Senin, 05 Desember 2016

Iran tersengat oleh ulah legislatif AS, ancam balas dengan keras


 
Iran tersengat oleh ulah legislatif AS, ancam balas dengan keras
Presiden Iran Hassan Rouhani (REUTERS/IRINN via Reuters TV)
jika pelanggaran terang-terangan ini terjadi maka kami akan menanggapinya dengan keras
Jakarta (CB) - Presiden Iran Hassan Rouhani menuntut Presiden Amerika Serikat Barack Obama menggagalkan perpanjangan sanksi kepada Iran oleh Kongres AS karena kalau tidak maka Iran akan membalas tindakan Kongres AS itu dengan sama kerasnya.

Pada pidato di parlemen, Rouhani mengutuk legislasi yang diloloskan Kongres AS guna memperpanjang Undang-undang Sanksi Iran (ISA) sampai selama sepuluh tahun. Rouhani menyebut langkah Kongres AS itu  pelanggaran terhadap kesepakatan nuklir Iran dengan enam negara besar. Kesepakatan dengan enam negara besar itu sendiri telah membuat sanksi keuangan internasional kepada Iran dicabut.

"Presiden Amerika wajib menggunakan kewenangannya dengan mencegah persetujuan undang-undang itu dan khususnya implementasinya...dan jika pelanggaran terang-terangan ini terjadi maka kami akan menanggapinya dengan keras," kata Rouhani dalam pidato yang disiarkan langsung oleh televisi.

Gedung Putih sendiri Jumat lalu menyatakan Presiden Obama kemungkinan akan menandatangani legislasi itu menjadi undang-undang.

Tindakan Kongres AS itu menjadi pukulan hebat bagi Rouhani yang adalah pemimpin moderat dan pragmatis Iran yang mengarsiteki pembukaan hubungan diplomatik dengan Barat yang menjadi dirijen kesepakatan nuklir Iran.

AS percaya bahwa pembaruan ISA tidak akan melanggar kesepakatan nuklir Iran, sedangkan parlemen AS menyatakan perpanjangan ISA akan mempermudah sanksi diterapkan secepat mungkin jika Iran melanggar kesepakatan nuklir.

Hari ini 264 anggota DPR dalam parlemen Iran yang total ada 290 kursi, mengeluarkan pernyataan berisi seruan kepada pemerintah untuk menerapkan langkah-langkah balasan, termasuk meluncurkan kembali program pengayaan nuklir yang dilarang oleh kesepakatan nuklir dengan enam negara besar, lapor kantor berita IRNA.

Hubungan diplomatik antara Washington dan Tehran dalam dua tahun terakhir ini menjadi amat panas, padahal Donald Trump akan segera naik jabatan bulan depan. Selama kampanye Trump bersumpah akan mencampakkan kesepakatan nuklir dengan Iran.

Bulan lalu, Pemimpin Spritual Iran Ayatollah Ali Khamenei memperingatkan bahwa perpanjangan sanksi akan dianggap oleh Iran sebagai pelanggaran terhadap kesepakatan nuklir dan mengundang pembalasan dari Iran, demikian Reuters.


Credit  ANTARA News