CB, Jakarta - Presiden Turki
Recep Tayyip Erdogan mengisyaratkan akan mengeluarkan pelarangan impor
barang dari Israel terkait dengan pembunuhan demonstran Palestina oleh
pasukan Israel di perbatasan Gaza, pekan lalu.
Erdogan, yang saat ini sibuk kampanye untuk pemilihan umum pada Juni 2018, pekan lalu menjadi tuan rumah pertemuan para pemimpin negara Islam mengutuk kekerasan di Gaza dan pembukaan Kedutaan Besar Amerika Serikat di Yerusalem.
Para pengunjuk rasa, memegang spanduk selama demonstrasi di dekat konsulat Israel di Istanbul, Turki, 15 Mei 2018. Plakat dibiarkan berbunyi dalam bahasa Turki: "Bahkan jika dunia bisu, kita tidak akan diam." (AP Photo/Emrah Gurel)
Berbicara kepada wartawan usai kembali dari Bosnia pada Ahad, 20 Mei
2018, Erdogan mengatakan, sebanyak 57 anggota Organisasi Kerja Sama
Islam, OKI, merekomendasikan memboikot pembelian barang-barang Israel.
"Hasil rekomendasi pertemuan tersebut menyatakan, seluruh negara Islam melarang masuk barang dari Israel, terutama barang yang diproduksi di daerah pendudukan Tepi Barat dan Dataran Tinggi Golan," kata Erdogan sebagaimana dikutip Middle East Monitor.
Turki dan Israel saling usir diplomat menyusul aksi kekerasan di Jalur Gaza pada 14 mei 2018 yang menewaskan sedikitnya 60 orang.
Para pengunjuk rasa meneriakkan slogan selama mengikuti aksi protes di Istanbul, Turki, 15 Mei 2018. Ratusan pengunjuk rasa berkumpul di Istanbul untuk memprotes keputusan AS yang merelokasi kedutaannya ke Yerusalem dan mengecam atas tewasnya 58 warga Palestina oleh pasukan Israel di perbatasan Gaza. (AP Photo/Emrah Gurel)
Menurut data lembaga keuangan internasional, IMF, Israel adalah pasar terbesar ke-10 bagi barang-barang ekspor Turki pada 2017 senilai US$ 3,4 miliar atau setara dengan Rp 48 triliun (kurs Rp 14.191/dolar).
Angka perdagangan itu menunjukkan surplus bagi Turki. Sementara impor dari Israel berupa plastik dan minyak mineral. Erdogan mengatakan, Turki akan mempertimbangkan kembali hubungannya dengan Israel.
"Kami akan meninjau kembali hubungan dengan Israel, terutama masalah ekonomi dan perdagangan. Kami saat ini siap-siap menggelar pemilihan umum. Usai pemilu kami akan mengambil langkah untuk masalah ini dengan Israel," kata pemimpin Turki ini.
Erdogan, yang saat ini sibuk kampanye untuk pemilihan umum pada Juni 2018, pekan lalu menjadi tuan rumah pertemuan para pemimpin negara Islam mengutuk kekerasan di Gaza dan pembukaan Kedutaan Besar Amerika Serikat di Yerusalem.
Para pengunjuk rasa, memegang spanduk selama demonstrasi di dekat konsulat Israel di Istanbul, Turki, 15 Mei 2018. Plakat dibiarkan berbunyi dalam bahasa Turki: "Bahkan jika dunia bisu, kita tidak akan diam." (AP Photo/Emrah Gurel)
"Hasil rekomendasi pertemuan tersebut menyatakan, seluruh negara Islam melarang masuk barang dari Israel, terutama barang yang diproduksi di daerah pendudukan Tepi Barat dan Dataran Tinggi Golan," kata Erdogan sebagaimana dikutip Middle East Monitor.
Turki dan Israel saling usir diplomat menyusul aksi kekerasan di Jalur Gaza pada 14 mei 2018 yang menewaskan sedikitnya 60 orang.
Para pengunjuk rasa meneriakkan slogan selama mengikuti aksi protes di Istanbul, Turki, 15 Mei 2018. Ratusan pengunjuk rasa berkumpul di Istanbul untuk memprotes keputusan AS yang merelokasi kedutaannya ke Yerusalem dan mengecam atas tewasnya 58 warga Palestina oleh pasukan Israel di perbatasan Gaza. (AP Photo/Emrah Gurel)
Menurut data lembaga keuangan internasional, IMF, Israel adalah pasar terbesar ke-10 bagi barang-barang ekspor Turki pada 2017 senilai US$ 3,4 miliar atau setara dengan Rp 48 triliun (kurs Rp 14.191/dolar).
Angka perdagangan itu menunjukkan surplus bagi Turki. Sementara impor dari Israel berupa plastik dan minyak mineral. Erdogan mengatakan, Turki akan mempertimbangkan kembali hubungannya dengan Israel.
"Kami akan meninjau kembali hubungan dengan Israel, terutama masalah ekonomi dan perdagangan. Kami saat ini siap-siap menggelar pemilihan umum. Usai pemilu kami akan mengambil langkah untuk masalah ini dengan Israel," kata pemimpin Turki ini.
Credit tempo.co