Jumat, 04 Mei 2018

Dua Bangkai Kapal Ditemukan dalam Operasi Pencarian MH370



 Gambar sonar dari sebuah kapal besi yang ditemukan dalam pencarian pesawat MH370. (Disediakan: Biro Keamanan Transportasi Australia)
Gambar sonar dari sebuah kapal besi yang ditemukan dalam pencarian pesawat MH370. (Disediakan: Biro Keamanan Transportasi Australia)

Bangkai kedua kapal itu ditemukan terpisah dengan jarak sekitar 35 km



CB, Dua buah bangkai kapal berhasil ditemukan secara tidak sengaja selama pencarian pesawat MH370 milik maskapai Malaysia Airlines yang hilang. Temuan itu berhasil dikonfirmasi berasal dari abad ke-19 yakni kapal layar yang mengangkut barang dagangan berupa batu bara.

Kapal-kapal itu terdeteksi pada bulan Mei dan Desember 2015 selama pencarian di dasar lautan Hindia untuk menemukan tanda-tanda pesawat Boeing 777, yang menghilang pada bulan Maret 2014 bersama dengan 239 orang di dalamnya. Bangkai kedua kapal itu ditemukan terpisah dengan jarak sekitar 35 kilometer pada kedalaman hampir empat kilometer, dan lebih dari 2.300 km di lepas pantai WA.

Para ahli dari Museum Australia Barat (WA) telah diminta oleh Biro Keamanan Transportasi Australia untuk memeriksa data sonar dan video dari kedua bangkai kapal tersebut – dimana salah satunya memiliki lambung yang terbuat dari kayu sementara yang lainnya terbuat dari besi.
Kapal karam ditemukan di Samudra Hindia selatan
Photo: Logam besi pengikat kapal kayu seperti jangkar dan cleat tetap berada di dasar lautan. (Disediakan: Biro Keamanan Transportasi Australia)



Ledakan atau peristiwa bencana lainnya


Kurator arkeologi kelautan dari Museum Australia Barat (WA), Ross Anderson mengatakan analisis dari reruntuhan, bersama dengan catatan sejarah, membantu mengidentifikasi jenis-jenis kapal tersebut. Namun dia mengatakan penelitian terhadap kedua kapal yang hilang itu tidak lengkap, sehingga sulit untuk menentukan identitas yang tepat dari kedua kapal itu.

"Namun, kami dapat mempersempit kemungkinan untuk beberapa kandidat utama berdasarkan informasi yang tersedia dari sumber-sumber perkapalan yang didominasi Inggris," kata Dr Anderson.

"Untuk kapal yang terbuat dari kayu, kapal bernama brig W Gordon dan barque Magdala adalah dua kandidat yang mungkin.

"Sedangkan untuk kapal besi, barques Kooringa [1894], Ontario Lake [1897] dan West Ridge [1883] merupakan kemungkinannya, dengan West Ridge adalah kapal yang paling sesuai dengan bukti-bukti yang ada."

Lambung kapal yang terbuat dari kayu sudah benar-benar terdegradasi selama beberapa waktu di bawah air, dan hanya menyisakan kargo kapal batubara, serta logam pengikatan di kapal, seperti jangkar dan tuas penambat kapal (cleat). Dipercaya kapal itu memiliki bobot sekitar 225 hingga 800 ton.

Dr Anderson mengatakan kemungkinan kapal itu tenggelam akibat peristiwa bencana seperti ledakan – jenis bahaya yang umum terjadi dalam transportasi batu bara pada abad ke-19. "Sebagian besar material yang tersebar luas di dasar laut terdiri dari sisa-sisa muatan batubara yang tumpah keluar dari lambung kapal sebelum berserakan didasar laut," katanya.

Dada misterius ternyata tangki air

Analisis awal mengenai situs bangkai kapal itu berhasil mengidentifikasi objek logam persegi panjang besar yang berukuran sekitar enam meter panjangnya, yang awalnya disebut sebagai "dada misterius".

Dr Anderson mengatakan objek tersebut, yang merupakan fitur terbesar yang ditemukan di situs bangkai kapal, kini telah diidentifikasi sebagai tangki air.
Tangki air dari besi di situs reruntuhan kapal kayu yang ditemukan dalam pencarian MH 370
Photo: Apa yang sebelumnya digambarkan sebagai "peti misteri" ternyata adalah tangki air besi. (Disediakan: Biro Keamanan Transportasi Australia)


Bangkai kapal dengan lambung terbuat dari besi lebih utuh, dan ditemukan tergeletak tegak di dasar laut. Sonar dan gambar video mengungkapkan bangkai kapal itu memiliki setidaknya dua dek, dan beratnya antara 1.000 dan 1.500 ton.

Beberapa rel dek di kapal dan lubang pengintip kapal terlihat dalam gambar. Dr Anderson mengatakan kedua kapal itu mungkin membawa awak antara 15-30 orang, dan kemungkinan akan mengambil penumpang tambahan juga, sehingga sulit untuk menebak berapa banyak orang mungkin telah meninggal ketika kapal itu tenggelam.

"Kemudian, seperti sekarang, hilangnya begitu banyak nyawa akan berdampak buruk pada keluarga maritim dan masyarakat," kata Dr Anderson.






Credit  republika.co.id