JERUSALEM
- Pasukan Pertahanan Israel (IDF) memulai latihan selama 10 hari pada
Selasa kemarin. Dalam latihan militer terbesar dalam satu dasawarsa itu,
mereka akan "mengalahkan Hizbullah" dalam sejumlah simulasi, seperti
dilaporkan media Israel Haaretz.
Puluhan ribu personel IDF dijadwalkan untuk berpartisipasi dalam latihan tersebut, termasuk pasukan cadangan dan tim SAR. Ini adalah simulasi perang terbesar Israel sejak tahun 1998.
"Tujuan dari diikutsertakannya pasukan cadangan adalah untuk mempersiapkan pasukan cadangan untuk berperang di area utara dan untuk menyesuaikannya dengan perubahan serta ancaman yang berkembang dalam beberapa tahun terakhir," jelas seorang pejabat Angkatan Darat Israel, dilansir dari Sputnik, Kamis (6/9/2017).
Bagian dari misi tersebut mencakup mengevakuasi warga Israel dari garis depan medan perang, yang juga dikenal sebagai rencana "Safe Distance".
Latihan perang dimaksudkan untuk mengatasi kegagalan operasional di ranah intelijen dan komunikasi yang dialami militer Israel selama Perang Lebanon Kedua tahun 2006 lalu. Empat puluh petugas akan mengawasi latihan yang dijuluki "Cahaya Butir", untuk menentukan bidang kekuatan dan kelemahan.
Pada awal Mei, Hizbullah menjadi sasaran serangan udara Israel dua kali. Insiden ini membuat analis percaya bahwa Israel mungkin akan membuka serangan yang lebih besar terhadap kelompok Syiah Lebanon dalam waktu dekat.
"Ini adalah sebuah kesalahan untuk percaya karena sebuah kelompok besar pasukan Hizbullah ditempatkan di Suriah. Hizbullah tidak akan membalas dendam terhadap provokasi Israel," kata seorang sumber militer Lebanon.
"Apalagi jika Israel menyerang Hizbullah di Libanon. Jangan lupa bahwa melawan Israel adalah, dan, raison d'etat (prinsip dasar perilaku internasional,red) dari Hizbullah," sambung pejabat tersebut saat itu.
Puluhan ribu personel IDF dijadwalkan untuk berpartisipasi dalam latihan tersebut, termasuk pasukan cadangan dan tim SAR. Ini adalah simulasi perang terbesar Israel sejak tahun 1998.
"Tujuan dari diikutsertakannya pasukan cadangan adalah untuk mempersiapkan pasukan cadangan untuk berperang di area utara dan untuk menyesuaikannya dengan perubahan serta ancaman yang berkembang dalam beberapa tahun terakhir," jelas seorang pejabat Angkatan Darat Israel, dilansir dari Sputnik, Kamis (6/9/2017).
Bagian dari misi tersebut mencakup mengevakuasi warga Israel dari garis depan medan perang, yang juga dikenal sebagai rencana "Safe Distance".
Latihan perang dimaksudkan untuk mengatasi kegagalan operasional di ranah intelijen dan komunikasi yang dialami militer Israel selama Perang Lebanon Kedua tahun 2006 lalu. Empat puluh petugas akan mengawasi latihan yang dijuluki "Cahaya Butir", untuk menentukan bidang kekuatan dan kelemahan.
Pada awal Mei, Hizbullah menjadi sasaran serangan udara Israel dua kali. Insiden ini membuat analis percaya bahwa Israel mungkin akan membuka serangan yang lebih besar terhadap kelompok Syiah Lebanon dalam waktu dekat.
"Ini adalah sebuah kesalahan untuk percaya karena sebuah kelompok besar pasukan Hizbullah ditempatkan di Suriah. Hizbullah tidak akan membalas dendam terhadap provokasi Israel," kata seorang sumber militer Lebanon.
"Apalagi jika Israel menyerang Hizbullah di Libanon. Jangan lupa bahwa melawan Israel adalah, dan, raison d'etat (prinsip dasar perilaku internasional,red) dari Hizbullah," sambung pejabat tersebut saat itu.
Credit sindonews.com