Bangkai kedua kapal itu ditemukan terpisah dengan jarak sekitar 35 km
CB,
Dua buah bangkai kapal berhasil ditemukan secara tidak sengaja selama
pencarian pesawat MH370 milik maskapai Malaysia Airlines yang hilang.
Temuan itu berhasil dikonfirmasi berasal dari abad ke-19 yakni kapal
layar yang mengangkut barang dagangan berupa batu bara.
Kapal-kapal itu terdeteksi pada bulan Mei dan Desember 2015 selama
pencarian di dasar lautan Hindia untuk menemukan tanda-tanda pesawat
Boeing 777, yang menghilang pada bulan Maret 2014 bersama dengan 239
orang di dalamnya. Bangkai kedua kapal itu ditemukan terpisah dengan
jarak sekitar 35 kilometer pada kedalaman hampir empat kilometer, dan
lebih dari 2.300 km di lepas pantai WA.
Para ahli dari
Museum Australia Barat (WA) telah diminta oleh Biro Keamanan
Transportasi Australia untuk memeriksa data sonar dan video dari kedua
bangkai kapal tersebut – dimana salah satunya memiliki lambung yang
terbuat dari kayu sementara yang lainnya terbuat dari besi.
Photo: Logam besi pengikat kapal kayu seperti jangkar dan cleat tetap berada di dasar lautan.
(Disediakan: Biro Keamanan Transportasi Australia)
Ledakan atau peristiwa bencana lainnya
Kurator
arkeologi kelautan dari Museum Australia Barat (WA), Ross Anderson
mengatakan analisis dari reruntuhan, bersama dengan catatan sejarah,
membantu mengidentifikasi jenis-jenis kapal tersebut. Namun dia
mengatakan penelitian terhadap kedua kapal yang hilang itu tidak
lengkap, sehingga sulit untuk menentukan identitas yang tepat dari kedua
kapal itu.
"Namun, kami dapat mempersempit kemungkinan
untuk beberapa kandidat utama berdasarkan informasi yang tersedia dari
sumber-sumber perkapalan yang didominasi Inggris," kata Dr Anderson.
"Untuk kapal yang terbuat dari kayu, kapal bernama brig W Gordon dan barque Magdala adalah dua kandidat yang mungkin.
"Sedangkan
untuk kapal besi, barques Kooringa [1894], Ontario Lake [1897] dan West
Ridge [1883] merupakan kemungkinannya, dengan West Ridge adalah kapal
yang paling sesuai dengan bukti-bukti yang ada."
Lambung
kapal yang terbuat dari kayu sudah benar-benar terdegradasi selama
beberapa waktu di bawah air, dan hanya menyisakan kargo kapal batubara,
serta logam pengikatan di kapal, seperti jangkar dan tuas penambat kapal
(cleat). Dipercaya kapal itu memiliki bobot sekitar 225 hingga 800 ton.
Dr
Anderson mengatakan kemungkinan kapal itu tenggelam akibat peristiwa
bencana seperti ledakan – jenis bahaya yang umum terjadi dalam
transportasi batu bara pada abad ke-19. "Sebagian besar material yang
tersebar luas di dasar laut terdiri dari sisa-sisa muatan batubara yang
tumpah keluar dari lambung kapal sebelum berserakan didasar laut,"
katanya.
Dada misterius ternyata tangki air
Analisis
awal mengenai situs bangkai kapal itu berhasil mengidentifikasi objek
logam persegi panjang besar yang berukuran sekitar enam meter
panjangnya, yang awalnya disebut sebagai "dada misterius".
Dr
Anderson mengatakan objek tersebut, yang merupakan fitur terbesar yang
ditemukan di situs bangkai kapal, kini telah diidentifikasi sebagai
tangki air.
Photo: Apa yang sebelumnya digambarkan sebagai "peti misteri" ternyata adalah tangki air besi.
(Disediakan: Biro Keamanan Transportasi Australia)
Bangkai
kapal dengan lambung terbuat dari besi lebih utuh, dan ditemukan
tergeletak tegak di dasar laut. Sonar dan gambar video mengungkapkan
bangkai kapal itu memiliki setidaknya dua dek, dan beratnya antara 1.000
dan 1.500 ton.
Beberapa rel dek di kapal dan lubang
pengintip kapal terlihat dalam gambar. Dr Anderson mengatakan kedua
kapal itu mungkin membawa awak antara 15-30 orang, dan kemungkinan akan
mengambil penumpang tambahan juga, sehingga sulit untuk menebak berapa
banyak orang mungkin telah meninggal ketika kapal itu tenggelam.
"Kemudian,
seperti sekarang, hilangnya begitu banyak nyawa akan berdampak buruk
pada keluarga maritim dan masyarakat," kata Dr Anderson.