Rabu, 04 Maret 2015

Korea Selatan lawan tekanan Tiongkok soal sistem rudal

Rapat pertahanan: Pejabat pertahanan Tiongkok dan Korea Selatan bertemu di Seoul pada tanggal 4 Februari.  Pejabat Tiongkok menekan Korea Selatan agar mempertimbangkan tidak membeli sistem rudal anti-balistik canggih. [AFP]
Rapat pertahanan: Pejabat pertahanan Tiongkok dan Korea Selatan bertemu di Seoul pada tanggal 4 Februari.  Pejabat Tiongkok menekan Korea Selatan agar mempertimbangkan tidak membeli sistem rudal anti-balistik canggih. [AFP]

Para pemimpin Tiongkok menekan Korea Selatan agar mempertimbangkan tidak membeli sistem rudal anti-balistik AS yang canggih untuk melindungi diri dari serangan Korea Utara.  Tetapi tekanan itu menjadi bumerang, membawa gelombang dukungan yang kuat di seluruh Korea Selatan agar memasang sistem tersebut.
Sistem Pertahanan pada Jarak Ketinggian Penghabisan [Terminal High Altitude Air Defense atau THAAD] adalah sistem rudal anti-balistik Angkatan Darat AS yang dirancang untuk menghancurkan rudal balistik jarak pendek, menengah, dan jauh pada tahap terminal [saat rudal mulai turun atau jarak penghabisan].  Sistem itu menggunakan pendekatan tembak-untuk-membunuh, menggunakan energi kinetik dari senjata itu sendiri alih-alih hulu ledak untuk menghancurkan sasaran.
Menteri Pertahanan Tiongkok Chang Wanquan mengunjungi Korea Selatan dan secara terbuka berkeberatan dengan Seoul memasang sistem pertahanan anti-balistik Amerika, THAAD, StrategyPage.com melaporkan pada tanggal 4 Februari.
“Pihak Tiongkok tidak mau berterus terang, tetapi mereka menyatakan keberatan terutama karena THAAD juga akan mengurangi kerentanan Korea Selatan terhadap intimidasi dari rudal balistik Tiongkok,” kata situs web tersebut.
Korea Selatan menolak secara terbuka untuk menuruti permintaan Tiongkok dan pendapat publik Korsel menjadi semakin antusias tentang sistem teknologi tinggi itu.
“Tiongkok lebih memandang Korea Selatan sebagai sekutu Amerika Serikat dan berpotensi menjadi lawan perang daripada sebagai sekutunya sendiri untuk berupaya mencegah Korea Utara melakukan hal-hal yang dapat menciptakan masalah ekonomi dan diplomatik besar,” kata website tersebut.
Tiongkok mempersenjatai Korea Utara
Penulis Gordon G. Chang, ahli bidang keamanan Asia Timur, berkata kepada Asia Pacific Defense Forum [APDF] bahwa Tiongkok telah memaksakan langkahnya, dan malah menciptakan hasil yang mereka sebenarnya ingin cegah.
“Mereka semestinya tidak perlu terkejut dengan hasilnya,” katanya.  “Lancang sekali.  Tiongkok sudah bertahun-tahun mempersenjatai Korea Utara dengan rudal balistik dan sekarang mereka main perintah agar Korea Selatan tidak memasang pertahanan rudal.”
Upaya Menteri Pertahanan Chang untuk membujuk Korea Selatan dalam kunjungannya ini bukanlah upaya pertama Tiongkok dalm mencoba menghadang kemungkinan Korsel mendapatkan pertahanan THAAD.
Dalam pertemuannya pada bulan Juli 2014, Presiden Tiongkok Xi Jinping meminta Presiden Korea Selatan Park Geun-hye agar menolak permintaan AS untuk mengirimkan sistem rudal anti-balistik ke negaranya, dikatakan seorang pejabat senior pertahanan Korsel kepada surat kabar JoongAng Ilbo.
Ini pertama kalinya seorang pejabat tinggi Tiongkok mengungkit THAAD di hadapan sosok senior pemerintah Korea Selatan, tulis kantor berita resmi Korsel, Yonhap, pada tanggal 4 Februari.
THAAD memiliki sistem radar dengan liputan lebih dari 1.000 kilometer [620 mil].  Maka dari itu, “pengiriman baterai THAAD ke Korea menjadi persoalan sensitif selama ini.  Baik Tiongkok maupun Rusia mengklaim hal itu bertentangan dengan kepentingan keamanan mereka dan dapat digunakan sebagai metode pengintaian terhadap mereka,” kata JoongAng Ilbo.
“Beijing dan Moskwa mungkin sangat sensitif terhadap AN/TPY-2 – radar X-Band beresolusi tinggi dan mudah dikirim cepat, yang dirancang untuk mendeteksi, melacak, dan mengidentifikasi ancaman rudal balistik pada jarak jauh dan sangat tinggi, termasuk luar angkasa, untuk sistem THAAD.  Hal ini dapat membuat Tiongkok dan Rusia dalam jangkauan liputannya,” katanya.
Korea Selatan membangun program pertahanan rudal sendiri
Korea Selatan juga bergerak membangun program Pertahanan Udara & Rudal Korea sendiri.
“Permintaan Xi kepada Park diajukan tidak lama setelah Jenderal Curtis Scaparrotti, komandan Pasukan AS di Korea, mengatakan bahwa dia telah mengusulkan pengiriman rudal untuk membidas ancaman Korea Utara.  Komentar ini dilakukan di sebuah ceramah yang diselenggarakan oleh Institut Korea untuk Analisis Pertahanan pada tanggal 3 Juni 2014,” kata JoongAng Ilbo.
Di dalam KTT bulan Juli 2014, Park berusaha meyakinkan Xi bahwa sistem pertahanan rudal Korea Selatan berbeda dengan pertahanan rudal AS dan ditujukan untuk membidas ancaman Korea Utara, bukan Tiongkok, dilaporkan surat kabar tersebut.
Karena kedekatan jarak antara kedua negara tersebut, rudal jarak dekat Korea Utara, bukan rudal balistik, merupakan ancaman bagi Korea Selatan.
Diskusi dengan AS belum dimulai
Di dalam pertemuan tanggal 4 Februari, Menteri Pertahanan Korea Selatan Han Min-koo juga “meyakinkan Chang bahwa Seoul belum membahas persoalan ini dengan Washington dan belum dikeluarkan keputusan, tetapi kontroversi terkait sistem pertahanan rudal ini dipastikan akan membesar,” lapor JoongAng Ilbo.
Langkah yang baru-baru ini dibuat oleh Kongres AS memudahkan Seoul mendapatkan sistem THAAD.
“UU Wewenang Pertahanan Nasional untuk Tahun Anggaran 2015, yang diloloskan oleh Senat AS dan Komisi Angkatan Bersenjata DPR pada bulan Desember, menyatakan bahwa menteri pertahanan harus membentuk komisi survei independen untuk membuat laporan tentang langkah-langkah kerja sama pertahanan rudal dengan Korea Selatan dan Jepang dan menyerahkannya kepada Kongres sebelum akhir tahun ini,” kata JoongAng Ilbo.
Namun, perundingan untuk itu belum dimulai.
 “Amerika Serikat menjelaskan ulang bahwa mereka belum melakukan pembicaraan dengan Korea Selatan tentang kemungkinan pengiriman sistem pertahanan rudal THAAD ke Semenanjung Korea,” dilaporkan media Korsel, Arirang News, pada tanggal 14 Februari.
Korea Herald menyinggung pada tanggal 23 Februari bahwa reaksi berlebihan Chang mengungkit persoalan ini dalam kunjungannya ke Seoul menuai pantulan panjang di Korea Selatan, yang meragukan kebijakan jangka panjang Tiongkok terhadap Korsel.
“Perlawanan keras kepala dari Tiongkok terhadap potensi pengiriman aset pertahanan rudal AS tambahan ke Korea Selatan menuai pertanyaan atas niat sejati Beijing, mengingat bahwa sistem pencegat ini tidak menimbulkan ancaman keamanan serius bagi Tiongkok,” kata surat kabar tersebut.
Memang pantas dipertanyakan, karena “THAAD sepenuhnya merupakan sistem pertahanan yang hanya mampu membidik rudal-rudal Korea Utara yang diarahkan ke Korea Selatan,” kata Korea Herald.


Credit  APDForum