Jumat, 25 November 2016

Teka-teki Penyebab Kegagalan Pesawat Schiaparelli Terpecahkan



Teka-teki Penyebab Kegagalan Pesawat Schiaparelli Terpecahkan Pesawat antariksa Schiaparelli (Foto: ESA/Handout via REUTERS)
 
Jakarta, CB -- Sejumlah spekulasi bermunculan sesaat setelah pesawat antariksa Schiaparelli gagal menyentuh permukaan Planet Mars pada pertengah Oktober lalu.

Sebulan berlalu, Badan antariksa Eropa (ESA) telah mendapatkan hasil mengenai kegagalan utama yakni pada kegagalan sensor saat membuka parasut jelang menginjakkan kaki di permukaan Mars.

Mengutip situs Sky News, sensor komputasi diketahui telah melakukan pengeraman saat Schiaparelli berada di jarak dua mil dari permukaan Mars.


Kesalahan terjadi pada kemampuan perangkat yang mengukur seberapa cepat pesawat luar angkasa berputar dan sistem navigasi data.

"Komputer keliru mengenali ketinggian jelang menyentuh permukaan Mars, hingga mengirimkan status pendaratan."

Dengan kata lain, hal itu turut memicu pelepasan parasut dan backsheel hingga melakukan pengereman dan mengaktifkan sistem status pendaratan, tulis pihak ESA dalam sebuah pernyataan.

Padahal, saat itu Schiaparelli masih berada di ketinggian sekitar 3,7 km.


Sebelum mulai menarik parasut pendaratan, sejatinya pesawat ruang angkasa mulai memperlambat kecepatan terbangnya jelang mendarat. Saat itu Schiaparelli terbang dengan kecepatan sangat tinggi sekitar 1.730 km per jam, sementara dalam waktu terbatas harus mencapai kecepatan nol untuk bisa bertahan pada suhu tinggi.

ESA memastikan tidak akan melanjutkan proses investigasi untuk kasus ini hingga memasuki tahun 2017. Namun begitu, ESA dan mitra asing lainnya akan menyiapkan misi ExoMars lainnya jelang tahun 2020.

Giovanni Schiaparelli merupakan pesawat ruang angkasa hasil kolaborasi Badan antariksa Eropa (ESA) dan Rocosmos, Rusia. Misi yang dinamakan ExoMars mengangkasa menunju pesawat induknya, Trace Gas Orbiter (TGO).

Pesawat berbobot 557 kilogram ini membawa misi mengumpulkan data ilmiah untuk menandakan struktur atmosfer Mars dan area tempatnya mendarat.





Credit  CNN Indonesia