Xinjiang tidak termasuk yang dikelilingi oleh Tembok Besar Cina.
Oleh:
Harun Husein*
Xinjiang
tak kunjung tenang. Wilayah otonomi Uighur di barat laut Cina ini,
selalu saja mengabarkan nestapa Muslim, yang hak asasinya diinjak-injak
pemerintah Komunis Cina. Dua kali kawasan ini coba dimerdekakan, dua
kali pula republik Islam berdiri di sana, namun negara baru itu selalu
berhasil dibubarkan.
Jika Anda membayangkan Xinjiang sebuah kawasan kecil di tepi
gurun pasir Asia Tengah, Anda keliru. Xinjiang adalah sebuah kawasan
besar, luasnya setara dengan tiga pulau Sumatra, atau sama dengan
Pakistan dan Afghanistan digabung jadi satu. Sejak dulu, Xinjiang
merupakan wilayah penting yang diperebutkan.
Dulu,
Xinjiang merupakan urat nadi perdagangan dunia, karena berada di Jalur
Sutra. Kini, Xinjiang merupakan wilayah yang kaya sumberdaya alam.
Ungkapan ‘di mana ada adzan di situ ada minyak’, juga terbukti di sini.
Cadangan
minyak dan gas terbesar Republik Rakyat Cina (RRC) ada di sini,
khususnya di Xinjiang bagian selatan (Tarim Basin), tempat Muslim Uighur
sejak dulu tinggal menetap di bawah sistem pemerintahan tradisional
yang disebut Khanate atau Khaganate.
Dengan luas 1,6 juta
kilometer persegi, Xinjiang setara dengan 17 persen wilayah Cina, dan
merupakan wilayah otonomi terbesar di Cina. Namun, hanya lima persen (80
ribu kilometer persegi) wilayahnya yang bisa ditinggali. Meski
demikian, wilayah yang hanya lima persen ini setara dengan 100 kali luas
daratan Jakarta.
Sebagian besar wilayah Xinjiang adalah
gurun pasir, padang rumput, danau, hutan, dan perbukitan. Xinjiang
berada di kaki Gunung Tianshan yang membelah Asia Tengah. Xinjiang
berbatasan dengan delapan negara, yaitu Mongo lia, Rusia, Kazakhstan,
Kyrgyzstan, Tajikistan, Afghanistan, Pakistan, dan India.
Xinjiang
tidak termasuk yang dikelilingi oleh Tembok Besar yang dibangun dinasti
demi dinasti di Cina selama dua ribu tahun. Karena itu, orang-orang
Uighur pun menjadikan fakta ini sebagai argumen bahwa tanah mereka
bukanlah bagian dari Cina, apalagi mereka pun bukan orang Cina.
Mereka
mendefinisikan diri mereka sebagai orang Turkistan Timur. Kawasan
Xinjiang, dalam sejarah diperintah berbagai kerajaan. Mulai Tocharians,
Yuezhi, Kekaisaran Xiongnu, negara Xianbei, Kekaisaran Kushan, Khagan
Rouran, Kekaisaran Han, Liang,
Qin, Liang Barat, Dinasti Tang,
Kekaisaran Tibet, Khagan Uyghur, Khan Kara, Khitan, Kekaisaran Mongol,
Dinasti Yuan, Khan Chagatai, Moghulistan, Qaradel, Yuan Selatan, Khan
Yarkent, Dinasti Qing, Republik Cina, dan terakhir Republik Rakyat Cina
(RRC).
Dinasti Qing masuk ke Xinjiang setelah Muslim Uighur
dan khan-khan Muslim lain di Asia Tengah, meminta bantuan untuk
menghadapi orang-orang Dzungar-Mongol, yang selalu mengganggu. Setelah
orang-orang Mongol Budha ditumpas, Dinasti Qing mendatang kan
orang-orang Han dan Hui untuk menempati kawasan utara (Dzugar Basin).
Namun,
mereka tidak diperbolehkan memperdagangkan babi dan minuman keras ke
kawasan selatan yang dihuni Muslim. Kawasan Tarim Basin, disebut juga
sebagai Huiland, atau tanah Hui, yang terjemahan bebasnnya adalah Tanah
Muslim.