CB, Jakarta - Mengapa Turki
membeli senjata canggih dari Rusia? Bukankan negeri itu anggota NATO,
Organisasi Pertahanan Atlantik Utara. Apakah ingin membalas dengan
kepada Amerika Serikat karena membatasi penjualan senjata ke Turki
Laporan kantor berita Reuters pada Ahad, 6 Mei 2018 menyebutkan, Turki teken kontrak dengan Rusia pada Desember 2017 untuk membeli rudal baterei darat ke udara S-400. Pembelian ini sebagai bagian dari Ankara memperkuat kemampuan pertahanan di tengah ancaman dari Kurdi dan militan Islam di dalam negeri, serta konflik di perbatasan Suriah dan Irak.
Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu. REUTERS/Henry Romero
Senjata modern yang sanggup menghalau serangan udara dari darat ini, menurut Reuters,
tidak kompatibel dengan pernjataan yang dimiliki oleh anggota NATO.
"Langkah yang diambil oleh Turki membeli S-400 telah menggetarkan
sejumlah anggota NATO yang sudah lama mewaspadai kehadiran militer
Moskow di Timur Tengah. Hal itu mendorong pejabat NATO memperingatkan
Turki tentang konsekwensi dari langkah yang diambil."
Cavusoglu menolak peringatan pejabat NATO seraya mengatakan hubungan Turki dan kesepakatan perjanjian dengan Rusia tidak mengikat dengan Barat. Dia mengatakan, Turki tidak mau didikte oleh Amerika Serikat.
Presiden AS Donald Trump memegang payungnya yang rusak karena angin kencang saat tiba dengan pesawat Air Force One di Pangkalan Angkatan Udara Andrews, Md., 28 April 2018. REUTERS
"Turki bukanlah negara di bawah perintah Anda, Turki adalah sebuah negara merdeka. Berbicara dengan cara mendikte, boleh membeli atau tidak bukanlah cara pendekatan yang baik dan bukan pula sebagai sekutu yang cocok dengan kami," ucapnya.
Hubungan antara Ankara dengan Washington memburuk dalam beberapa bulan ini. Hal itu antara lain dipicu oleh kebijakan Amerika Serikat di Suriah.
Bulan lalu, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo mengatakan kepada Cavusoglu, Amerika Serikat menaruh perhatian serius mengenai keputusan Turki membeli rudal baterei Rusia, S-400.
Laporan kantor berita Reuters pada Ahad, 6 Mei 2018 menyebutkan, Turki teken kontrak dengan Rusia pada Desember 2017 untuk membeli rudal baterei darat ke udara S-400. Pembelian ini sebagai bagian dari Ankara memperkuat kemampuan pertahanan di tengah ancaman dari Kurdi dan militan Islam di dalam negeri, serta konflik di perbatasan Suriah dan Irak.
Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu. REUTERS/Henry Romero
Cavusoglu menolak peringatan pejabat NATO seraya mengatakan hubungan Turki dan kesepakatan perjanjian dengan Rusia tidak mengikat dengan Barat. Dia mengatakan, Turki tidak mau didikte oleh Amerika Serikat.
Presiden AS Donald Trump memegang payungnya yang rusak karena angin kencang saat tiba dengan pesawat Air Force One di Pangkalan Angkatan Udara Andrews, Md., 28 April 2018. REUTERS
"Turki bukanlah negara di bawah perintah Anda, Turki adalah sebuah negara merdeka. Berbicara dengan cara mendikte, boleh membeli atau tidak bukanlah cara pendekatan yang baik dan bukan pula sebagai sekutu yang cocok dengan kami," ucapnya.
Hubungan antara Ankara dengan Washington memburuk dalam beberapa bulan ini. Hal itu antara lain dipicu oleh kebijakan Amerika Serikat di Suriah.
Bulan lalu, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo mengatakan kepada Cavusoglu, Amerika Serikat menaruh perhatian serius mengenai keputusan Turki membeli rudal baterei Rusia, S-400.
Credit TEMPO.CO