China mengaku ingin mengembangkan
hubungan militer yang mulus dengan pemerintahan baru Amerika Serikat di
bawah kepemimpinan Donald Trump. (Reuters/Carlo Allegri)
AS dan China kerap kali berselisih paham, termasuk soal sengketa perairan di Laut China Selatan. Kedua negara dengan ekonomi terbesar di dunia ini terus berupaya meningkatkan kepercayaan di antara angkatan bersenjata mereka untuk mengurangi risiko bentrokan maupun kesalahpahaman di berbagai kesempatan.
Namun, sejak Trump terpilih sebagai presiden melalui pemilu pada November lalu, China semakin khawatir terhadap hubungannya dengan AS. Pasalnya, Trump vokal meluncurkan kecaman kepada China selama masa kampanyenya.
Konglomerat AS itu pernah menyebut bahwa China "memperkosa" AS dengan kebijakan ekonomi yang merugikan.
Ditanya soal terpilihnya Trump, Juru bicara Kementerian Pertahanan China Yang Yujun, menyatakan bahwa sudah bukan rahasia lagi ada ketegangan dalam hubungan militer antara kedua negara. Yang berharap AS akan menghormati kepentingan dan keprihatinan China.
"China bersedia bekerja keras bersama-sama dengan departemen pertahanan pemerintah AS yang baru untuk mempromosikan pembangunan yang sehat dan stabil dalam hubungan militer-ke-militer," kata Yang pada konferensi pers bulanan, dikutip dari Reuters, Kamis (1/12).
Trump akan dilantik sebagai Presiden AS ke-45 pada 20 Januari 2017, menggantikan Presiden petahana, Barack Obama. Beberapa hari setelah Trump dinyatakan memenangi pilpres, Presiden China Xi Jinping mengucapkan selamat kepadanya melalui sambungan telepon.
Xi juga mengajak taipan real-estate itu untuk bekerja sama demi terciptanya hubungan baik antara kedua negara, terlepas dari berbagai retorika Trump selama masa kampanye yang menyebutkan China merugikan ekonomi AS.
Trump sebelumnya juga kerap menyerukan agar dua negara sekutu AS di kawasan Asia Pasifik, Jepang dan Korea Selatan, untuk tidak lagi bergantung pada AS soal keamanan dan mengembangkan senjata nuklir sendiri, untuk menghalau ancaman China dan Korut.
Credit CNN Indonesia