ANKARA
- Pasukan Turki akan menyerang daerah-daerah di Irak jika pemerintah
Baghdad tidak dapat membersihkan wilayah itu dari kelompok bersenjata
Kurdi. Hal itu dikatakan Presiden Turki Recep Tayyep Erdogan dalam
sebuah wawancara.
"Qandil, Sinjar, dan Makhmur akan menjadi sasaran pasukan Turki jika Baghdad tidak menyingkirkan mereka dari pasukan Kurdi," kata Erdogan seperti dikutip dari Sputnik, Jumat (8/6/2018).
Militer Turki sebelumnya telah melakukan operasi melawan pasukan Kurdi di Suriah dan di wilayah otonomi Kurdi di Irak utara, yang secara resmi dikenal dalam konstitusi Irak sebagai Wilayah Kurdistan Irak.
Al Monitor melaporkan bahwa ancaman oleh pejabat Turki untuk menyerang militan Kurdi tiba di tengah kampanye pemilihan yang panas yang didominasi oleh kecaman nasionalis, yang menimbulkan pertanyaan tentang motif Ankara.
Erdogan juga mengatakan bahwa keadaan darurat di Turki, yang dinyatakan setelah kudeta pada tahun 2016, dapat dicabut setelah warga Turki pergi untuk memilih pada bulan Juni nanti.
Pada hari Kamis, lembaga polling Gezici mengatakan bahwa Erdogan tidak mungkin mencapai kemenangan di putaran pertama dalam pemilihan umum Turki yang akan datang dan partai Erdogan, AKP, diproyeksikan akan kehilangan mayoritasnya di Parlemen ketika Turki menggelar pemilu pada 24 Juni.
Meskipun 15 tahun memerintah di Parlemen Turki, hasil jajak pendapat menunjukkan bahwa Partai AKP dan partai nasionalis MHP yang menjadi sekutunya hanya memiliki dukungan 48,7 persen, yang akan mengakhiri kekuasaan mayoritas oleh partai Erdogan dan sekutu domestiknya.
Pada bulan April, pemimpin Turki menyerukan mempercepat pemilu untuk memperluas otoritas cabang eksekutif Turki.
"Qandil, Sinjar, dan Makhmur akan menjadi sasaran pasukan Turki jika Baghdad tidak menyingkirkan mereka dari pasukan Kurdi," kata Erdogan seperti dikutip dari Sputnik, Jumat (8/6/2018).
Militer Turki sebelumnya telah melakukan operasi melawan pasukan Kurdi di Suriah dan di wilayah otonomi Kurdi di Irak utara, yang secara resmi dikenal dalam konstitusi Irak sebagai Wilayah Kurdistan Irak.
Al Monitor melaporkan bahwa ancaman oleh pejabat Turki untuk menyerang militan Kurdi tiba di tengah kampanye pemilihan yang panas yang didominasi oleh kecaman nasionalis, yang menimbulkan pertanyaan tentang motif Ankara.
Erdogan juga mengatakan bahwa keadaan darurat di Turki, yang dinyatakan setelah kudeta pada tahun 2016, dapat dicabut setelah warga Turki pergi untuk memilih pada bulan Juni nanti.
Pada hari Kamis, lembaga polling Gezici mengatakan bahwa Erdogan tidak mungkin mencapai kemenangan di putaran pertama dalam pemilihan umum Turki yang akan datang dan partai Erdogan, AKP, diproyeksikan akan kehilangan mayoritasnya di Parlemen ketika Turki menggelar pemilu pada 24 Juni.
Meskipun 15 tahun memerintah di Parlemen Turki, hasil jajak pendapat menunjukkan bahwa Partai AKP dan partai nasionalis MHP yang menjadi sekutunya hanya memiliki dukungan 48,7 persen, yang akan mengakhiri kekuasaan mayoritas oleh partai Erdogan dan sekutu domestiknya.
Pada bulan April, pemimpin Turki menyerukan mempercepat pemilu untuk memperluas otoritas cabang eksekutif Turki.
Credit sindonews.com