Rabu, 04 Februari 2015

Faisal Basri Mulai Kritik Penetapan Harga Bensin Pemerintah


Faisal Basri Mulai Kritik Penetapan Harga Bensin Pemerintah 
 Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas Faisal Basri (kiri) dan Vice President Corporate Communication Pertamina Ali Mundakir (kanan). (ANTARA FOTO/Rosa Panggabean)
 
Jakarta, CB -- Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas Bumi (Migas) Faisal Basri menyatakan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis premium di level Rp 6.600 per liter masih terhitung mahal jika dibandingkan dengan harga BBM negara lain.

“Di Amerika Serikat (AS), national average prices untuk regular gasoline setara RON 92 pada 1 Februari 2015 adalah US$ 2,056 per gallon,” ujarnya di Jakarta, Selasa (3/2).

Dia menjelaskan dengan kurs jual Bank Indonesia pada 1 Februari 2015 sebesar Rp 12.688 per dolar AS, maka harga minyak setara RON 92 di negeri Paman Sam tersebut dilego Rp 6.891 per liter.

“Coba bandingkan saja, kita Rp 6.600 cuma dapat premium yang kadarnya RON 88. Makanya saya heran, rakyat kita itu baik banget sama pemerintah. Padahal jelas banget itu masih lebih mahal,” ungkapnya.

Lebih lanjut, dia mengungkapkan, jika tidak termasuk pajak, harga BBM RON 92 di AS sebesar Rp 5.240 per liter. Padahal lanjutnya, harga tanpa pajak BBM premium sebesar Rp 5.826 per liter. Sementara harga tanpa pajak BBM jenis Pertamax senilai Rp 6.956 per liter.

“Di Malaysia, malah tidak menjual RON 88 dan RON 92. Mereka hanya jualan BBM RON 95 yang harganya per Februari hanya sebesar RM 1,70 atau Rp 5.950 per liter,” ungkapnya.

Sebelumnya, pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengaku telah mulai mengambil untung dari penjualan BBM khusus dan penugasan jenis premium ke masyarakat melalui PT Pertamina (Persero).

Pelaksana tugas Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi I Gusti Nyoman Wiratmadja mengatakan, mekanisme tersebut sudah diberlakukan mulai 1 Februari kemarin.

"Kami sudah mengambil untung dari delta yang dikenakan pada penjualan premium. Tapi besarannya berfluktuasi mengikuti naik-turunnya harga minyak," kata Wiratmadja.

Dia menjelaskan, keuntungan dari penjualan BBM akan digunakan pemerintah untuk meningkatkan stok minyak Pertamina yang saat ini baru mencapai 22 hari. Menurutnya penggunaan keuntungan tadi tadi akan diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).


Credit   CNN Indonesia