Senin, 05 Januari 2015

Pasukan Katak Fokus Menyusur Bawah Laut


Pasukan Katak Fokus Menyusur Bawah Laut  
 Patmar) CN235 TNI AL, saat melakukan pencarian dan evakuasi korban pesawat AirAsia QZ8501 di Perairan Selatan Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Sabtu (3/1). ANTARA FOTO/Eric Ireng
 
 
Pangkalan Bun, CB -- Memasuki hari kesembilan, pencarian tim evakuasi gabungan mulai menemukan serpihan besar dan mengarah pada dugaan badan pesawat AirAsia QZ8501. Pencarian pun difokuskan untuk menyusur bawah laut dengan menggunakan alat deteksi sonar dan robot laut, alias remotely operated vessel (ROV).

Selain badan pesawat dan kotak hitam, pencarian bawah laut diharapkan bisa menemukan sisa jenazah yang belum terevakuasi. Sebab, berdasarkan perkiraan tim Disaster and Victim Identification (DVI) Mabes Polri, kemungkinan besar sudah tidak ada lagi jenazah yang terapung di lautan jika sudah lewat dari sepekan.

Tim penyelam telah mulai diterjunkan untuk membantu pengevakuasian jenazah dan puing-puing yang berhasil ditemukan di lautan. Namun, tugas utama mereka sebenarnya belum dimulai.

Menurut Kapten Laut (p) DanDen SatKopaska Edy Titayasa, tujuan utama para penyelam adalah terjun ke dasar laut untuk mengevakuasi jenazah dan mengambil black box. "Itu ada prosedurnya," ujar Edy saat ditemui CNN Indonesia di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Ahad (4/1).

Komandan Tim Pasukan Katak di Teluk Kumai itu mengatakan, penyelaman dasar laut dilakukan jika tim kapal telah menentukan titik pasti dari lokasi badan pesawat. Jika koordinat telah ditentukan, maka Pasukan Katak menjadi tim penyelam pertama yang diterjunkan untuk melakukan obeservasi di bawah laut. "Jadi tidak asal nyemplung ramai-ramai. Itu konyol namanya," ujar Edy.

Ketika titik lokasi ditemukan, Kopaska akan menerjunkan tim sedikitnya dua orang untuk melakukan observasi pemetaan lokasi dasar laut. Selain untuk memastikan dugaan, penyelaman dilakukan untuk mendapatkan gambaran dari lokasi dasar laut yang menjadi sasaran evakuasi.

Observasi bisa dilakukan secara manual dan elektrik, yakni dengan menggunakan alat rekam yang terhubung dengan kapal atau membuat pemetaan sketsa. Penyelam biasanya akan diikat dengan menggunakan tali dan berkeliling di sekitar dasar laut yang menjadi lokasi dugaan.

Jika benar terbukti ada badan pesawat, penyelam kemudian kembali ke atas kapal untuk memaparkan hasil temuan dan kondisi di bawah laut. "Barulah di atas kapal, kami membuat master plan penyelamatan," ujar Edy.

Master plan menentukan penyebaran tim penyelam dan mekanisme perngevakuasian. Para penyelam nantinya akan dibagi dalam tim yang masing-masingnya terdiri dari dua orang. Mereka disebar di beberapa titik yang berada di sekitar lokasi evakuasi.

Dengan kedalaman sekitar 30 meter, kata Edy, penyelam tidak dianjurkan melakukan teknik repetitive dive atau menyelam berulang. Tekanan laut sangat besar sehingga mereka hanya boleh berada di dasar laut selama sekitar 15-20 menit.

"Jika terlalu lama di bawah tekanan laut yang besar, maka akan terjadi dekompresi ketika naik ke permukaan. Itu bisa berakibat pada kelumpuhan," ujar Edy.

Dengan waktu yang terbatas, arus deras, dan ombak liar, Edy mengatakan tim penyelam bakal berlomba dengan waktu. Kendala lainnya, kondisi dasar laut diprediksi berlumpur. Itu disebabkan oleh efek sedimentasi arus utara yang naik. "Jadi kemungkinan air bakal butek, alias zero visibility," ujarnya.

Oleh karena penyelam tidak bisa melakukan teknik menyelam berulang, kata Edy, pengevakuasian bawah laut akan memanfaatkan peralatan floating bag. Jasad atau serpihan pesawat lantas dimasukkan ke dalam keranjang sebelum ditarik oleh balon yang akan mengembang ke permukaan.

"Percayalah, evakuasi bisa berjalan lancar. Asalkan titik itu sudah pasti lokasinya. Kami dalam kondisi siap siaga," ujarnya.

Edy mengatakan, Kopaska saat ini menerjunkan sebanyak 41 personel. Selain itu, para penyelam lain yang diterjunkan dalam operasi penyelaman ada 14 personel dari Denjaka, tujuh personel dari pasukan elite Intai Amfibi (Taifib), 22 penyelam dari TNI AL, serta tambahan 22 personel penyelam dari Rusia.

Credit CNN Indonesia