Senin, 23 Maret 2015

AS Tak Punya Banyak Opsi Sanksi Baru ke Rusia


AS Tak Punya Banyak Opsi Sanksi Baru ke Rusia 
 Uni Eropa dan AS mulai tidak kompak terkait sanksi tambahan ke Rusia akibat kebijakannya di Ukraina. (Reuters/Gleb Garanich)
 
Washington,CB -- Amerika Serikat akan kesulitan mewujudkan ancaman sanksi lebih banyak terhadap sektor energi Rusia karena Eropa khawatir dengan dampak negatif terhadap perekonomian wilayah mereka, sehingga pemerintah Barack Obama tidak memiliki banyak opsi.

Sektor energi merupakan sektor paling penting bagi Rusia, yang bersama AS dan Arab Saudi merupakan produsen minyak terbesar dunia, dan sektor ini menjadi sasaran utama sanksi negara-negara Barat terkait peran Moskow dalam konflik di Ukraina.

Namun sanksi yang sekarang diberlakukan telah memukul sasaran paling mudah yaitu proyek-proyek teknologi tinggi Rusia di Kutub Utara dan Siberia. Dengan demikian AS hanya memiliki opsi lain yang tidak mudah, yaitu mencoba mensasar ekspor minyak negara itu seperti yang dilakukan terhadap Iran.

Meski harga minyak global turun hingga setengah dari harga tahun lalu, sekutu AS di Eropa masih khawatir atas kemungkinan dampak negatif pasok energi,  Rusia bisa membalas sanksi energi dengan menghentikan ekspor gas yang sangat diperlukan oleh Eropa.

“Jika anda mulai bermain dengan harga minyak, Rusia akan membalas dengan gas, dan tidak mungkin Eropa akan menyetujui langkah itu,” ujar Carlos Pascual, mantan diplomat senior Departemen Luar Negeri AS.

Tetapi, Amos Hochstein, pejabat tertinggi masalah energi AS, mengatakan Washington masih belum kehabisan opsi sanksi jike Presiden Rusia Vladimir Putin memperluas perang di Ukraina.

Sementara Menteri Keuangan Jack Lew mengatakan minggu lalu bahwa pemerintah siap “meningkatkan biaya” soal Rusia jika negara itu melanggar persyaratan gencatan senjata.

Hochstein, utusan khusus dan koordinator masalah internasional Departemen Luar Negeri AS, mengatakan kepada Reuters bahwa Washington kemungkinan tidak akan menerapkan sanksi yang mensasar produksi minyak Rusia saat ini, meski dia menolak mengatakan opsi ini bukan pilihan.

“Kami ingin melihat apa yang bisa berdampak pada Rusia, situasi saat ini dan situasi setahun lalu sangat berbeda karena situasi pasar minyak pun berbeda,” kata Hochstein.

“Rusia bisa dan harus menjadi pelaku pasar, tetapi negara itu harus mengikuti aturan main.”

Sementara itu, dukungan Eropa untuk menjatuhkan sanksi tambahan mulai tidak bulat. Dan menjatuhkan sanksi sendirian bukan opsi masuk akal bagi Washington karena langkah ini akan menghalangi perusahaan-perusahaan energi AS untuk bekerjasama dengan Rusia, sehingga akhirnya diambil oleh perusahaan Eropa.

Sanksi negara-negara Barat yang dijatuhkan pada akhir tahun lalu memaksa perusahaan minyak AS Exxon Mobil keluar dari wilayah Kutub Utara Rusia, dan mengakhiri kerjasama dengan perusahaan minyak negara Rusia Rosneft bernilai US$3,2 miliar untuk mengembangkan wilayah itu yang ditandatangani pada 2011.

Presiden Dewan Eropa Donald Tusk mengatakan pada Jumat (20/3) bahwa semakin sulit mempertahankan suara bulat dari blok 28 negara ini terkait sanksi untuk Rusia.

Para pejabat Uni Eropa yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan setengah atau lebih negara-negara anggota kelompok ini menginginkan agar sanksi dikendorkan.

Sejauh ini, sanksi Barat menutup investasi dan transfer teknologi di proyek-proyek pengeboran minyak, mensasar aliran modal ke Rusia dan juga pembekuan aset dan larangan bepergian bagi rekan-rekan dekat Putin.

Langkah ini, ditambah penurunan harga minyak, telah memukul perekonomian Rusia dimana nilai tukar Rubel turun 40 persen terhadap Dolar sejak pertengahan 2014. Negara ini pun mengarah ke resesi.

AS kemungkinan besar tidak akan mensasar sektor energi Rusia sebagai opsi sanksi tambahan karena kekhawatiran Eropa akan pasok gas. (Reuters/Sergei Karpukhin)
Tetapi tidak satupun yang bisa mengendorkan genggaman Putin di Krimea yang dicaplok Rusia seteahun lalu, meski Rusia bulan lalu menyepakati gencatan senjata dengan Ukraina.

Sementara popularitas Putin di dalam negeri terus naik sejak sanksi itu dijatuhkan.

Negara-negara Barat bisa mengambil langkah lebih jauh untuk menghentikan investasi di pengeboran minyak di batuan induknya atau Shale oil drilling, yang terus dilakukan oleh Moskow sebagai langkah antisipasi penurunan produksi di sumur-sumur minyak tradisionalnya.

Tetapi dampak sanksi di bidang ini lebih lambat dalam perekonomian Rusia karena investasi di bidang ini memerlukan waktu tiga sampai 10 tahun sebelum mulai menghasilkan produk yang signifikan.

Hal ini menggarisbawahi bahwa Barat tidak memiliki opsi lain untuk memukul bisnis energi Rusia dalam jangka panjang, dan berpengaruh pada strategi negara itu di Ukraina.

“Opsi-opsi itu bisa memukul dalam jangka panjang, tetapi kerentanan di Ukraina sangat tinggi sehingga menyulitkan Barat dalam mencapai tujuan itu,” ujar Andrew Weiss, pakar soal Rusia di dua pemerintahan AS.

Alat sanksi paling tajam adalah menutup Rusia mempergunakan sistem perbankan elektronik global atau SWIFT, yang diterapkan oleh Barat ke Iran.

Para bankir dan pejabat Rusia menggambarkan hal ini sebagai opsi nuklir yang bisa menyebabkan perang ekonomi secara terbuka.

Di luar teknologi energi, AS dan Eropa tidak memiliki banyak sumber yang dibutuhkan Rusia.

“Selain modal, teknologi, dan akses ke pasar tertentu, yang sebagian telah masuk dalam sanksi sebelumnya, tidak banyak barang yang dibutuhkan Rusia,” ujar Marik String, mantan penasehat Komite Hubungan Internasional Senat AS.

Credit  CNN Indonesia