WASHINGTON
- China telah memasang rudal jelajah anti kapal dan sistem rudal
permukaan ke darat di tiga pos terdepan di Laut China Selatan. Demikian
laporan yang dibuat laman CNBC, mengutip sumber-sumber yang mengetahui
langsung lapora intelijen Amerika Serikat (AS).
Langkah itu, jika dikonfirmasi, akan menandai penempatan rudal China pertama di Kepulauan Spratly, di mana beberapa negara Asia termasuk Vietnam dan Taiwan memiliki klaim yang sama. Kementerian Pertahanan China sendiri tidak segera menanggapi permintaan untuk komentar.
CNBC mengutip sumber tanpa nama mengatakan bahwa menurut penilaian intelijen AS, rudal itu dipindahkan ke Fiery Cross Reef, Subi Reef, dan Mischief Reef dalam 30 hari terakhir.
Departemen Pertahanan AS, yang menentang instalasi fasilitas militer China di pos-pos terdepan yang dibangun di Laut China Selatan, menolak berkomentar mengenai laporan ini.
"Kami tidak berkomentar tentang masalah intelijen," kata seorang juru bicara Departemen Pertahanan AS seperti dilansir dari Reuters, Kamis (3/5/2018).
China tidak menyebut-nyebut tentang penyebaran rudal, tetapi mengatakan fasilitas militernya di Spratly murni untuk kepentingan pertahanan. Beijing dengan tegas mengatakan dapat melakukan apa yang disukainya di wilayah sendiri.
Greg Poling, seorang ahli Laut China Selatan di Pusat Pemikir Strategis dan Internasional Washington, mengatakan bahwa penyebaran rudal di pos terdepan akan menjadi penting.
"Ini akan menjadi rudal pertama di Spratly, baik dari permukaan ke udara, atau anti kapal," katanya.
Dia menambahkan bahwa penyebaran itu dilakukan karena China membangun tempat perlindungan rudal di terumbu karang tahun lalu dan telah menyebarkan sistem rudal di Pulau Woody yang lebih jauh ke utara.
Poling mengatakan itu akan menjadi langkah besar di jalan China untuk mendominasi Laut China Selatan, rute perdagangan global utama.
“Sebelum ini, jika Anda adalah salah satu dari pihak lain yang mengklaim Laut China Selata, Anda tahu bahwa China memantau setiap langkah Anda. Sekarang Anda akan tahu bahwa Anda beroperasi di dalam jangkauan rudal China. Itu ancaman yang cukup kuat, secara implisit,” katanya.
CNBC mengatakan rudal jelajah anti-kapal YJ-12B memungkinkan China menyerang kapal-kapal dalam jarak 295 mil laut. Dikatakan rudal permukaan ke udara jarak jauh HQ-9B dapat menargetkan pesawat, drone dan rudal jelajah dalam jarak 160 mil laut.
Bulan lalu, Admiral AS Philip Davidson, yang dinominasikan untuk mengepalai Komando Pasifik AS, mengatakan pangkalan operasi terdepan China di Laut China Selatan tampak lengkap.
Langkah itu, jika dikonfirmasi, akan menandai penempatan rudal China pertama di Kepulauan Spratly, di mana beberapa negara Asia termasuk Vietnam dan Taiwan memiliki klaim yang sama. Kementerian Pertahanan China sendiri tidak segera menanggapi permintaan untuk komentar.
CNBC mengutip sumber tanpa nama mengatakan bahwa menurut penilaian intelijen AS, rudal itu dipindahkan ke Fiery Cross Reef, Subi Reef, dan Mischief Reef dalam 30 hari terakhir.
Departemen Pertahanan AS, yang menentang instalasi fasilitas militer China di pos-pos terdepan yang dibangun di Laut China Selatan, menolak berkomentar mengenai laporan ini.
"Kami tidak berkomentar tentang masalah intelijen," kata seorang juru bicara Departemen Pertahanan AS seperti dilansir dari Reuters, Kamis (3/5/2018).
China tidak menyebut-nyebut tentang penyebaran rudal, tetapi mengatakan fasilitas militernya di Spratly murni untuk kepentingan pertahanan. Beijing dengan tegas mengatakan dapat melakukan apa yang disukainya di wilayah sendiri.
Greg Poling, seorang ahli Laut China Selatan di Pusat Pemikir Strategis dan Internasional Washington, mengatakan bahwa penyebaran rudal di pos terdepan akan menjadi penting.
"Ini akan menjadi rudal pertama di Spratly, baik dari permukaan ke udara, atau anti kapal," katanya.
Dia menambahkan bahwa penyebaran itu dilakukan karena China membangun tempat perlindungan rudal di terumbu karang tahun lalu dan telah menyebarkan sistem rudal di Pulau Woody yang lebih jauh ke utara.
Poling mengatakan itu akan menjadi langkah besar di jalan China untuk mendominasi Laut China Selatan, rute perdagangan global utama.
“Sebelum ini, jika Anda adalah salah satu dari pihak lain yang mengklaim Laut China Selata, Anda tahu bahwa China memantau setiap langkah Anda. Sekarang Anda akan tahu bahwa Anda beroperasi di dalam jangkauan rudal China. Itu ancaman yang cukup kuat, secara implisit,” katanya.
CNBC mengatakan rudal jelajah anti-kapal YJ-12B memungkinkan China menyerang kapal-kapal dalam jarak 295 mil laut. Dikatakan rudal permukaan ke udara jarak jauh HQ-9B dapat menargetkan pesawat, drone dan rudal jelajah dalam jarak 160 mil laut.
Bulan lalu, Admiral AS Philip Davidson, yang dinominasikan untuk mengepalai Komando Pasifik AS, mengatakan pangkalan operasi terdepan China di Laut China Selatan tampak lengkap.
"Satu-satunya yang kurang adalah pengerahan pasukan," katanya.
"China akan dapat memperluas pengaruhnya ribuan mil ke selatan dan jauh ke Oceania," imbuhnya.
Davidson mengatakan China dapat menggunakan pangkalan untuk menantang kehadiran regional AS, dan akan dengan mudah membanjiri wilayah Laut China Selatan lainnya dengan pasukan militer.
"China sekarang mampu mengendalikan Laut China Selatan dalam semua skenario perang pendek dengan Amerika Serikat," tukasnya.
Credit sindonews.com