CB, Washington –
Pasukan koalisi pimpinan Amerika Serikat di Suriah melaporkan hasil
serangan udara yang menghancurkan sejumlah fasilitas yang digunakan
kelompok teror ISIS.
Pasukan
koalisi menyatakan serangan terkoordinasi ini dilakukan pada 16 – 22
Desember 2018 dan menyasar fasilitas logistik dan area yang dikuasai
ISIS.
“Serangan ini berhasil merusak kemampuan kelompok itu untuk membiayai
kegiatannya,” begitu dilansir Reuters pada Selasa, 25 Desember 2018
waktu setempat.
Mayor Jenderal Christopher Ghika dari Inggris mengatakan serangan ini berhasil menewaskan ratusan anggota pasukan ISIS di medan pertempuran.
“ISI berbahaya bagi wialyah ini untuk jangka panjang dan misi kami tetap sama yaitu mengalahkan ISIS,” kata Ghika, yang merupakan deputi komandan pasukan koalisi.
Pernyataan Ghika ini menjadi kontras terhadap pernyataan Trump pada pekan lalu bahwa pasukan AS telah sukses dengan misinya mengalahkan ISIS sehingga tidak perlu lagi berada di Suriah.
Pejuang Suriah yang didukung Turki menembakkan mortir ke gunung Barsaya, timur laut Afrin, Suriah, 28 Januari 2018. REUTERS/Khalil Ashawi
Keputusan Trump untuk menarik pasukan dari Suriah mendapat kritik dari sejumlah politikus Partai Republik, yang mendukungnya. Mereka beralasan penarikan pasukan itu hanya akan memperkuat pengaruh Rusia dan Iran, yang keduanya mendukung Presiden Suriah Bashar al – Assad.
Penarikan pasukan oleh Trump ini juga mendapat kritik dari Presiden Prancis, Emmanuel Macron. Dia menilai sekutu seharusnya bisa saling bantu. Dia meminta sekutu tidak melupakan pasukan lokal, yang selama ini dilatih.
Soal penarikan pasukan ini, CNN melaporkan Trump menelpon Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, dan memintanya untuk mengalahkan sisa pasukan ISIS di Suriah.
Erdogan menyanggupi permintaan ini dengan syarat AS memberikan dukungan logistik yang dibutuhkan untuk perang. Juru bicara Presiden Erdogan, Ibrahim Kalin, mengatakan Turki tidak akan membiarkan kelompok ISIS berkeliaran di Suriah, Irak dan negaranya.
Penjelasan
pasukan koalisi ini terjadi kurang dari sepekan setelah Presiden AS,
Donald Trump, menyatakan kemenangan atas ISIS dan menarik pasukan dari
Suriah.
Mayor Jenderal Christopher Ghika dari Inggris mengatakan serangan ini berhasil menewaskan ratusan anggota pasukan ISIS di medan pertempuran.
“ISI berbahaya bagi wialyah ini untuk jangka panjang dan misi kami tetap sama yaitu mengalahkan ISIS,” kata Ghika, yang merupakan deputi komandan pasukan koalisi.
Pernyataan Ghika ini menjadi kontras terhadap pernyataan Trump pada pekan lalu bahwa pasukan AS telah sukses dengan misinya mengalahkan ISIS sehingga tidak perlu lagi berada di Suriah.
Pejuang Suriah yang didukung Turki menembakkan mortir ke gunung Barsaya, timur laut Afrin, Suriah, 28 Januari 2018. REUTERS/Khalil Ashawi
Keputusan Trump untuk menarik pasukan dari Suriah mendapat kritik dari sejumlah politikus Partai Republik, yang mendukungnya. Mereka beralasan penarikan pasukan itu hanya akan memperkuat pengaruh Rusia dan Iran, yang keduanya mendukung Presiden Suriah Bashar al – Assad.
Penarikan pasukan oleh Trump ini juga mendapat kritik dari Presiden Prancis, Emmanuel Macron. Dia menilai sekutu seharusnya bisa saling bantu. Dia meminta sekutu tidak melupakan pasukan lokal, yang selama ini dilatih.
Soal penarikan pasukan ini, CNN melaporkan Trump menelpon Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, dan memintanya untuk mengalahkan sisa pasukan ISIS di Suriah.
Erdogan menyanggupi permintaan ini dengan syarat AS memberikan dukungan logistik yang dibutuhkan untuk perang. Juru bicara Presiden Erdogan, Ibrahim Kalin, mengatakan Turki tidak akan membiarkan kelompok ISIS berkeliaran di Suriah, Irak dan negaranya.
Credit tempo.co