Selasa, 19 September 2017

Ilmuwan Jepang Bikin Rahim Buatan, Berpotensi untuk Bayi Prematur


Rahim buatan diujicoba ke bayi domba. (Reuters)
Rahim buatan diujicoba ke bayi domba. (Reuters).





CB, Jakarta - Tim peneliti dari Australia dan Jepang memasukkan beberapa janin domba berusia 105-115 hari ke dalam rahim buatan di luar rahim induknya. Usia janin domba ini setara dengan usia janin manusia 23 minggu setelah pembuahan.

Setelah seminggu di ruang inkubasi buatan tersebut, janin domba mampu mengembangkan beberapa organ vital dan meningkatkan ketahanan hidup. Janin domba lahir normal pada usia 148 hari. Sebelum rahim buatan ini dibuat, para peneliti hanya bisa menjaga janin domba tetap hidup dalam sistem rahim tiruan selama 60 jam. Dan anak-anak domba itu mengalami kerusakan otak yang parah.

Kali ini, setelah sepekan, anak domba lahir sehat dari rahim buatan itu tanpa tanda-tanda kerusakan otak. "Merancang strategi penanganan untuk bayi yang sangat prematur adalah sebuah tantangan," kata Ketua Tim Peneliti Australia, Matt Kemp, yang mempublikasikan hasil risetnya di American Journal of Obstetrics & Gynecology edisi Agustus 2017.

Riset kolaborasi internasional ini melibatkan peneliti dari Women and Infants Research Foundation, Universitas Western Australia, dan Rumah Sakit Universitas Tohoku, Jepang. Mereka juga melibatkan Tim Pengembangan Plasenta Buatan di Nipro Corporation di Osaka, pimpinan Shinichi Kawamura. Riset ini menunjukkan bahwa anak domba lahir prematur dapat dipelihara dalam keadaan sehat dan bebas infeksi dengan pertumbuhan yang signifikan.

Mereka "ditanam" selama seminggu menggunakan terapi lingkungan rahim buatan di luar rahim asli (EVE). Matt Kemp mengungkapkan, dengan pengembangan lebih lanjut, terapi EVE dapat mencegah sakit parah yang diderita oleh bayi prematur. Alat ini sangat penting karena setiap tahun sekitar 30 ribu bayi manusia di Amerika Serikat terlahir secara kritis prematur. Mereka lahir sebelum 26 minggu.


Padahal bayi mematangkan organ-organ tubuhnya pada usia 37-39 minggu. Adapun bayi prematur adalah mereka yang lahir pada masa kritis 23-28 minggu. "Pada usia kehamilan ini, paru-paru sering kali secara struktural dan fungsional kurang berkembang," ujar Kemp.


Harapan hidup bayi prematur

Tim peneliti berhipotesis bahwa salah satu cara meningkatkan harapan hidup bagi bayi prematur adalah memperlakukannya sebagai janin. Bukan bayi kecil. Peralatan ini pada dasarnya adalah "bak mandi" atau tas cairan ketuban berteknologi tinggi yang dikombinasikan dengan plasenta buatan. Rahim buatan diisi cairan ketuban untuk meniru kondisi di rahim ibu.

Dengan menyediakan sarana alternatif pertukaran gas untuk janin, peneliti berharap dapat menyelamatkan nyawa bayi yang paru-parunya terlalu muda untuk bernapas dengan benar. Oksigen eksternal akan mengambil peran plasenta dengan mengubah oksigen yang beredar di sistem itu menjadi karbon dioksida. Jantung dipantau secara ketat sehingga tidak terbebani, sementara organ lain dalam tubuh domba berkembang.

Tujuan akhirnya, menurut anggota peneliti Haruo Usuda, menyediakan bayi prematur kesempatan untuk lebih mengembangkan paru-paru dan organ penting lain sebelum dibawa ke dunia.

Ini bukan pertama kalinya rahim buatan digunakan untuk mengembangkan anak domba. Pada April lalu, para peneliti dari Children Hospital of Philadelphia menggunakan metode yang sama untuk menginkubasi anak domba. Rahim buatan itu mampu mengembangkan anak domba tersebut selama empat minggu tanpa kerusakan pada otak atau organ tubuh. Kini para ilmuwan di Australia telah mereplikasi alat ini.


Namun para kritikus mengatakan metode ini bisa berbahaya karena, bagaimanapun, ada perbedaan antara domba dan bayi manusia. Misalnya, anak domba hanya berada di rahim selama lima bulan, sementara bayi manusia berada di sana selama delapan sampai sembilan bulan.

Anak domba lahir juga jauh lebih besar daripada bayi. Ukurannya bisa mengubah bagaimana rahim buatan harus bekerja untuk bayi kecil. Karena itu, periset tidak akan menguji sistem baru ini pada bayi manusia selama lima tahun ke depan. Masih ada waktu untuk mengembangkan rahim buatan.





Credit  tempo.co