Duterte kemudian mengatakan bahwa
Filipina dapat mencari pihak lain yang mungkin dapat menjual senjata
dengan harga lebih murah. (Reuters/Lean Daval Jr)
"Kami tidak akan memaksa membeli senjata mahal dari Amerika Serikat. Kami selalu bisa mendapatkannya dari sumber lain. Saya memerintahkan kepolisian untuk membatalkannya. Kami tidak membutuhkannya," ujar Duterte seperti dikutip Reuters, Senin (7/11).
Duterte kemudian mengatakan bahwa Filipina dapat mencari pihak lain yang mungkin dapat menjual senjata dengan harga lebih murah.
Menanggapi pernyataan ini, juru bicara Kementerian Luar Negeri AS, Mark Toner, mengonfirmasi bahwa hingga kini pihaknya belum menerima notifikasi pembatalan pembelian senjata tersebut dari Filipina.
Pernyataan ini dilontarkan oleh Duterte, setelah mendengar kabar bahwa AS mempertimbangkan untuk membatalkan penjualan 26 ribu senjata ke Filipina lantaran seorang anggota Senat, Ben Cardin, menolak rencana tersebut.
Salah satu sumber mengatakan, politisi Partai Demokrat itu tidak setuju jika AS harus menyediakan bantuan senjata ke Manila karena adanya dugaan pelanggaran HAM yang semakin mengkhawatirkan di Filipina sejak Duterte mencanangkan kampanye pemberantasan narkoba.
Sejak kampanye itu digencarkan pada Juni lalu, dilaporkan setidaknya 3.000 pengedar dan pemakai narkoba tewas di tangan polisi tanpa proses hukum yang jelas.
Hubungan AS dan Filipina sebagai sekutu lama memang terus memburuk akibat dugaan pelanggaran HAM ini. Namun, Duterte selalu menunjukkan sikap tak peduli.
Sebelumnya, Duterte juga menyatakan ketidakpeduliannya terkait penghentian bantuan senjata dari AS. Duterte menyatakan, Rusia dan China sudah bersedia memenuhi pasokan senjata yang dibutuhkan Filipina.
Credit CNN Indonesia