Kapal perang Musashi milik Jepang
ditenggelamkan oleh pasukan Amerika Serikat dan Australia dalam
pertempuran di Teluk Leyte saat Perang Dunia Kedua pada 24 Oktober 1944.
(derivativeFX/wikimedia)
Kabar ini tersiar ketika Allen berkicau melalui akun Twitter pribadinya, @PaulGAllen, pada Senin (2/3). Dalam kicauan tersebut, miliarder asal Amerika Serikat ini mengumumkan bahwa kapal eksplorasi mewahnya, M/Y Octopus, menemukan kapal Musashi di kedalaman satu kilometer di dasar Laut Sibuyan.
Merujuk pada situs resmi Allen, kapal Octopus miliknya mengendalikan kendaraan ROV yang akhirnya menemukan lokasi Musashi pada Senin (2/3).
Allen juga mengunggah foto puing katup dari kapal tersebut. Menurut Allen, potongan itu merupakan bukti konfirmasi pertama bahwa kapal itu berasal dari Jepang.
Berupaya memberikan lebih banyak bukti, Allen juga berjanji akan mengunggah video yang memperlihatkan landasan terbang dan katup kapal.
Menurut keterangan dalam laman Angkatan Laut AS yang diacu Channel NewsAsia pada Rabu (4/3), Musashi sendiri dikenal sebagai kapal perang penguasa dengan senjata raksasa.
Kapal tempur AS akhirnya menenggelamkan Musashi di Laut Sibuyan pada 24 Oktober 1944 dalam Perang Teluk Leyte yang disebut-sebut sebagai pertempuran laut terbesar dalam sejarah Perang Dunia II. Kala itu, pasukan Amerika dan Australia berhasil memukul mundur Jepang.
Kapal raksasa Jepang lain, Yamato, juga rusak dalam gempuran tersebut. Setahun kemudian, kapal perang Amerika akhirnya mengaramkan armada tempur itu saat menuju Okinawa.
Tujuh dekade berlalu, bongkahan kapal itu akhirnya ditemukan di Laut Sibuyan, di jantung Pulau Visayas, Filipina, daerah jalur perkapalan sibuk yang kerap diterjang badai tropis dari Laut Pasifik.
Kapal penemu Musashi milik Allen ini juga pernah diterjunkan untuk membantu pelacakan lokasi HMS Hood milik Inggris di Selat Denmark. Operasi pencarian terpaksa dihentikan karena cuaca buruk.
Allen juga menggarap proyek Stratolaunch yang diklaim sebagai kargo dengan biaya paling efektif untuk pengiriman misi ke luar angkasa.
Credit CNN Indonesia