Presiden Vladimir Putin menyampaikan
kekhawatirannya dengan situasi darurat militer di Ukraina yang
diberlakukan setelah konfrontasi kedua negara di Laut Hitam. (Mikhail
Metzel/TASS Host Photo Agency/Pool via Reuters)
Kremlin melaporkan bahwa Putin menyampaikan kekhawatiran tersebut saat berkomunikasi dengan Kanselir Jerman, Angela Merkel, Selasa (27/11).
"[Putin] mengekspresikan kekhawatiran serius mengenai keputusan Kiev untuk menyiagakan angkatan bersenjata mereka dan memberlakukan darurat militer," demikian pernyataan Kremlin sebagaimana dikutip AFP.
Dalam pembicaraan itu, Putin juga berharap "Berlin dapat memengaruhi otoritas Ukraina untuk menahan mereka dari tindakan sembrono lebih jauh."
Ukraina memberlakukan darurat militer selama tiga puluh hari ini terhitung sejak Rabu (28/11).
Pemberlakuan darurat militer itu disepakati pada Senin (26/11), setelah terjadi konfrontasi langsung antara angkatan laut kedua negara di Laut Hitam.
Insiden bermula ketika dua kapal AL Ukraina berukuran kecil dilengkapi meriam yang mengawal sebuah kapal tunda melintas di Laut Hitam dekat Semenanjung Krimea.
Angkatan Laut Rusia lantas siaga dan memblokir perairan dengan menempatkan kapal tanker dan kapal penjaga pantai di perairan itu.
Rusia menyatakan kapal Ukraina berkeras melintasi perairan itu dan mengabaikan peringatan dari pihaknya. Penjaga pantai Rusia pun melepaskan tembakan ke arah kapal Ukraina dan melukai sejumlah pelaut.
Namun, menurut Ukraina, Rusia menembaki kapal setelah mereka memutuskan untuk putar balik.
Bentrokan angkatan laut Rusia dan Ukraina akhir pekan lalu ini membuat relasi kedua negara bertetangga itu kembali tegang selepas Moskow mencaplok Semenanjung Krimea dari Kiev empat tahun lalu.
Meski demikian, Presiden Ukraina, Petro Poroshenko, memastikan bahwa negaranya tidak akan melakukan provokasi dengan darurat militer ini.
"Ukraina tidak merencanakan perang terhadap siapa pun," ujar Poroshenko.
Credit cnnindonesia.com