Kamis, 05 Maret 2015

PLA Tiongkok masih belum siap untuk perang modern: Laporan RAND

Tentara Pembebasan Rakyat:  Tim medis militer Tiongkok berbaris rapi setelah tiba di Liberia pada bulan November 2014 untuk memberikan pertolongan bagi korban Ebola. Laporan baru memaparkan kelemahan militer Tiongkok. [AFP]
Tentara Pembebasan Rakyat: Tim medis militer Tiongkok berbaris rapi setelah tiba di Liberia pada bulan November 2014 untuk memberikan pertolongan bagi korban Ebola. Laporan baru memaparkan kelemahan militer Tiongkok. [AFP]

Tentara Pembebasan Rakyat [PLA] Tiongkok, termasuk Angkatan Laut dan Udara, menunjukkan kemajuan yang mengesankan dalam waktu singkat. Tetapi, militer Tiongkok masih memiliki banyak sekali kekurangan, khususnya dari segi profesionalisme para perwira dan realisme serta intensitas program pelatihan dalam mempersiapkan pasukan untuk perang modern.
Oleh karenanya, laporan Korps RAND yang baru menyatakan bahwa PLA sedang mengalami tahap transisi untuk menjadi organisasi militer modern yang efektif. Komisi Kajian Ekonomi dan Keamanan A.S.-Tiongkok memerintahkan agar laporan setebal 184 halaman diterbitkan pada tanggal 11 Februari.
“Sebagian kelemahan utama angkatan bersenjata Tiongkok adalah akibat dari masalah struktur organisasi PLA, yang tampaknya menjadi penghalang untuk mencapai tingkat kemampuan operasional gabungan yang dicita-citakan oleh PLA, dan kekurangannya dalam hal sumber daya manusia," kata laporan tersebut.
Tantangan lainnya yang sudah terpatri secara dalam, termasuk "masalah-masalah seperti pendidikan dan kemampuan teknis yang tidak memadai serta korupsi yang merajalela," katanya.
“Prestasi kekuatan udara Tiongkok telah sangat mengesankan, tetapi masih menghadapi tantangan seperti kurangnya jumlah pesawat misi khusus dan tidak memadainya transportasi strategis," demikian menurut laporan itu. “PLA juga menghadapi potensi kelemahan dalam kemampuannya untuk melindungi kepentingan Tiongkok yang terus berkembang di bidang antariksa dan spektrum elektro-magnetis.”
Kendati ada kekurangan, PLA menunjukkan kemajuan
Semua ini dan masalah lainnya bisa secara serius memengaruhi kemampuan PLA untuk bertempur dan memenangkan perang di masa depan, kajian tersebut memperingatkan.
Laporan itu mengakui bahwa PLA telah menunjukkan kemajuan yang mengagumkan dalam waktu singkat.
Laporan itu "menguraikan titik kelemahan militer Tiongkok, termasuk peluang yang dapat dimanfaatkan oleh militer AS," tulis Wendell Minnick di Defense News pada tanggal 11 Februari. Namun demikian, laporan itu juga "didasarkan pada pendapat bahwa memahami kekurangan dan aspirasi Tentara Pembebasan Rakyat, atau belum mampunya mereka menyadari akan perlunya perbaikan, sama penting dengan mengenalii kekuatan PLA," demikian tulisnya.
“Laporan itu mencermati dua kekurangan kritis, yaitu kemampuan kelembagaan dan kemampuan tempur. Mengenai masalah kelembagaan, PLA memilikii kekurangan dalam hal struktur komando yang sudah ketinggalan zaman, kualitas personel, profesionalisme, dan korupsi. Kelemahan daya tempur mencakup kemampupan logistik, kemampuan pengangkatan udara strategis yang tidak mencukupi, jumlah pesawat misi khusus yang terbatas, dan kekurangan dalam hal pertahanan armada udara serta perlengkapan perang anti-kapal selam," tulis Winnick.
'Kelemahan meningkatkan risiko kegagalan'
“Walaupun kemampuan PLA sudah membaik secara dramatis, namun kelemahannya yang masih ada akan meningkatkan risiko kegagalan dalam keberhasilannya melaksanakan sebagian misi yang diperintahkan para pemimpin Partai Komunis Tiongkok [PKT], misalnya, pada berbagi kondisi tak terduga dii Taiwan, misi klaim maritim, perlindungan jalur komunikasi laut, dan sebagian operasi militer selain dari skenario perang," kata laporan tersebut.
“Laporan ini disaring melalui lebih dari 300 artikel berbahasa Tionghoa dari publikasi PKT bersama dengan banyak buku dan penelitian," tulis Winnick.
Laporan itu mengemukakan bahwa publikasi PLA dilengkapi dengan rujukan ke berbagai masalah dalam banyak bidang yang mencerminkan penilaian mereka bahwa kemampuan masih belum mampu mengatasi tuntutan untuk memenangkan perang setempat dan melaksanakan misi lainnya secara sukses.
Laporan itu menyimpulkan bahwa pimpinan puncak PLA belum meluncurkan program maupun reformasi kelembagaan yang diperlukan untuk menanggulangi masalah yang berkaitan dengan struktur serta mekanisme administratif.
Laporan tersebut mengutip penilaian kritis atas militer Tiongkok, yang menyimpulkan bahwa PLA pada umumnya masih merupakan angkatan bersenjata abad ke-20 yang ketinggalan zaman, dan secara keseluruhan belum melakukan suatu transisi untuk menjadi kekuatan abad ke-21 yang memanfaatkan kemampuan Teknologi Informasi [TI].
“Menurut Wakil Ketua CMC [Central Military Commission], Xu Qiliang, walaupun PLA berupaya untuk menjadi kekuatan berkemampuan IT, namun belum sepenuhnya mekanis,” kata laporan RAND.
Kelemahan selama 15 tahun
Laporan itu mencantumkan krisis serius yang diketahui selama 15 tahun, yang semuanya tampak mencerminkan kelemahan dalam pelatihan, profesionalisme dan prosedur operasional PLA.
“Semua ini termasuk kecerobohan dan perselisihan antara birokrasi negara dan PLA sewaktu terjadi tabrakan pesawat udara P-3C pada tahun 2001 di lepas pantai Pulau Hainan; krisis ‘sindrom pernafasan akut parah’ [SARS] 2003; insiden Kitty Hawk dengan kapal selam Tiongkok 2006; uji-coba rudal anti-satelit 2007; dan kesalahan manajemen operasi kemanusiaan dalam bencana gempa bumi Sichuan tahun 2008,,” Defense News mencatat.
“Korupsi merajalela, menurut laporan itu. Pada tahun 2000, direktur intelijen militer di Departemen Staf Umum PLA, telah ditangkap. Pada tahun 2012, mantan deputi direktur Departemen Logistik Umum, ditahan. Pada tahun 2014, wakil ketua CMC, Xu Caihou, ditangkap,” kata laporan itu.
Senjata berat PLA, khususnya tank, sudah ketinggalan zaman, dan bahkan dianggap usang menurut standar negara Barat.
Fregat Tipe 054A berbobot 4000 ton milik Angkatan Laut PLA biasanya digambarkan di negara Barat sebagai kapal perang “mini-Aegis”, tetapi, menurut laporan itu, “kapal tersebut kecil dan tidak dapat mengangkut rudal jarak jauh untuk kemampuan pertahanan area yang sesungguhnya, atau menangani serangan yang bertubi-tubi dari rudal anti-kapal, khususnya varian supersonik dan hipersonik. Angkatan Laut Tiongkok juga tidak memiliki kemampuan perlengkapan perang anti-kapal selam,” Defense News melaporkan.
Tenaga perencana militer AS bisa berupaya untuk "mengeksploitasi kelemahan khusus PLA dengan merilis rincian tentang konsep operasional baru yang memungkinkan negara-negara ini memanfaatkan kerentanan PLA, atau menmprioritaskan pelatihan dan latihan perang yang menunjukkan kemampuan untuk memanfaatkan kesenjangan dalam kemampuan PLA," kata laporan tersebut.
Laporan ini memprediksikan bahwa kemampuan operasi gabungan harus diwujudkan lebih awal daripada nanti, untuk memastikan bahwa PLA akan mampu mencegah atau, jika perlu, memenangkan perang setempat di masa depan.
Pemikiran tradisional memperlambat pertumbuhan strategis
Namun demikian, hal ini akan merupakan proses yang lama dan sulit, laporan tersebut memperingatkan. Dan, kendati ada kebutuhan yang mendesak untuk menyadari semakin pentingnya nilai strategis proyeksi kekuatan udara maritim, pemikiran tradisional Angkatan Bersenjata akan terus mendominasi dalam seni serta kepemimpinan operasional, katanya.
Kesimpulan para analis RAND tampak suram dan tidak menggembirakan tentang masalah mendasar PLA yang terus berlanjut.
“Sistem kepegawaian militer Tiongkok akan terus terganggu oleh para pejabat dan perwira yang kurang terlatih dan tidak berpengalaman dalam bidang pertempuran modern, yang akan menghambat kemampuan pasukan untuk menerapkan peralatan modern dan konsep efektif yang sejalan dengan konsep Tiongkok untuk pembentukan pasukan dalam operasi gabungan di masa depan," demikian tulis mereka.
Laporan tersebut menyimpulkan bahwa PLA terus-menerus menderita akibat kekurangan profesionalisme secara umum. Hal tersebut bahkan mengindikasikan bahwa masalah ini merupakan konsekuensi kebijakan satu anak Tiongkok jangka panjang, dan baru belakangan ini saja dilonggarkan, yang telah menciptakan fenomena "kaisar kecil" anak-anak manja.
Akibatnya, personil baru yang direkrut PLA biasanya memerlukan dua tahun untuk menyesuaikan kehidupan dalam lingkup kesatuan militer melalui pelatihan rutin yang tangguh dan konseling psikologis, kata laporan tersebut.
Author Gordon G. Chang, seorang pakar mengenai keamanan Asia Timur, mengatakan kepada Asia Pacific Defense Forum [APDF] bahwa laporan tersebut mengonfirmasi bahwa masalah kelembagaan utama yang telah menghantui PLA selama ini masih merupakan masalah yang lumrah dan serius.
“Anda tidak perlu membaca lebih dari 180 halaman untuk mengetahui bahwa tentara negara bagian Leninis bisa dipenuhi korupsi dan dihambat oleh kontrol politik terpusat,” katanya kepada APDF.
“Sekarang, Tiongkok memiliki anggaran militer terbesar di dunia. Negara ini belanja habis-habisan, dan membeli banyak sekali perlengkapan, tetapi perlengkapan baru ini tidak dibuat untuk kekuatan bertempur," kata Chang.



Credit APDForum