Presiden Barack Obama dan Perdana
Menteri Narendra Modi menyambut dimulainya persiapan pembangunan enam
reaktor nuklir di India. (Reuters/Adnan Abidi)
Pernyataan bersama yang dilansir pada Selasa (7/6) mengatakan bahwa bank ekspor-impor Amerika Serikat dan India sedang bekerja sama untuk melengkapi paket pendanaan proyek itu.
Sementara itu, Nuclear Power Corporation di India dan Westinghouse Electric dari Toshiba Corp sudah mengonfirmasi bahwa desain situs dan teknik akan dimulai secepatnya.
Dalam pernyataan bersama, mereka mengatakan bahwa kedua perusahaan akan bekerja sama merampungkan kontrak paling lambat Juni 2017, satu tahun molor dari perkiraan Kepala Eksekutif Westinghouse, Daniel Roderick, yang juga turut serta dalam proyek ini.
Ketika ditanya Reuters mengenai keterlambatan itu, juru bicara Westinghouse, Courtney Boone, hanya menjawab, "Negosiasi terus berlangsung."
Westinghouse sudah melakukan negosiasi proyek ini sejak 2005. Ada batu sandungan yang menghambat proses negosiasi proyek ini, yaitu menyesuaikan regulasi kewajiban India dengan norma internasional.
Regulasi internasional mengharuskan biaya segala kecelakaan akan diurus oleh operator, bukan pembuat pembangkit tenaga nuklir.
Ditanya apakah Westinghouse puas dengan ketetapan kewajiban yang ada sekarang, Boone hanya mengatakan bahwa sudah ada perkembangan baik, tapi "[Westinghouse] akan terus memantau dan mendukung upaya pemerintah India untuk memberikan solusi."
Menurut Boone, pemerintah India sebenarnya sudah dapat memulai proyek di situs itu, tapi Westinghoues baru akan melakukannya jika sudah ada kesepakatan kerja yang jelas. Ia berharap, kesepakatan itu dapat tercapai secepatnya.
Bulan lalu, Asisten Sekretaris untuk Asia Pusat dan Selatan Kementerian Luar Negeri AS, Nisha Desai Biswal, mengatakan bahwa India sudah menyampaikan perhatiannya terhadap kewajiban itu dan kini, tergantung perusahaan masing-masing untuk memutuskan apakah mereka ingin bekerja sama dengan India.
Dalam pengumuman pada Selasa ini, direktur senior urusan energi dan iklim Gedung Putih, John Morton, akhirnya mengatakan bahwa sudah ada "Pernyataan komitmen lebih jelas dan pasti dari kedua negara" sehingga proyek reaktor dapat dilanjutkan.
Credit CNN Indonesia