

Analis di Korea Selatan mengatakan sistem radar baru Green Pine dapat bertindak sebagai alat pencegah terhadap peluncuran rudal Korea Utara di tempat pertama.

Korea Selatan sudah memiliki versi lawas sistem radar Green Pine. Varian baru sistem itu dikenal sebagai Blok C.

Pada tahun 2009, ketika Seoul membeli pasangan pertama sistem radar baru Green Pine, para pejabat Korea Selatan mengatakan akan menggunakannya bersamaan dengan rudal pencegat Patriot buatan Amerika Serikat (AS).

Model baru dari sistem radar Green Pine diyakini memiliki jangkauan operasional yang lebih baik dan dapat melacak beberapa proyektil di udara secara bersamaan. Ini adalah perbaikan atas sistem radar Korea Selatan saat ini, yang diklaim memiliki jangkauan sekitar 800 kilometer (500 mil).

Keputusan untuk membeli sistem radar tambahan itu dibuat oleh Administrasi Program Akuisisi Pertahanan Korea Selatan.

Di bawah kepemimpinan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in, Seoul telah mengejar kebijakan "merangkul" tetangganya, Korea Utara, yang bersenjata nuklir.

Pada bulan September, Moon Jae-in dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un menyetujui rencana luas untuk meredakan ketegangan di sepanjang perbatasan selama pertemuan ketiga mereka di Pyongyang.

Kedua negara secara teknis tetap berperang setelah Perang Korea 1950-1953, yang menyegel pembagian semenanjung Korea dan berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai.

Namun hubungan membaik tahun ini karena Moon dan Kim mengambil serangkaian gerakan rekonsiliasi. 





Credit  sindonews.com