Selasa, 15 Mei 2018

Kota Hilang Mardaman Ditemukan di Irak, Berumur 4.800 Tahun


Arkeolog Universitas  Tubingen, Jerman, menemukan reruntuhan kota kuno Mardaman berusia 4.800 tahun di Irak Utara. (dok. Universitas Tubingen)
Arkeolog Universitas Tubingen, Jerman, menemukan reruntuhan kota kuno Mardaman berusia 4.800 tahun di Irak Utara. (dok. Universitas Tubingen)

CB, Jakarta – Tim arkeolog dari Universitas  Tubingen, Jerman, menemukan reruntuhan kota kuno Mardaman yang diperkirakan berusia 4.800 tahun. Reruntuhan ini ditemukan di Kurdistan, wilayah utara Irak.
Setelah melakukan penggalian betahun-tahun, akhirnya para arkeolog ini menemukan reruntuhan yang dipercaya pernah hidup makmur selama berabad-abad. Penelitian penting ini berawal dari penemuan pot berisi 92 prasasti di tengah reruntuhan bekas bangunan istana.
Betina Faist, ahli filologi dari Universitas Heidelberg, Jerman, berhasil memecahkan tulisan dalam prasasti itu. Dari situ diketahui kota kuno itu bernama Mardaman atau sesekali disebut Mardama.
Menurut Peter Pfalzner, professor arkeologi Timur dari Tubingen, reruntuhan Mardaman (sekarang terletak dekat kota modern Bassetki) diperkirakan mulai dibangun antara 2800 dan 2650 tahun sebelum masehi. Kota itu mencapai puncak kejayaannya pada 1900 dan 1700 tahun sebelum masehi.
Prasasti ini dibuat sekitar 1250 tahun sebelum masehi, saat Mardaman masuk ke dalam pemerintahan Asiria yang dipimpin oleh Assur-nasir. Sedangkan istana tempat ditemukannya prasasti itu diperkirakan hancur pada 1200 tahun sebelum masehi. Tetapi kotanya masih terus hidup dan berkembang sampai periode Neo-Asiria pada 911 hingga 612 tahun sebelum masehi.
“Prasasti-prasasti itu memuat urusan-urusan administratif dan komersial dengan masyarakat Mardama,” tutur Pfalzner, yang memimpin tim penggalian.
Mengacu pada prasasti yang pernah ditemukan di situs arkeologi lain, Mardaman pernah menjadi kerajaan merdeka, sebelum menjadi bagian kerajaan yang lebih besar. Pada sejarahnya Mardaman pernah diserang dan mengalami kehancuran di beberapa bagian, tetapi penduduk membangun kembali kotanya.
Pot yang memuat prasasti di dalamnya itu ditemukan dalam kondisi terbungkus tanah liat, yang diartikan sebagai upaya penduduk kota dalam menyelamatkan prasasti.
“Prasasti disembunyikan dengan cara ini, beberapa saat setelah kota dikepung dan bangunan-bangunan dihancurkan,” katanya. “Mungkin informasi dalam prasasti ini dilindungi untuk diwariskan pada anak cucu mereka.”
“Mardaman berkembang menjadi kota yang berpengaruh, karena berada di jalur perdagangan antara Mesopotamia, Anatolia, dan Suria,” kata Pfalzner. “Saat itu Mardaman adalah kekuatan besar di Mesopotamia.”
Tim arkeolog dari Tubingen memulai pekerjaannya pada 2013. Proyek penggalian mereka adalah ekskavasi besar pertama yang dilakukan di kota itu. Penemuan lain berupa patung orang telanjang pernah ditemukan di situs itu pada 1960.
Saat ini penggalian terus dilanjutkan. Pfalzner merasa lega kota kuno Mardaman terhindar dari penjarahan seperti yang terjadi pada situs-situs lain di Irak.





Credit  tempo.co