Jumat, 25 November 2016

Trump Batalkan TPP, Ini Dampak Positifnya untuk Indonesia




Trump Batalkan TPP, Ini Dampak Positifnya untuk Indonesia Foto: Tim Infografis, Mindra Purnomo



Jakarta - Presiden terpilih AS, Donald Trump membatalkan kerjasama perdagangan bebas Trans Pacific Partnership (TPP). Ternyata, keputusan itu dinilai memiliki dampak positif terhadap Indonesia.

Pengamat ekonomi dari Cornell University, Amerika Serikat, Iwan Jaya Azis mengatakan pengaruh AS keluar dari TPP sangat kecil dampaknya kepada Indonesia. Hal itu karena meski Trump lebih protektif, tetapi masing-masing negara akan berusaha berdaya saing untuk bisa bersaing untuk menjual produk ke AS.

"Positifnya TPP itu menekan supaya masing-masing lebih kompetitif, with or without TPP itu kompetitif kita saja yang diperbaiki, tapi kita nggak akan menelan negatifnya," kata dia di sela-sela acara Indonesian Palm Oil Conference ke 12, di Westin Hotel and Resort, Nusa Dua, Bali, Kamis (24/11/2016).

Ia mengatakan, setiap negara harus melakukan upaya agar produk unggulannya diekspor ke AS. Ia menduga kampanye Trump soal protektif kepada produk luar tidak akan direalisasikan benar-benar, menurutnya itu hanya sebagai janji kampanye saja supaya berbeda dengan lawannya.

"Semuanya harus bersaing, jadi positifnya itu put the pressure try to be more competitif, with or without Trump. Selama ini dia itu mengandalkan kampanye kalau dugaan saya nggak akan seperti apa yang diucapkan di kampanye, sedikit protektif bisa mungkin," kata Iwan.

Ia memprediksi, perdagangan antar anggota TPP akan tidak berjalan. Jika Indonesia bergabung di dalam TPP, maka Indonesia juga harus menerima hal yang negatif yang ada di dalam perjanjian tersebut karena Indonesia sebagai anggota harus mengikuti keputusan pendiri TPP.

"Kalau itu kemungkinan besarnya tidak akan jalan, saya memang kurang sepakat dengan TPP. Masalahnya kalau misalnya kita joint, itu negatif kita nggak bisa ubah yang negatif karena kita hanya jadi anggota, kalau kita joint kita harus telan yang negatif," kata Iwan.

"Kita kan nggak ingin joint suatu unggulan yang juga memberikan kerugian untuk kita. Saya beri contoh kerugiannya, kalau ikut TPP ada perusahaan asing yang bikin masyarakat sakit misalnya lalu pemerintah melarang, itu nanti perintah RI bisa di 'marahi' sama perusahaan asing," ujar Iwan.

Bahkan ia memprediksi TPP tidak akan jalan, China akan beralih menghidupkan kerjasama perdagangan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP). Di mana itu perjanjian dagang itu antara 10 negara Asean dengan 6 negara lain seperti China, Korea Selatan, Jepang, Australia, New Zaeland, India.

"China sekarang sedang mempromosikan itu apalagi TPP-nya itu kayaknya nggak jalan. Nggak ada pilihan sekarang TPP-nya nggak jalan," ujar Iwan.




Credit  finance.detik.com