WikiImages/Pixabay
Belum diketahui pasti apa penyebab ledakan tersebut, namun dugaan kuat kenaikan suhu yang secara tiba-tiba menyebabkan satelit pemantau cuaca itu tak stabil, lantas meledak.
Tapi DMSP-F13 hanya satu dari enam satelit AS dengan fungsi serupa. Ada pula satelit ketujuh bernama DMSP-F20 yang dijadwalkan meluncur 2016.
Meledaknya DMSP-F13 diklaim pemerintah AS tidak akan memberikan dampak yang signifikan, sebab pesawat nirawak itu bukanlah satelit utama untuk memasok data cuaca.
“Karena satelit ini tak digunakan oleh layanan cuaca nasional atau badan udara angkatan udara, maka dampak dari ledakan ini akan sangat minim,” tulis pernyataan AS yang dikutip dari Space, Selasa (3/3).
Meski demikian, AS dan sejumlah ilmuwan mengaku akan tetap menyelidiki penyebab ledakan tersebut. Pecahan satelit sendiri dilaporkan tidak akan membahayakan Bumi.
Credit CNN Indonesia