MOSKOW
- Presiden Rusia, Vladimir Putin mengatakan, Rusia akan mengembangkan
rudal baru yang dilarang oleh pakta senjata nuklir jika Amerika Serikat
(AS) menarik diri dari perjanjian Intermediate-Range Nuclear Forces
(INF) dan membangun senjatanya sendiri.
Pernyataan Putin ini seiring ultimatum yang ditetapkan oleh AS untuk menyatakan kemampuan rudalnya dalam 60 hari.
Pernyataan Putin ini seiring ultimatum yang ditetapkan oleh AS untuk menyatakan kemampuan rudalnya dalam 60 hari.
Menurut Presiden Rusia itu AS sengaja melontarkan tuduhan Moskow telah melanggar perjanjian yang di teken pada 1987 silam agar bisa keluar dari perjanjian tersebut.
"Orang Barat menyalahkan Rusia sebagai sasaran yang mudah dan akrab. Ini tidak benar, kami menentang penghancuran perjanjian. Tapi jika itu terjadi, kami akan bereaksi sesuai," ujarnya seperti dikutip dari Euronews, Kamis (6/12/2018).
Perjanjian INF ditandatangani oleh mantan Presiden AS Ronald Reagan dan rekannya dari Uni Soviet, Mikhail Gorbachev pada 1987. Perjanjian ini mengakhiri kebuntuan Perang Dingin dengan melarang rudal nuklir dan non-nuklir dengan jangkauan antara 500-5.500 kilometer.
Pada hari Selasa, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo tidak berbicara tentang rencana nuklir AS, tetapi mengatakan: "Tidak ada alasan Amerika Serikat harus terus menyerahkan keuntungan militer krusial ini kepada kekuatan revisionis seperti China."
Pemerintahan Trump sebelumnya mengatakan perjanjian itu menempatkan AS pada posisi yang kurang menguntungkan dengan negara-negara seperti China, yang dibebaskan dari perjanjian itu.
NATO
juga menuduh Rusia melanggar perjanjian itu. "Aliansi telah
menyimpulkan bahwa Rusia telah mengembangkan dan menerjunkan sistem
rudal, 9M729, yang melanggar Perjanjian INF dan menimbulkan risiko
signifikan terhadap keamanan Euro-Atlantik," kata lembaga itu dalam
sebuah pernyataan.
Rusia sendiri bersikukuh membantah telah melanggar perjanjian itu.
Rusia sendiri bersikukuh membantah telah melanggar perjanjian itu.
Credit sindonews.com