Senin, 16 Maret 2015

Diterjang Badai, Vanuatu 'Rata dengan Tanah'


Diterjang Badai, Vanuatu 'Rata dengan Tanah'  
Jumlah korban tewas sejauh ini dilaporkan delapan orang, sementara 30 lainnya terluka. (UNICEF Pacific via Reuters)
 
Jakarta, CB -- Tim pertolongan pertama yang tiba di Vanuatu pada Minggu (15/3) melaporkan kerusakan parah yang terjadi akibat badai topan dengan angin berkecepatan hingga 250 km yang menerjang wilayah itu sehari sebelumnya.

Reuters melaporkan, jumlah korban tewas sejauh ini dilaporkan delapan orang, sementara 30 lainnya terluka. Namun angka itu belum dipastikan, mengingat badai belum lama terjadi dan pencarian terus dilakukan.

Sementara itu, pihak Kedutaan Besar RI untuk Australia di Canberra, mengatakan bahwa WNI yang berada di Vanuatu dalam kondisi selamat.

“KBRI sudah mendeteksi sembilan WNI yang ada di Vanuatu, dan mereka sudah dikonfirmasi berada dalam kondisi selamat,” ujar Sade Bimantara, juru bicara KBRI di Canberra kepada CNN Indonesia pada Minggu (15/3).

Rata dengan tanah

"Hampir setiap bangunan yang bukan dari semen sudah rata,” kata pejabat di pulau yang memiliki penduduk sekitar 29 ribu, sekitar 200 km selatan ibukota, Port Vila.

Presiden Baldwin Lonsdale, yang kebetulan sedang berada di Jepang untuk menghadiri konferensi soal risiko bendara, menyamakan badai itu dengan monster.

“Sebagian besar rumah di Vila…telah rusak. Orang-orang mencari perlindungan di mana mereka bisa tinggal saat malam,” ujarnya kepada Reuters.


Negara kepulauan Vanuatu terdiri dari 83 pulau, memiliki populasi 260 ribu orang dan berjarak sekitar 2.000 km di timur laur Brisbane, Australia.

Seorang konsultan di Port Vila, Kris Paraskevas, mengatakan situasi di Vanuatu betul-betul bencana.

"Desa-desa tidak berada dalam kondisi baik. Banyak rumah hanya terdiri dari tiang dan rumbia. Tidak ada yang tersisa, orang-orang hanya duduk di reruntuhan," kata Paraskevas.

Australia, Selandia Baru dan Inggris menjanjikan bantuan dalam jumlah besar untuk menolong Vanuatu.

Aurelia Balpe, kepala regional Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah, mengatakan sistem medis Vanuatu tidak memadai untuk menangani bencana tersebut.

"Negara ini sebagian besar bergantung pada pertolongan pertama dan persediaan di klinik mungkin hanya antibiotik dan penghilang rasa sakit."


Credit  CNN Indonesia