Kamis, 17 Mei 2018

Mahathir dan Anwar, Dari Murid Jadi Lawan Lalu Kawan


Mahathir dan Anwar, Dari Murid Jadi Lawan Lalu Kawan
Mantan politisi oposisi Malaysia, Anwar Ibrahim dibebaskan berkat Perdana Menteri Mahathir Mohamad, guru yang pernah menjebloskannya ke penjara. (REUTERS/Lai Seng Sin)


Jakarta, CB -- Mantan politisi oposisi Malaysia, Anwar Ibrahim dibebaskan dari penjara, Rabu (16/5). Pembebasan Anwar dimungkinkan setelah pengampunan dari Yang Dipertuan Agung, Raja Malaysia yang diupayakan Mahathir Mohamad, mentornya, Perdana Menteri Malaysia yang baru. Pengampunan penuh yang berarti Anwar bisa kembali terjun ke politik, sesuatu yang tidak mungkin jika saja Pakatan Harapan, koalisi oposisi gagal memenangkan pemilihan umum (pemilu) Malaysia ke-14 yang baru lalu.

Kemenangan Pakatan Harapan di bawah pimpinan Mahathir Mohamad, juga tak disangka-sangka. Hingga menjelang hari-H, koalisi pimpinan Najib Razak Barisan Nasional disebut-sebut tetap unggul. Namun, terbukti rakyat Malaysia sudah jera dengan BN yang dirundung skandal korupsi.

Meski begitu, banyak kalangan melihat keunikan pembebasan Anwar Ibrahim. Hal ini lantaran Perdana Menteri Mahathir-lah yang menjebloskan Anwar ke dalam penjara, atas tuduhan kasus sodomi, sesuatu yang melanggar hukum di Malaysia pada 1998.





 Kini tinggal Mahathir membuktikan janjinya untuk menjadikan Anwar sebagai perdana menteri. Saat menerima pinangan menjadi calon PM Pakatan Harapan, Mahathir meneken kesepakatan untuk menyerahkan jabatan itu kepada Anwar Ibrahim.
Saat itu, Anwar masih menjabat sebagai Deputi Perdana Menteri, sekaligus menteri keuangan. Dijegal dengan tuduhan korupsi, Anwar berhasil lolos.

Mahathir pun telah mengakui bahwa dialah yang berperan menjebloskan mantan Deputi Perdana Menteri-nya itu ke dalam bui pada 1998. Dalam pidato pertamanya setelah dilantik sebagai PM baru Malaysia, Mahathir juga mengakui bahwa dirinya pernah memimpin dengan tangan besi. "Ingat, dulu saya adalah diktator," kata Mahathir setengah berkelakar, Kamis (10/5).

Hubungan Anwar dengan Mahathir membuktikan sebuah keniscayaan politik. Yakni tak ada musuh yang abadi. Mahathir dan Anwar adalah bukti nyata, kala lawan menjadi kawan di saat kepentingan mereka sama.



Banyak kalangan meragukan soal apakah Mahathir bakal menyerahkan kekuasaan kepada mantan deputinya itu. Namun, peneliti hubungan internasional Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Adriana Elizabeth mengaku yakin bahwa Mahathir akan memenuhi semua janjinya. "Mahathir sudah tua, dia sadar hal itu dan akan memenuhi janji-janjinya, dia tidak akan berlaku bodoh," kata Adriana saat dihubungi CNNIndonesia.com. Meskipun menurut Adriana, terpilihnya Mahathir menunjukkan kemunduran demokrasi di Malaysia.

Adapun Anwar yang kini berusia 70 tahun adalah putra seorang portir rumah sakit, yang mengenyam pendiidkan di sebuah sekolah top Malaysia. Namanya menjulang sebagia pemimpin pemuda Islam dan menjadi anggota parlemen di usianya yang masih relatif muda, yakni pertengahan 30-an tahun.

Mahathir mengajak Anwar untuk bergabung dengan United Malays National Organisation (UMNO), partai utama pemerintah pada 1982. Anwar dianggap orang yang tepat untuk menjembatani kesenjangan antara citra nasionalis Melayu dengan aspirasi Islam.



Mahathir dan Anwar, Dari Murid Jadi Lawan Lalu Kawan (EMB)
Foto: REUTERS


Sejak itu Anwar melejit bak meteor. Mahathir pun mendapuknya menjadi Deputi Perdana Menteri 1993. Dia juga berperan sebagai Menteri Keuangan. Sejak itu, dia tampak sebagai calon pengganti mentornya.

Namun pada 1998, keduanya berselisih soal cara mengatasi krisis keuangan di Asia, dan gagal. Anwar dipecat lalu meluncurkan gerakan "Reformasi". Dia bertekad mengakhiri pemerintahan berbasis ras dan patronase UMNO, dan mengajak puluhan ribu pendukungnya turun ke jalanan.

Mendapat perlawanan dalam kepemimpinannya, Mahathir menggunakan undang-undang keamanan internal dan menahan lebih dari 100 politisi, akademisi dan aktivis sosial dari kalangan oposisi. Anwar pun dibui. Tuduhannya sodomi, yang dianggap kejahatan di Malaysia, serta korupsi.



 Politik pun berbalik pada tahun lalu. Anwar tampak bersalaman dengan Mahathir. Keduanya sepakat untuk mengesampingkan segala perbedaan untuk bersatu mengalahkan Najib yang didera skandal 1MDB serta koalisi Barisan Nasional. Mereka pun menggelar kampanye "Save Malaysia".
Foto-foto Anwar, berjanggut dan kaca mata dengan mata memar serta lebam membuat Mahathir dikecam seluruh dunia.

Persidangan Anwar menjadi tontonan. Jaksa mengeluarkan bukti kasus bernoda air mani yang diduga digunakan Anwar saat berhubungan seks dengan dua ajudan laki-lakinya.

Anwar baru dibebaskan pada 2004. Dia kembali berpolitik sebagai pemimpin oposisi, kali ini multi-etnis di sekitar Islamis, dan reformis sosial. Mahathir telah pensiun dan pada 2009 yang menjadi perdana menteri adalah Najib Razak.

Pada 2015, tuduhan sodomi kembali dilontarkan kepada Anwar. Dia kembali dibui selama lima tahun, dengan tuduhan menyodomi bekas ajudan. Anwar dan para pendukungnya membantah tuduhan yang disebut bermotif politik sebagai upaya Najib mengakhiri kariernya.



Beberapa pendukung Anwar terkejut. Mereka mengira Anwar berpura-pura. Tapi ada pula yang menyebut itu sebagai sebuah langkah cerdik.

"Perlu waktu bertahun-tahun bagi kami untuk mencapai titik ini. Jika Anda tidak pandai atau cukup bijaksana untuk menggabungkan semua kekuatan, kami mungkin kehilangan kesempatan merebut kekuasan dari BN," kata putri Anwar, Nurul Izzah seperti dilansir kantor berita Reuters.

Mahathir pun berjanji untuk membebaskan Anwar jika dia menang. Dia pun bertekad mundur dan membiarkan Anwar menjadi perdana menteri.

"Tak mudah baginya untuk menyetujui saya di partai oposisi. Itu akan menjadi perannya, kecuali dia di penjara," kata Mahathir dalam sebuah wawancara dengan Reuters, Maret lalu.


Pembebasan Anwar Ibrahim
Foto: REUTERS/Lai Seng Sin
Pembebasan Anwar Ibrahim


Tampak seperti sebuah jalinan kemitraan yang mustahil. Bagaimana pun menimbulkan pertanyaan tentang apa yang akan terjadi pada Gerakan Reformasi yang dimulai Anwar. Gerakan yang menyatukan para politisi, pemimpin masyarakat sipil dan aktivis yang disalahkan Mahathir, orang yang pernah mereka sebut sebagai "Maha Firaun".

Istri Anwar Ibrahim, kini Deputi Perdana Menteri Malaysia Wan Azizah Wan Ismail, mengaku paham akan kritik dari pendukung Gerakan Reformasi. "Saya paham. Mereka pernah menjadi korban," kata Wan Azizah sebelum pemilu Malaysia. "Saya paham bagaimana perasaan mereka karena anak-anak kami, keluarga kami telah menetapkan syaratnya sejak awal."

Anwar sedianya dibebaskan pada Juni, namun Nurul Izzah telah mengabarkan berita gembira bahwa tiga hari lagi, ayahnya bakal bebas, berkat pengampunan dari Yang Dipertuan Agung, Sabtu (12/5). Namun sehari sebelum pembebasan, ada kabar terbaru bahwa Anwar baru dapat dibebaskan Rabu (16/5).

Mahathir bakal tetap menjadi PM Malaysia selama satu-dua tahun, sebelum menyerahkannya kepada Anwar, yang harus melalui sebuah pemilu sela untuk menjadi anggota Parlemen Malaysia.






Credit  cnnindonesia.com