Presiden AS Donald Trump telah berirkar akan menghentikan migran memasuki negerinya
CB,
TIJUANA -- Migran dari Amerika Tengah yang tertahan di gerbang masuk
Amerika Serikat di Meksiko menerobos pagar perbatasan pada Senin (3/12)
waktu setempat. Mereka menanggung resiko ditahan oleh Pemerintah AS tapi
berharap masuknya mereka secara tidak sah akan memungkinkan mereka
mengajukan suaka.
Sejak pertengahan Oktober, ribuan warga Amerika Tengah, kebanyakan
dari Honduras, telah melakukan perjalanan ke utara melalui Meksiko
menuju Amerika Serikat dalam satu caravan. Sebagian dari mereka berjalan
kaki sebagian besar dari perjalanan panjang tersebut.
Presiden
AS Donald Trump telah berirkar akan menghentikan migran memasuki
negerinya. Ia mengirim tentara untuk memperkuat penjagaan di perbatasan
dan berusaha mengubah prosedur, tindakan yang sejauh ini ditolak oleh
pengadilan, untuk membuat pencari suaka tetap berada di Meksiko
sementara kasus mereka dipertimbangkan.
Banyak migran, yang
kecewa dan kehabisan tenaga setelah berpekan-pekan menghadapi
ketidak-pastian, telah menjadi sangat putus-asa sejak mereka terjebak di
kamp kumuh di Kota Tijuana di perbatasan Meksiko.
Akibatnya
ialah sejumlah migran memilih untuk menjauh dari prosedur sah dan
berusaha memasuki AS secara tidak sah dari Tijuana saat senja datang
pada Senin (3/12) di satu tempat sekitar 450 meter dari Samudra Pasifik.
Dalam
waktu kurang dari satu jam, wartawan Reuters mengamati sebanyak dua
lusin orang memanjat pagar dengan tinggian sekitar tiga meter yang
terbuat dari lempengan dan pilar baja. Mereka memilih satu tempat di
selokan lebar tempat pagar perbatasan agak rendah.
Tepat
sebelum senja, tiga orang yang bertubuh kurus menekan pagar di pantai
dan dengan cepat dicomot oleh Patroli Perbatasan AS, kata beberapa saksi
mata. Tapi di sepanjang perbatasan darat saat kegelapan menyelimuti,
makin banyak migran mengikuti lelaki kurus tersebut, banyak migran
bahkan membawa anak.
"Sebagian migran menggunakan selimut sebagai tambang untuk membantu orang yang mereka cintai memanjat pagar," kata saksi mata.
Seorang
ibu dan anak-anaknya melewati pagar pertama dan menghilang dalam
kegelapan malam. Pemandangan mereka memanjat pagar mendorong yang lain,
bahkan saat satu helikopter berpatroli di atas mereka di wilayah AS.
Sebelumnya,
Keren Mayeni, warga negara Honduras yang berusia 29 tahun, mengukur
ketinggian pagar sambil memegang tiga anaknya yang berusia enam, 11 dan
12 tahun. "Kami cuma mengawasi, dan menunggu untuk melihat apa yang
terjadi," kata Mayeni.
"Kami akan memikirkan apa yang akan
dilakukan dalam dua hari." Sembilan menit kemudian, wanita itu dan
keluarganya sudah melewati pagar.
Sejumlah migran berlari
untuk berusaha menghindari penangkapan, tapi sebagian besar dari mereka
berjalan lambat-lambat ke tempat para pejabat Patroli Perbatasan AS
menunggu di bawah sinar lampu untuk menyerahkan diri mereka.