TEL AVIV
- Menteri Pertahanan Israel Avigdor Lieberman kembali mengancam akan
merespons sistem rudal pertahanan udara S-300 Rusia jika digunakan
Suriah untuk menembak jatuh pesawat jet tempur Tel Aviv. Dia menegaskan
bahwa Tel Aviv tidak ingin berperang dengan Moskow.
"Kami tidak mencari konfrontasi dengan Rusia, dan sebaliknya, dalam beberapa tahun terakhir, dialog terbuka, jelas dan transparan telah dibuat dengan Rusia, baik ketika pendapat kami kompatibel dan tidak kompatibel," kata Lieberman dalam wawancaranya dengan surat kabar Kommersant, yang dikutip Kamis (3/5/2018) malam.
"Sejauh yang saya ketahui, (Presiden Suriah) Assad adalah penjahat perang, yang bertanggung jawab atas kematian lebih dari setengah juta warga negaranya. Tapi kita tidak akan ikut campur dalam urusan internal Suriah. Apa yang tidak akan kita toleransi adalah upaya Iran untuk mengubah Suriah menjadi sebuah pos terdepan melawan Israel. Setiap upaya oleh Iran untuk membangun dirinya di Suriah akan digagalkan," ujar Lieberman.
"Jika Assad tidak campur tangan—akan sangat bijaksana baginya untuk tidak, karena kami tidak berencana untuk ikut campur dalam urusan internal Suriah. Jika pasukannya, sistem pertahanan udara, melepaskan tembakan ke arah kami—kami akan menembaki mereka," lanjut dia.
"Ada garis halus antara IDF (Pasukan Pertahanan Israel) dan pasukan militer Rusia di Suriah. Kami selalu mempertimbangkan kepentingan Rusia, dan berharap bahwa mereka akan mempertimbangkan kepentingan keamanan Israel," imbuh dia.
"Jika sistem S-300 tidak ditujukan kepada kami—itu satu hal. Jika sistem ini melepaskan tembakan terhadap pesawat kami, kami pasti akan merespons," papar Lieberman. Ancaman senada pernah dilontarkan Menteri Pertahanan Israel ini pada 24 April lalu.
Bom Nuklir Iran
Lieberman dalam wawancara itu juga menjawab soal dokumen program pembuatan bom nuklir Iran yang dipresentasikan oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu beberapa hari lalu. Dia menegaskan, arsip program senjata nuklir Teheran itu jelas sebagai bukti pelanggaran dari perjanjian yang disepakati antara Teheran dan enam negara kekuatan dunia pada 2015.
"Tidak diragukan lagi, ya. Dokumen yang dirilis benar-benar membuktikan bahwa Iran secara aktif bertindak tidak hanya untuk memperkaya uranium tetapi untuk membuat senjata nuklir. Mereka hanya sementara membekukan program untuk mendapatkan manfaat maksimal dari perjanjian tersebut sehingga mereka bisa melangkah nanti untuk membuat senjata nuklir. Selain itu, mereka membekukan produksi senjata nuklir sampai mereka bisa mendapatkan manfaat maksimal dari perjanjian tersebut," kata Lieberman.
Menurut laporan New York Times, arsip itu diperoleh berkat kerja agen mata-mata Mossad. Mata-mata Israel tersebut mencuri arsip yang diklaim mencapai setengah ton dari gudang rahasia di selatan Teheran dan diselundupkan ke Israel pada malam yang sama pada Januari 2016.
"Kami sedang berbicara tentang program nuklir Iran secara umum, bukan sekitar dua tahun, bukan 12, bukan 20 (tahun). Kita berbicara di sini tentang mengapa Iran membutuhkan uranium yang diperkaya, mengapa mereka membutuhkan program nuklir, ketika Iran memiliki cadangan minyak dan gas raksasa," papar Lieberman.
"Iran selalu mengatakan bahwa mereka sedang mengembangkan program nuklir sipil, tetapi sejak awal, itu bukan tujuannya. Program nuklir Iran tidak ditutup, itu hanya dibekukan, untuk mendapatkan manfaat maksimal darinya dan kemudian kembali ke sana."
"Kami tidak mencari konfrontasi dengan Rusia, dan sebaliknya, dalam beberapa tahun terakhir, dialog terbuka, jelas dan transparan telah dibuat dengan Rusia, baik ketika pendapat kami kompatibel dan tidak kompatibel," kata Lieberman dalam wawancaranya dengan surat kabar Kommersant, yang dikutip Kamis (3/5/2018) malam.
"Sejauh yang saya ketahui, (Presiden Suriah) Assad adalah penjahat perang, yang bertanggung jawab atas kematian lebih dari setengah juta warga negaranya. Tapi kita tidak akan ikut campur dalam urusan internal Suriah. Apa yang tidak akan kita toleransi adalah upaya Iran untuk mengubah Suriah menjadi sebuah pos terdepan melawan Israel. Setiap upaya oleh Iran untuk membangun dirinya di Suriah akan digagalkan," ujar Lieberman.
"Jika Assad tidak campur tangan—akan sangat bijaksana baginya untuk tidak, karena kami tidak berencana untuk ikut campur dalam urusan internal Suriah. Jika pasukannya, sistem pertahanan udara, melepaskan tembakan ke arah kami—kami akan menembaki mereka," lanjut dia.
"Ada garis halus antara IDF (Pasukan Pertahanan Israel) dan pasukan militer Rusia di Suriah. Kami selalu mempertimbangkan kepentingan Rusia, dan berharap bahwa mereka akan mempertimbangkan kepentingan keamanan Israel," imbuh dia.
"Jika sistem S-300 tidak ditujukan kepada kami—itu satu hal. Jika sistem ini melepaskan tembakan terhadap pesawat kami, kami pasti akan merespons," papar Lieberman. Ancaman senada pernah dilontarkan Menteri Pertahanan Israel ini pada 24 April lalu.
Bom Nuklir Iran
Lieberman dalam wawancara itu juga menjawab soal dokumen program pembuatan bom nuklir Iran yang dipresentasikan oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu beberapa hari lalu. Dia menegaskan, arsip program senjata nuklir Teheran itu jelas sebagai bukti pelanggaran dari perjanjian yang disepakati antara Teheran dan enam negara kekuatan dunia pada 2015.
"Tidak diragukan lagi, ya. Dokumen yang dirilis benar-benar membuktikan bahwa Iran secara aktif bertindak tidak hanya untuk memperkaya uranium tetapi untuk membuat senjata nuklir. Mereka hanya sementara membekukan program untuk mendapatkan manfaat maksimal dari perjanjian tersebut sehingga mereka bisa melangkah nanti untuk membuat senjata nuklir. Selain itu, mereka membekukan produksi senjata nuklir sampai mereka bisa mendapatkan manfaat maksimal dari perjanjian tersebut," kata Lieberman.
Menurut laporan New York Times, arsip itu diperoleh berkat kerja agen mata-mata Mossad. Mata-mata Israel tersebut mencuri arsip yang diklaim mencapai setengah ton dari gudang rahasia di selatan Teheran dan diselundupkan ke Israel pada malam yang sama pada Januari 2016.
"Kami sedang berbicara tentang program nuklir Iran secara umum, bukan sekitar dua tahun, bukan 12, bukan 20 (tahun). Kita berbicara di sini tentang mengapa Iran membutuhkan uranium yang diperkaya, mengapa mereka membutuhkan program nuklir, ketika Iran memiliki cadangan minyak dan gas raksasa," papar Lieberman.
"Iran selalu mengatakan bahwa mereka sedang mengembangkan program nuklir sipil, tetapi sejak awal, itu bukan tujuannya. Program nuklir Iran tidak ditutup, itu hanya dibekukan, untuk mendapatkan manfaat maksimal darinya dan kemudian kembali ke sana."
"Perjanjian (nuklir Iran) ini harus diperlakukan seperti perjanjian Munich. Itu adalah rencana untuk Barat yang lelah kehilangan kekuatannya untuk perlawanan, kehilangan kemauan politiknya dan memutuskan guna menenangkan epidemi radikal Islam abad ke-21. Sama seperti yang mereka lakukan dengan Hitler, dan pada akhirnya mereka membayar harga yang sangat mahal. Pada akhirnya kita akan mendapatkan Iran dengan rudal nuklir. Dan untuk menghentikannya nanti, kami akan membayar harga yang jauh lebih tinggi," imbuh Lieberman.
Credit sindonews.com