Senin, 21 Mei 2018

Anwar: Malaysia Perlu Bentuk Tim untuk Kaji Reformasi RI


Anwar: Malaysia Perlu Bentuk Tim untuk Kaji Reformasi RI
Politikus Malaysia Anwar Ibrahim menyatakan negaranya perlu tim khusus buat mengkaji transisi kekuasaan RI saat reformasi untuk diterapkan di negaranya. (Dok. Istimewa)


Jakarta, CB -- Politikus dan pejuang reformasi Malaysia Anwar Ibrahim mengatakan negaranya memerlukan tim khusus untuk mengkaji transisi kekuasaan di Indonesia pada 1998 lalu sebagai pelajaran menjelang era reformasi negaranya setelah pemilu 2018.

"Harus ada tim yang mengkaji atau meneliti pengalaman Indonesia dalam proses itu dari era Pak Habibie sampai era Jokowi. Apa kekuatannya, apa kelemahannya," kata Anwar setelah bertemu dengan BJ Habibie di kediaman sang mantan presiden RI itu di Jakarta, Minggu (20/5).

Anwar mengatakan bahwa kajian ini sangat penting agar Malaysia tak mengulangi kesalahan dan dapat mengambil hal baik dari transformasi Indonesia.



Menurut Anwar sendiri, proses transisi Indonesia dari Orde Baru ke Reformasi di bawah kepemimpinan BJ Habibie sangat patut dicontoh.




"Dalam waktu sesingkat itu, beliau bisa buat perubahan besar-besaran, dari institusi sampai aturan lainnya," ucap Anwar.

Menanggapi Anwar, Habibie mengatakan bahwa hal paling penting dalam transformasi Indonesia pada 1998 adalah dasar pembentukan Mahkamah Konstitusi.

"Karena sistem konstitusi itu harus ada yang mengawasi, yaitu yang memegang kuasa tertinggi, tapi pada saat itu tidak ada, maka langsung ke presiden," tutur Habibie.

Anwar lantas mengatakan bahwa Malaysia sebenarnya tidak separah Indonesia karena mereka sudah memiliki institusi yang dibutuhkan.



"Bukan saya ingin bilang Malaysia lebih baik, tidak. Namun, institusi itu harus dirombak sistemnya dan diisi dengan orang-orang yang benar-benar ingin melayani rakyat," kata Anwar.

Ia pun yakin Malaysia bisa menjalankan agenda reformasi di bawah pimpinan Mahathir Mohamad, mantan diktator yang juga pernah memecat dan memenjarakannya dua dekade silam.

"Tun Mahathir sudah berubah. Dia menunjukkan tekad kuat untuk menjalankan agenda reformasi, terutama untuk sistem peradilan dan kebebasan pers. Ia juga berupaya memilih jajaran kabinet yang bagus," katanya.



Setelah memenangkan pemilu bersejarah pada 9 Mei lalu, Mahathir yang disokong oleh koalisi pimpinan Anwar, Pakatan Harapan, memang langsung menjalankan janji kampanyenya. Salah satunya mengupayakan pengampunan raja Yang Dipertuan Agong untuk Anwar.

Ia juga menepati janjinya untuk memberikan jabatan Wakil Perdana Menteri kepada istri Anwar, Wan Azizah Wan Ismail.

"Esok Senin, saya akan hadir ke pelantikan di Istana. Saya harus membiasakan sebutan wakil perdana menteri yang dulu saya pegang sekarang jadi Wan Azizah. Saya hanya akan jadi pendamping," kata Anwar disambut gelak tawa wartawan.




Credit  cnnindonesia.com