Ada yang membagi ratusan kotak nasi, menjaga kesehatan, hingga membersihkan sampah.
Reuni 212 yang digelar di Monas, Jakarta Pusat, Ahad (2/12) kemarin
menyisakan banyak kisah. Para peserta membawa semangat masing-masing
menghadiri helatan tersebut.
Di lokasi aksi, misalnya,
Republika
menemui sebanyak 15 orang difabel dari Yayasan Federasi Keluarga Cacat
Tubuh Indonesia (FKCTI) dari sekitaran Jakarta dan Bekasi. Salah satu
peserta dari FKCTI, Zaenal, mengatakan, mereka datang ke pusat aksi
Reuni 212 menggunakan transportasi berbasis daring dengan lebih dulu
berkumpul di Pasar Rumput, Manggarai.
"Saya bersama 14
teman datang menggunakan Grab, kami janjian bertemu di daerah Manggarai
dan selanjutnya bersama-sama berangkat ke sini (Monas)," kata Zaenal
saat ditemui di depan
shelter busway Gambir II, Ahad (2/12).
Zaenal
bersyukur, selama perjalanan tidak ada hambatan sama sekali. Bahkan,
ketika datang, ia langsung disambut hangat peserta Reuni 212 yang lain.
"Saat datang, kami disambut dengan antusias oleh para saudara kami yang
lebih dulu tiba," kata Zaenal.
Zaenal mengatakan,
niat datang ke acara Reuni 212 untuk bersilaturahim dengan teman-teman
Muslim lainnya. Ia berharap hasil silaturahim akbar ini dapat membuat
Indonesia lebih baik.
Sementara itu, sejumlah posko
kesehatan disiapkan untuk melayani peserta aksi Reuni 212. Salah satunya
didirikan tim dr Anna yang berada di Pintu Gambir I. Sejak Ahad (2/12)
pagi, posko kesehatan ini sudah ramai didatangi peserta Reuni 212.
"Sudah ada tiga orang yang kami rujuk ke RS Budi Kemuliaan," kata dr Anna saat ditemui
Republika.
Ia
mengatakan, alasan ketiga pasien itu dirujuk ke RS Budi Kemulian karena
penyakit yang dideritanya cukup berat. "Semuanya mengalami DSS (
dengue shock syndrome)," ucapnya.
Anna
mengungkapkan, posko kesehatan dan logistik tersebut didirikan murni
atas prakasa dirinya sendiri tanpa bantuan pihak mana pun. "Saya
lillahi ta'ala saja," ujarnya.
Untuk
menangani pasien, wanita 65 tahun ini dibantu 35 orang yang terdiri
atas 10 tim medis dan 25 orang bagian logistik untuk menyediakan makanan
dan obat-obatan untuk diberikan kepada setiap pasien.
Sedangkan,
Febi Rianto, seorang peserta Reuni 212 dari Palembang, Sumatra Selatan,
terlihat memunguti sampah yang berserakan di jalan selepas aksi
kemarin. "Ini sebagai bentuk tanggung jawab saya saja sebagai Muslim
yang harus cinta terhadap kebersihan," kata Febi yang mengenakan gamis
putih dan sorban saat ditemui di ruas jalan depan Kementerian
Perdagangan RI, Ahad (2/12).
Febi datang dari Palembang bersama enam temannya menggunakan mobil. Ia tiba kemarin dini hari di Jakarta sebelum subuh.
Junaedi
(49 tahun), seorang warga Kampung Baru, Kebon Jeruk, Jakarta Barat,
juga punya tujuan tersendiri kala menghadiri aksi kemarin. Pria yang
sudah tak muda itu mengatakan, ia datang dari rumah sebelum subuh untuk
mengantarkan ratusan kotak nasi.
"Sekitar 200 boks saya bawa untuk saudara kita yang ikut silaturahim," kata dia.
Menurut
dia, sebagian makanan berupa kue kering dan basah juga sudah dia
serahkan ke panitia untuk dibagikan. Junaedi tersenyum saat ditanya
berapa biaya total uang yang dia keluarkan untuk membeli makanan.
"Janganlah, itu urusan saya dengan Tuhan," kata dia.
Ribuan
umat Islam dari tanah Minang juga tercatat ikut menghadiri aksi Reuni
212. Ribuan Muslim yang ikut bernostalgia atas aksi serupa dua tahun
lalu tersebut berangkat secara mandiri dari Sumatra Barat.
Iman
Front Pembela Islam (FPI) Sumbar Muhammad Busra Al Khalidy menyebutkan,
berdasarkan catatannya, ada 1.283 umat Islam dari Tanah Minang yang
ikut hadir di aksi damai Reuni 212 hari ini. "Yang berangkat di luar
catatan kami lebih banyak, perkiraan lebih 3.000 orang," kata Buya
Busra, Ahad (2/12).
Sedikit berbeda dengan aksi damai yang
berlangsung dua tahun lalu, aksi kali ini dihadiri oleh mujahid tanpa
menentukan ketua-ketua rombongan. Artinya, jamaah yang ingin
berpartisipasi berangkat sesuai organisasi masyarakat (ormas) yang
diikuti dan instansi masing-masing.
"Bermalam di Jakarta
pun terpencar di masjid-masjid sekitar Monas. Ada juga yang langsung ke
Monas. Ada juga yang bermalam di tempat biasa, yakni Masjid Makmur,
Tanah Abang," ujar Buya Busra.
Peserta aksi kemarin memang
diketahui datang juga dari tempat-tempat yang jauh. "Kami pulang sore
ini ke Batam setelah menginap selama satu malam," ujar seorang peserta
dari Batam, Tomi Agus, di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten.
Tomi
mengatakan, ia datang ke Jakarta bersama seorang temannya. Namun, saat
pulang ke Batam, dia bertemu dengan para peserta reuni lainnya di
bandara.
Ia mengaku telah mengeluarkan dana sendiri agar
bisa ikut dalam aksi tersebut. Tidak hanya dana untuk transportasi, dia
juga mengeluarkan dana untuk penginapan dan makan. “Tidak masalah,
asalkan bisa ikut reuni ini," ujar dia.
Dengan mengikuti
reuni tersebut, dia mendapatkan pelajaran mengenai pentingnya
persaudaraan Islam. Dia berharap rasa persaudaraan itu bisa terus
terjaga. "Ini momen kebersamaan bagi umat Islam. Reuni ini, terlepas
dari konstelasi politik, merupakan momentum kebersamaan umat Islam,"
ujar dia.
Dia menambahkan, berdasarkan informasi yang
diterimanya, setidaknya lebih dari 1.200 peserta berasal dari Batam.
Dibandingkan tahun sebelumnya, Tomi mengatakan, jumlah peserta kali ini
lebih banyak.