Tampilkan postingan dengan label KOREA SELATAN. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label KOREA SELATAN. Tampilkan semua postingan

Jumat, 28 Desember 2018

Pesawat Militer Cina Terobos Wilayah Udara Korea Selatan



Pesawat tempur Cina
Pesawat tempur Cina
Foto: Reuters
Angkatan Udara Korsel mengejar pesawat jet Cina.



CB, SEOUL -- Pesawat jet militer Cina memasuki Zona Pertahanan Udara Korea Selatan (KADIZ) tanpa pemberitahuan sebanyak tiga kali. Dilansir dari Yonhap, Kamis (27/12) Angkatan Udara Korea Selatan (Korsel) menanggapinya dengan mengejar pesawat-pesawat jet itu.

Pesawat-pesawat Cina memasuki wilayah yang diidentifikasi sebagai Kadiz pada Kamis (27/12) pukul 10.21 waktu setempat di dekat pulau Jeju dan Leo. Kepala Staf Gabungan (JCS) Korsel mengatakan pesawat jet milik Cina itu keluar sekitar satu jam kemudian.

Mereka lalu masuk lagi ke Kadiz pukul 11.54 dan keluar lagi pada sekitar pukul 14.51 waktu setempat. JCS mengatakan pesawat-pesawat itu kembali masuk pada pukul 14.14 dan keluar lagi pada pukul 15.00.

Pejabat di JCS mengatakan pesawat-pesawat itu diyakini pesawat pengintai tipe Y-9. Angkatan Udara Korsel mengirim pesawat jet untuk melacak pesawat-pesawat tersebut dan mengirimkan peringatan sebagai langkah 'taktis yang biasa dilakukan'.

Di hari yang sama Kementerian Pertahanan Korsel memanggil atase pertahanan kedutaan besar Cina di Korsel. Mereka mengajukan protes kepada kedutaan besar Cina dan meminta adanya langkah-langkah tertentu untuk mencegah hal yang sama terulang kembali.

Kementerian Luar Negeri Korsel juga memanggil pejabat kedutaan besar Cina. Mereka juga mengungkapkan penyesalan atas kejadian ini dan mendesak pemerintah Cina untuk mengambil langkah yang tepat.

Pada bulan lalu, pesawat militer Cina juga memasuki Kadiz. Sudah kedelapan kalinya pesawat militer Cina memasuki Kadiz pada tahun ini. Sebagian wilayah Kadiz bertumpang tindih dengan zona pertahanan udara Cina dan Jepang. Hal itu yang kerap menjadi sumber ketegangan di kawasan Asia Timur. Pejabat militer Korsel mengatakan pesawat-pesawat Cina itu bertujuan untuk menguji tanggapan Korsel dan Jepang.

Identifikasi Zona Pertahanan Udara atau Adiz adalah sebuah wilayah di langit yang diidentifikasi oleh negara tertentu sebagai batas wilayah pesawat asing masuk ke wilayah tersebut. Adiz tidak didefinisikan dalam hukum atau perjanjian internasional apapun. 



Credit  republika.co.id





Kamis, 27 Desember 2018

Jalur Kereta Penghubung Dua Korea Terganjal Sanksi Amerika


Korea Utara dan Korea Selatan setuju untuk menjalankan sebuah proyek jalur kereta yang menghubungkan kedua negara sejak perang Korea meletup pada 1950 - 1953. Sumber:  Yonhap via REUTERS
Korea Utara dan Korea Selatan setuju untuk menjalankan sebuah proyek jalur kereta yang menghubungkan kedua negara sejak perang Korea meletup pada 1950 - 1953. Sumber: Yonhap via REUTERS

CB, Jakarta -Rencana pembangunan jalur kereta yang akan menghubungkan Korea Utara dan Korea Selatan masih dihadapkan pada kendala. Pembangunan jalur kereta ini belum bisa di mulai sampai sanksi ekonomi terhadap Korea Utara dicabut.
Dikutip dari Reuters, Rabu, 26 Desember 2018, Korea Utara dan Korea Selatan menyetujui pembangunan proyek jalur kereta ini sejak Oktober 2018 menyusul membaiknya hubungan kedua negara. Akan tetapi, proses pembangunan sampai sekarang masih tertatih.
"Ada banyak hal yang harus dilakukan sebelum proses pembangunan yang sebetulnya dimulai," kata Menteri Transportasi Korea Selatan, Kim Hyun-mee.

Menurut Kim, bahan-bahan dan investasi yang dibutuhkan untuk pembangunan masih dilarang masuk ke Korea Utara oleh PBB dan sanksi-sanksi yang dijatuhkan oleh Amerika Serikat. Washington berkeras sanksi harus tetap diberlakukan hingga Korea Utara benar-benar menghentikan program senjata nuklirnya.

Terkait hal ini, Wakil Menteri Perkeretaapian Korea Utara, Kim Yun Hyok, menyerukan gerakan melawan sanksi yang berdampak pada pembangunan proyek kereta api ini. Dia mengatakan pembangunan proyek jalur kereta ini adalah keinginan rakyat.Kendati masih diselimuti sanksi ekonomi, namun Korea Utara dan Korea Selatan berencana melakukan survei tambahan dan tetap merancang jalur rel kereta yang proses penyelesaian proyek ini bisa memakan waktu satu sampai dua tahun.
Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un sebelumnya sudah setuju untuk melakukan denuklirisasi saat bertemu Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, pada Juni 2018. Namun pelaksanaan denuklirisasi ini tak banyak mengalami kemajuan karena Pyongyang kecewa dengan Washington yang masih memberlakukan sanksi pada negara itu hingga program senjata nuklir Korea Utara benar-benar dihentikan.





Credit  tempo.co






Korea Selatan-Korea Utara Luncurkan Proyek Jalur Kereta


Korea Selatan-Korea Utara Luncurkan Proyek Jalur Kereta
Korea Selatan-Korea Utara Luncurkan Proyek Jalur Kereta

SEOUL - Dua Korea kemarin meluncurkan proyek untuk menghubungkan kembali jalur kereta dan jalan yang terputus sejak Perang Korea 1950-1953. Meski demikian, pembangunannya tidak dapat dimulai karena berbagai sanksi masih diterapkan pada Korea Utara (Korut).

Korea Selatan (Korsel) dan Korut telah sepakat pada Oktober untuk bekerja menghubungkan kembali jalan dan jalur kereta sebagai bagian perbaikan hubungan dua Korea. Di sisi lain, Amerika Serikat (AS) khawatir perbaikan hubungan itu akan merusak upaya menekan Korut agar bersedia menyerahkan senjata nuklirnya.

“Ada banyak hal harus dilakukan sebelum kita benar-benar dapat memulai konstruksi,” ungkap Menteri Transportasi Korsel Kim Hyun-mee, kemarin, sebelum upacara peluncuran di kota Kaesong di sisi perbatasan Korut.

Bahan material dan investasi diperlukan untuk konstruksi itu dilarang sesuai sanksi AS dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang diterapkan dalam program nuklir dan rudal Korut. Washington menegaskan berbagai sanksi itu tetap diberlakukan hingga Pyongyang menyerahkan senjata nuklirnya.

Para pejabat Korsel, politisi dan anggota keluarga yang mengungsi akibat perang dibawa dengan kereta khusus menuju upacara peluncuran tersebut. Shin Jang-chul yang mengemudikan kereta barang terakhir antara dua Korea saat keduanya mengoperasikan kawasan industri bersama satu dekade lalu tidak pernah menduga dia akan kembali ke Korut.

“Saya sangat tersentuh. Ini sudah 10 tahun dan saya bertanya-tanya apakah saya dapat kembali lagi setelah saya pensiun,” ungkap Shin pada kantor berita Reuters.

Shin dan lainnya itu bergabung dengan delegasi Korut, serta para pejabat dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), China, Rusia dan Mongolia. Berbicara dalam acara itu, Wakil Menteri Kereta Korut Kim Yun-hyok menyerukan tekad untuk berdiri melawan hembusan angin yang mengancam proyek tersebut.

“Hasil proyek kereta dan jalan ini bergantung pada semangat dan tekad rakyat kita,” papar Kim.

Menteri Transportasi Korsel Kim Hyun-mee menyatakan kedua pihak akan melakukan survei gabungan tambahan dan desain kerja yang membutuhkan waktu satu atau dua tahun hingga selesai.    

Upacara peluncuran proyek yang digelar kemarin itu menjadi contoh baru membaiknya hubungan antara dua Korea yang secara teknis masih berperang setelah konflik itu berakhir dengan gencatan senjata dan bukan traktat perdamaian.

Meski demikian, berbagai inisiatif ekonomi skala besar belum dimulai karena kurangnya kemajuan dalam denuklirisasi Korut.
Pemimpin Korut Kim Jong-un sepakat bekerja untuk denuklirisasi saat konferensi tingkat tinggi (KTT) dengan Presiden AS Donald Trump di Singapura pada Juni lalu. 

Namun berbagai negosiasi tak mengalami kemajuan besar karena Pyongyang kecewa dengan Washington yang tetap menerapkan sanksi hingga Korut mengambil langkah nyata menyerahkan senjata nuklir.

“Korsel berupaya membangun sesuai berbagai kesepakatan yang ada, yakin bahwa membaiknya hubungan antar-Korea akan memiliki dampak positif pada denuklirisasi,” ujar Shin Beom-chul, pengamat di Asan Institute for Policy Studies, Seoul, Korsel.

Dia menambahkan, “Tapi karena tidak ada konstruksi nyata, Korut akan tetap menekan Korsel agar mewujudkannya meski ada berbagai sanksi, sesuai upaya Kim untuk menopang rezimnya.”

Sementara, hubungan antara Korut dan AS justru semakin memburuk dengan berbagai langkah yang diambil Washington. Pekan ini, Pengadilan AS memerintahkan Korut membayar ganti rugi sebesar USD501 juta (Rp7,3 Triliun) terkait penyiksaan dan kematian mahasiswa AS Otto Warmbier. 

Warmbier meninggal dunia pada 2017 beberapa saat setelah dibebaskan dari penjara Korut. Orangtua Warmbier menggugat Korut pada April terkait kematian putranya. Mahasiswa usia 22 tahun itu meninggal beberapa hari setelah dia kembali ke AS dalam keadaan koma. Seorang koroner asal Ohio menyatakan penyebab kematiannya adalah kekurangan oksigen dan darah ke otak.

“Korut bertanggung jawab atas penyiksaan, penyanderaan dan pembunuhan di luar proses pengadilan terhadap Otto Warmbier dan melukai ibu dan ayahnya, Fred dan Cindy Warmbier,” papar Hakim Bery Howell di Pengadilan Distrik AS untuk Distrik Kolumbia dalam vonis yang dibacakannya, dilansir Reuters.

Pyongyang menyalahkan botulisme dan menelan obat tidur sebagai penyebab kematian Warmbier serta menyangkal tuduhan telah terjadi penyiksaan.

Fred dan Cindy Warmbier menyatakan mereka telah menjanjikan keadilan untuk putranya. “Kami berterima kasih bahwa AS memiliki sistem pengadilan yang terbuka dan adil sehingga dunia dapat melihat bahwa rezim Kim secara legal dan moral bertanggung jawab atas kematian Otto,” ungkap pernyataan keduanya.



Credit  sindonews.com




Selasa, 25 Desember 2018

Korea Selatan Bantah Incar Pesawat Patroli Jepang

Bendera Korea dan Jepang (ilustrasi)

CB, SEOUL -- Korea Selatan membantah kapal perang mereka telah mengunci pesawat patroli Jepang sebagai target tembakan. Sebuah tuduhan keras dari Jepang yang membuat hubungan dua negara bertetangga tersebut semakin menegang.

Tuduhan ini masuk ke dalam daftar panjang pembicaraan yang didiskusikan para diplomat kedua negara saat mereka bertemu di Seoul, Korea Selatan. Diplomat-diplomat Korsel menjelaskan secara rinci situasi yang sebenarnya kepada diplomat-diplomat Jepang. 

"Kedua belah pihak sepakat untuk melanjutkan komunikasi yang dibutuhkan dalam isu ini," kata salah seorang pejabat di Kementerian Luar Negeri Korsel yang tidak disebutkan namanya kepada kantor berita News1, Senin (24/12). 

Hubungan kedua negara sekutu terdekat Amerika Serikat di Asia itu terus memburuk sejak bulan Oktober lalu. Ketika Mahkamah Agung Korea Selatan meminta dua perusahaan baja Jepang membayar kompensasi kepada korban kerja paksa Korsel selama masa penjajahan Jepang di Semenanjung Korea. 

Jepang mengecam keputusan tersebut, menurut mereka kompensasi sudah dibayarkan dalam perjanjian tahun 1965. Pada hari Jumat (21/12) lalu Kementerian Pertahanan Jepang  mengatakan salah satu kapal tempur Korsel mengunci pesawat patroli Jepang sebagai target mereka. 

Kementerian Pertahanan Jepang mengatakan tindakan tersebut sangat berbahaya. Sementara itu Kementerian Pertahanan Korsel mengatakan kapal tempur mereka hanya menjalankan operasi rutin. Mereka pun memberikan rincian pergerakan kapal tempur tersebut. 

Salah satu pejabat Staf Gabungan Korsel mengatakan saat sedang menyelamatkan kapal nelayan Korea Utara yang terdampar kapal tempur mereka mendekteksi pesawat patroli Jepang dengan kamera optik. Pejabat tersebut mengatakan pesawat patroli Jepang itu terbang dengan sangat rendah. 

"Selama proses tidak ada gelombang emisi radio sama sekali," katanya. 

Dalam pertemuan ini para diplomat dari kedua negara juga membahas isu nuklir Korea Utara. Serta bagaimana Korsel dan Jepang dapat membantu pembicaraan denuklirisasi Semenanjung Korea antara Korut dengan AS. 

Credit REPUBLIKA.CO.ID


https://m.republika.co.id/berita/internasional/asia/18/12/24/pk8ks5370-korea-selatan-bantah-incar-pesawat-patroli-jepang




Kamis, 13 Desember 2018

Pertama Kalinya, Prajurit Korut dan Korsel Melintasi Perbatasan


Pertama Kalinya, Prajurit Korut dan Korsel Melintasi Perbatasan
Prajurit Korut dan Korsel melintasi perbatasan untuk memverifikasi penghancuran pos penjaga di perbatasan kedua negara. Foto/Istimewa

SEOUL - Untuk pertama kalinya, prajurit Korea Utara (Korut) dan Korea Selatan (Korsel) menyeberang ke wilayah masing-masing dengan damai. Mereka bersiap untuk memverifikasi pembongkaran pos penjaga di zona demiliterisasi.

Pada bulan November lalu, Korut meledakkan 10 pos penjaga sementara Korsel merobohkan 10 pos menggunakan ekskavator.

Penghancuran 20 pos di sepanjang perbatasan yang dijaga ketat adalah salah satu langkah yang disepakati pada KTT September antara Presiden Korsel Moon Jae-in dan Pemimpin Korut Kim Jong-un di Pyongyang, sebagai bagian dari upaya rekonsiliasi di semenanjung itu.

Kementerian Pertahanan Seoul mengatakan bahwa para inspektur dari Korsel akan mengunjungi masing-masing pos penjaga di sisi Korut untuk memverifikasi pembongkaran dan untuk memastikan bahwa semua senjata api dan pasukan telah ditarik.

Inspektur Korut akan melakukan proses yang sama di bunker Korsel.

"Ini menandai pertama kalinya sejak perpecahan bahwa para prajurit dari Utara dan Selatan secara damai melintasi garis demarkasi militer," kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari AFP, Rabu (12/12/2018).

Presiden Korsel Moon Jae-in melanjutkan kebijakan untuk membangun hubungan dengan tetangganya yang terisolasi dan bersenjata nuklir. Kebijakan ini sangat kontras dengan Washington, yang menegaskan tekanan terhadap Pyongyang harus dipertahankan sampai denuklirisasi.

Terlepas dari namanya, area di sekitar Zona Demiliterisasi (DMZ) adalah salah satu tempat paling berbenteng di dunia, penuh dengan ladang ranjau dan pagar kawat berduri.

Namun di bawah rencana untuk meredakan ketegangan yang disepakati di Pyongyang, kedua Korea telah melucuti senjata di desa perbatasan Panmunjom, dan meninggalkannya diawaki oleh 35 personel tak bersenjata dari masing-masing pihak.

Secara resmi disebut Daerah Keamanan Bersama (JSA), kantong itu adalah satu-satunya tempat di sepanjang perbatasan 250 kilometer tempat para tentara dari kedua Korea dan Komando yang dipimpin PBB langsung berhadap-hadapan. 




Credit  sindonews.com



Kamis, 06 Desember 2018

Tentara Korea Utara Kembali Membelot ke Korea Selatan


Tentara Korea Utara Kembali Membelot ke Korea Selatan
Ilustrasi tentara Korea Utara. (REUTERS/Danish Siddiqui)


Jakarta, CB -- Seorang tentara Korea Utara dikabarkan kembali melarikan diri ke Korea Selatan melalui perbatasan timur pada Sabtu (1/12) pekan lalu. Insiden itu terjadi di tengah upaya rekonsiliasi yang dirintis oleh kedua belah pihak.

"Seorang tentara Korea Utara terdeteksi melintasi garis demarkasi militer," kata Kepala Staf Gabungan Militer (JCS) Korea Selatan dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip Asia One, pada Rabu (5/12).

"Prajurit tersebut aman di dalam tahanan kami. Agen-agen terkait insiden tersebut akan menyelidiki lebih lanjut mengenai detil bagaimana dia bisa memasuki Korea Selatan," katanya.


Umumnya area perbatasan antara Korea Utara dan Korea Selatan dijaga ketat, sehingga pembelotan jarang terjadi. Namun, insiden ini luput dari perhatian karena kedua negara tengah sibuk menjalankan proses rekonsiliasi.


Lebih dari 30 ribu warga sipil Korea Utara tercatat melarikan diri dari tanah air mereka, tetapi kebanyakan kabur melintasi perbatasan Korea Utara dan Cina. Jarang di antara mereka yang melintasi perbatasan kedua Korea, karena dibentengi ladang ranjau dan kawat berduri.

Pada November tahun lalu, seorang tentara Korea Utara yang nekat menyeberangi perbatasan kedua Korea diberondong peluru. Namun, dia selamat. Pembelotan terakhir yang melibatkan warga Korea Utara terjadi pada Mei, ketika dua warga sipil menumpang perahu kecil ke Korea Selatan melintasi Laut Kuning.

Di awal tahun ini, Korea Selatan dan Korea Utara telah mengumumkan secara resmi akhir dari konflik militer antara keduanya. Sejak itu, langkah rekonsiliasi perlahan berlanjut dengan sejumlah langkah untuk meredakan ketegangan.

Dibukanya kembali jalan yang menghubungkan kedua negara di zona demiliterisasi (DMZ), hingga disahkannya gulat Korea sebagai kebudayaan gabungan kedua negara oleh UNESCO merupakan beberapa upaya merajut kembali persahabatan.


Serangkaian inisiatif kerja sama, termasuk menghubungkan jalan dan kereta api terus dilakukan. Bunker militer di beberapa bagian perbatasan dihancurkan dan ranjau darat dipindahkan.

Langkah-langkah menuju perdamaian ini terus berlanjut, meskipun pembicaraan mengenai denuklirisasi antara Washington dan Pyongyang gagal terlaksana.




Credit  cnnindonesia.com





Jumat, 30 November 2018

Pengadilan Korea Selatan perintahkan Mitsubishi ganti rugi romusha, Jepang marah

Pengadilan Korea Selatan perintahkan Mitsubishi ganti rugi romusha, Jepang marah
Carlos Ghosn (kiri) pimpinan sekaligus CEO aliansi Renault-Nissan bersama CEO Mitsubishi Motors Corp dalam sebuah konferensi pers di Tokyo, Jepang, pada Oktober 2016. (Reuters)




Seoul (CB) - Pengadilan tertinggi Korea Selatan pada Kamis memutuskan perusahaan Jepang Mitsubishi Heavy Industries Ltd harus memberikan ganti rugi kepada 10 warga Korea Selatan atas kerja paksa selama Perang Dunia Kedua, yang langsung membuat marah Tokyo.

Keputusan itu menggemakan amar penting Mahkamah Agung pada bulan lalu, yang mendukung warga Korea Selatan meminta ganti rugi dari Nippon Steel & Sumitomo Metal Corp. Jepang untuk kerja paksa pada masa perang.

Putusan itu mengukuhkan keputusan pengadilan banding pada 2013, yang mengharuskan Mitsubishi membayar 80 juta won (satu miliar rupiah lebih) untuk masing-masing lima pekerja atau keluarga mereka sebagai ganti rugi.

Dalam putusan terpisah, pengadilan itu juga memerintahkan Mitsubishi membayar hingga 150 juta won kepada masing-masing dari lima penggugat lain atau keluarga mereka.

Mitsubishi menyebut putusan itu "sangat disesalkan", dengan mengatakan dalam pernyataan bahwa perusahaan tersebut akan membahas tanggapannya dengan pemerintah Jepang.


Jepang dan Korea Selatan berbagi sejarah pahit, yang mencakup penjajahan Jepang pada 1910-1945 atas semenanjung Korea dan penggunaan wanita penghibur, penghalusan Jepang untuk gadis dan wanita, banyak dari mereka orang Korea, yang dipaksa bekerja di rumah bordilnya semasa perang.

Sengketa sejarah perang sejak lama menjadi batu sandungan hubungan di antara tetangga Asia Timur tersebut, yang memicu kekhawatiran bahwa itu dapat membahayakan upaya bersama untuk mengendalikan kegiatan nuklir Korea Utara.

Menteri Luar Negeri Jepang Taro Kono mengeluarkan pernyataan menyebut putusan pengadilan itu "betul-betul tidak dapat diterima". Kementerian itu memanggil duta besar Korea Selatan untuk menyampaikan keluhan.

"Keputusan betul-betul menjungkirkan landasan hukum hubungan ramah dan kerja sama di antara kedua negara itu," kata Kono.

Kono mendesak Seoul segera mengambil tindakan untuk memperbaiki "kerusakan dan biaya tidak benar", yang menimpa perusahaan Jepang atau Tokyo akan mempertimbangkan pilihannya, termasuk merujuk perkara tersebut ke mahkamah dunia.

Kementerian Luar Negeri Korea Selatan menyatakan penyesalan atas yang disebutnya "tanggapan berlebihan" Jepang, juga memanggil duta besar Jepang dan mendesak menahan diri.

"Kami akan menyusun tanggapan dengan cara yang dapat menyembuhkan rasa sakit dan luka korban, tapi pada saat sama memupuk hubungan ke depan dengan Jepang," kata juru bicara kementerian itu, Roh Kyu-deok, dalam jumpa pers.

"Tapi, pemerintah harus menghormati keputusan pengadilan di bawah asas pemisahan kekuasaan," katanya.

Perkara sebelumnya, yang diadukan kelompok lima mantan buruh, yang dibawa di Jepang, ditolak dengan alasan bahwa hak pemulihan mereka berakhir dengan perjanjian pemulihan hubungan diplomatik Seoul dengan Tokyo pada 1965.

Tapi, Mahkamah Agung Korea Selatan memperkuat putusan pada bulan lalu bahwa pendudukan atas semenanjung itu Jepang tidak sah.

"Perjanjian itu tidak mencakup hak korban kerja paksa atas ganti rugi atas kejahatan terhadap kemanusiaan perusahaan Jepang, yang berhubungan langsung dengan kekuasaan jajahan tidak sah pemerintah Jepang dan serbuan terhadap semenanjung Korea," kata pernyataan pengadilan tersebut.

Kim Seong-ju, penggugat berusia 90 tahun dalam perkara kedua, menyatakan dikirim ke Jepang ketika berusia 15 tahun atas saran gurunya, yang berkebangsaan Jepang.

"Saya diberitahu bahwa saya bisa ke sekolah menengah dan tinggi dan belajar lebih banyak, tapi ternyata harus bekerja di pabrik sepanjang waktu," kata Kim dalam jumpa pers sesudah putusan itu, dengan menunjukkan tangannya, dengan luka menetap, "Saya sekarang merasa luar biasa."




Credit  antaranews.com




Rabu, 28 November 2018

Korsel Beli Radar Canggih Israel untuk Deteksi Rudal Korut


Korsel Beli Radar Canggih Israel untuk Deteksi Rudal Korut
Sistem radar Green Pine buatan Israel. Foto/ELTA Systems Ltd

SEOUL - Pemerintah Korea Selatan mengumumkan bahwa mereka membeli dua sistem radar canggih dari Israel yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuannya mendeteksi rudal yang masuk, termasuk dari Korea Utara (Korut).

Dua radar detektor terbaru Green Pine disediakan oleh ELTA Systems Ltd., anak perusahaan  Israel Aerospace Industries (IAI).

Pembelian itu dilakukan meski ada upaya berkelanjutan antara Korea Selatan dan Korea Utara untuk mengakhiri perang yang secara resmi telah dikerjakan dua negara sejak 1950.

Seorang pejabat Korsel, yang dilansir Reuters Rabu (28/11/2018), mengatakan kesepakatan pembelian sistem radar bernilai sekitar USD292 juta.

"Sistem itu dapat melacak rudal balistik dari jarak jauh pada tahap awal," kata pemerintah Korea Selatan dalam pengumumannya.

Analis di Korea Selatan mengatakan sistem radar baru Green Pine dapat bertindak sebagai alat pencegah terhadap peluncuran rudal Korea Utara di tempat pertama.

Korea Selatan sudah memiliki versi lawas sistem radar Green Pine. Varian baru sistem itu dikenal sebagai Blok C.

Pada tahun 2009, ketika Seoul membeli pasangan pertama sistem radar baru Green Pine, para pejabat Korea Selatan mengatakan akan menggunakannya bersamaan dengan rudal pencegat Patriot buatan Amerika Serikat (AS).

Model baru dari sistem radar Green Pine diyakini memiliki jangkauan operasional yang lebih baik dan dapat melacak beberapa proyektil di udara secara bersamaan. Ini adalah perbaikan atas sistem radar Korea Selatan saat ini, yang diklaim memiliki jangkauan sekitar 800 kilometer (500 mil).

Keputusan untuk membeli sistem radar tambahan itu dibuat oleh Administrasi Program Akuisisi Pertahanan Korea Selatan.

Di bawah kepemimpinan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in, Seoul telah mengejar kebijakan "merangkul" tetangganya, Korea Utara, yang bersenjata nuklir.

Pada bulan September, Moon Jae-in dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un menyetujui rencana luas untuk meredakan ketegangan di sepanjang perbatasan selama pertemuan ketiga mereka di Pyongyang.

Kedua negara secara teknis tetap berperang setelah Perang Korea 1950-1953, yang menyegel pembagian semenanjung Korea dan berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai.

Namun hubungan membaik tahun ini karena Moon dan Kim mengambil serangkaian gerakan rekonsiliasi. 





Credit  sindonews.com




Bomber AS Dilarang Terbang di Atas Semenanjung Korea



Bomber AS Dilarang Terbang di Atas Semenanjung Korea
Pesawat pembom AS dilarang untuk terbang di atas Semenanjung Korea. Foto/Istimewa

WASHINGTON - Pesawat pembom Amerika Serikat (AS) tidak lagi melakukan penerbangan di Korea Selatan (Korsel) setelah Seoul meminta misi semacam itiu dihentikan. Hal itu diungkapkan oleh Jenderal Charles Brown, yang mengepalai Pasukan Udara Pasifik AS.

Brown mengatakan bahwa penghentian itu membantu menciptakan ruang bagi upaya diplomatik yang sedang berlangsung untuk mengatasi kegiatan nuklir Korea Utara (Korut).

"Saat kita akan melalui aspek diplomatik, kita tidak ingin benar-benar melakukan sesuatu yang akan menggagalkan negosiasi diplomatik," ujar Brown.

“Jadi itu bagian dari alasan mengapa kami tidak melakukan (penerbangan) ke Korea,” imbuhnya seperti dikutip dari Japan Times, Selasa (27/11/2018).

Sebagai bagian dari apa yang disebut Misi Pengoperasian Bomber Berkepanjangan, Angkatan Udara AS telah menyimpan pesawat pembom jenis B-1B, B-52 dan B-2 di wilayah AS di Guam sejak 2004.

Pesawat-pesawat ini secara rutin melakukan penerbangan di seluruh wilayah, sering dengan mitra termasuk Jepang, Korsel dan Australia, sebagai cara pelatihan dan mengerahkan kehadiran militer yang kuat terhadap Korut dan musuh potensial lainnya.

Brown mengatakan meski tidak terbang di atas semenanjung Korea, jumlah keseluruhan penerbangan pembom tidak berubah.

AS dan Korsel telah menurunkan atau membatalkan beberapa latihan militer bersama sejak pertemuan bersejarah antara Pemimpin Korut Kim Jong-un dan Presiden AS Donald Trump di Singapura pada bulan Juni.

Pada pertemuan tersebut, Trump mengumumkan AS akan berhenti mengadakan latihan gabungan dengan Korsel, menyebut biaya mereka mahal dan "sangat provokatif."

Menteri Pertahanan AS Jim Mattis pekan lalu mengatakan AS dan Korsel mengurangi ruang lingkup "Foal Eagle," latihan bersama yang dijadwalkan untuk dihelat pada musim semi 2019.

Foal Eagle adalah yang terbesar dari latihan gabungan reguler yang diadakan oleh dua negara sekutu itu. Latihan ini selalu membuat marah Pyongyang, yang mengutuknya sebagai persiapan untuk invasi. 



Credit  sindonews.com



Kamis, 22 November 2018

Kim Jong-yang Presiden Interpol yang Baru



Badan Kepolisian Internasional atau Interpol memilih Kim Jong-yang sebagai Presiden Interpol yang baru dengan masa jabatan dua tahun. Kim berasal dari Korea Selatan. Dia mengalahkan kandidat dari Rusia, Alexander Prokopchuk. Sumber: AP/usatoday.com
Badan Kepolisian Internasional atau Interpol memilih Kim Jong-yang sebagai Presiden Interpol yang baru dengan masa jabatan dua tahun. Kim berasal dari Korea Selatan. Dia mengalahkan kandidat dari Rusia, Alexander Prokopchuk. Sumber: AP/usatoday.com

CB, Jakarta - Badan Kepolisian Internasional atau Interpol memilih Kim Jong-yang sebagai Presiden Interpol yang baru dengan masa jabatan dua tahun. Kim berasal dari Korea Selatan. Dia mengalahkan kandidat dari Rusia, Alexander Prokopchuk.
Eropa dan Amerika Serikat sempat waswas jika Prokopchuk, unggul. Kedua kubu itu takut Moskow akan melakukan interfensi.
Interpol beranggotakan 194 negara. Pemilihan Presiden Interpol dilakukan dalam pertemuan tahunan di Dubai. Kim terpilih menggantikan Meng Hongwei dari Cina, yang menghilang pada September lalu dan mengundurkan diri setelah otoritas Beijing mengatakan dia dalam investigasi atas dugaan suap.


Terpilihnya Kim diumumkan Interpol melalui Twitter. Sebelumnya, Kim menjabat sebagai presiden sementara Interpol.
"Dunia sedang menghadapi perubahan yang tak diduga-duga, dimana ini merupakan tantangan besar bagi keamanan publik dan keselamatan. Untuk mengatasi itu semua, kita membutuhkan sebuah pandangan yang jelas, kita harus membangun sebuah jembatan bagi masa depan," kata Kim.

Kim, 57 tahun, tercatat pernah bekerja di Kepolisian Korea Selatan lebih dari 20 tahun. Dia pensiun pada 2015. Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in, memberikan ucapan selamat kepada Kim karena berhasil mencatatkan diri sebagai orang Korea Selatan pertama yang menjadi orang nomor satu di Interpol.
Sedangkan kandidat lawan Kim, Prokopchuk, adalah seorang polisi berpangkat mayor jenderal dan satu dari empat Wakil Presiden Interpol. Prokopchuk ditakuti oleh Eropa dan Amerika Serikat terkait kemungkinan Rusia mengeksploitasi kekuatan interpol.





Credit  tempo.co




Korsel Jadi Presiden Interpol, Rusia Protes


Korsel Jadi Presiden Interpol, Rusia Protes
Ilustrasi )(REUTERS/Pawel Kopczynski


Jakarta, CB -- Interpol menunjuk kandidat dari Korea Selatan Kim Jong-yang sebagai presiden baru organisasi polisi internasional itu, Rabu (21/11). Rusia mengecam penunjukkan itu dan menyebut bahwa kandidat dari negaranya menerima "tekanan belum pernah terjadi sebelumnya" untuk memimpin Interpol. Kremlin menyatakan kecewa dan menyebut Prokopchuk diperlakukan tidak adil.

"Pemilihan itu terjadi di dalam tekanan dan campur tangan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam pemilihan ini," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada wartawan.

Semakin tinggginya seruan Barat Interpol untuk menolak kandidat asal Rusia Alexander Prokopchuk, menjadi pucuk pimpinan organisasi itu. Prokopchuk sendiri pernah menjabat di Kementerian Dalam Negeri Rusia dan menjadi wakil presiden Interpol saat ini. Namun,berkembang kekhawatiran kalau Moskow dapat menyalahgunakan kekuasaan mereka di Interpol untuk menargetkan lawan-lawan politik mereka.



Kim adalah presiden sementara Interpol, menggantikan presiden Interpol asal China Meng Hongwei yang menghilang saat dalam perjalanan kembali ke negara asalnya September lalu. Beijing kemudian mengatakan bahwa Meng mengundurkan diri akibat dituduh terlibat kasus suap di China.

Kim mendapat dukungan AS dan pemilihan dilakukan pada pertemuan delegasi dari negara-negara anggota di Dubai. Pertemuan itu merupakan pertemuan terbesar Interpol dengan 180 negara anggota, kata sekretaris jenderal Jurgen Stock.

Stock menyebut bahwa Interpol adalah badan yang "netral dan independen". Ia pun menyebut bahwa rincian dari pemungutan suara itu rahasia tidak akan dipublikasikan. Ia menyebut kalau pemilihan Kim adalah "demokratis, transparan, bebas dan jelas," kata Stock saat konferensi pers Dubai.

Dalam sebuah surat terbuka pekan ini, kelompok bipartisan senator AS memberikan tekanan atas pemilihan kepala Interpol. Menurut mereka jika Interpol Prokopchuk terpilih, hal itu akan seperti "menempatkan rubah yang bertanggung jawab atas kandang ayam".

"Rusia secara rutin menyalahgunakan Interpol untuk tujuan menyelesaikan skor dan melecehkan lawan politik, pembangkang dan jurnalis," tulis mereka.

Juru bicara Rusia Peskov menolak surat senator AS itu dan menyebutnya sebagai "contoh nyata" dari upaya untuk ikut campur dalam pemungutan suara.




Credit  cnnindonesia.com




Kandidat Unggulan AS Terpilih Menjadi Presiden Interpol


Kandidat Unggulan AS Terpilih Menjadi Presiden Interpol
Ilustrasi Interpol. (REUTERS/Edgar Su)



Jakarta, CB -- Setelah beberapa waktu tidak diisi, kini Interpol mempunyai presiden baru. Kim Jong Yang dari Korea Selatan yang diunggulkan Amerika Serikat terpilih menggantikan Meng Hongwei yang hilang di China pada September lalu.

Jong Yang mengalahkan kandidat dari Rusia, Alexander Prokopchuk pada pemilihan yang digelar Rabu (21/11).

Dilansir AFP, Jong Yang didukung oleh Amerika Serikat, terpilih dalam pertemuan delegasi dari seluruh negara anggota Interpol di Dubai. Dia menggantikan Meng yang sempat dikabarkan hilang, kemudian muncul dan mengundurkan diri setelah dituduh menerima suap.


Beberapa negara memberikan masukan kepada Interpol untuk menolak Prokopchuk, yang merupakan pejabat Kementerian Dalam Negeri Rusia dan wakil presiden Interpol saat ini. Penentangan paling keras datang dari Amerika Serikat.


Pemerintah AS beralasan jika Prokopchuk menyandang jabatan itu dikhawatirkan akan disalahgunakan oleh Rusia untuk menargetkan lawan-lawan politik pemerintah saat ini.

Pada Selasa (20/11) kemarin, Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo mendorong Jong Yang memimpin Interpol hingga 2020.

"Kami mendorong semua negara dan organisasi yang menjadi bagian dari Interpol serta yang meenghormati aturan hukum untuk memilih pemimpin dengan integritas. Kami percaya Kim akan seperti itu," kata dia kepada wartawan.

Berbagai kritik ditujukan kepada Rusia. Sebab, mereka melalui Interpol menargetkan lawan-lawan politik Presiden Rusia Vladimir Putin dengan menerbitkan surat perintah penangkapan internasional.


Setelah Meng mengundurkan diri, Interpol dipimpin oleh sekretaris Jenderal, Juergen Stock sementara waktu.




Credit  cnnindonesia.com




Rabu, 21 November 2018

Tolak Rusia, AS Dorong Korsel Jadi Kepala Interpol


Tolak Rusia, AS Dorong Korsel Jadi Kepala Interpol
Ilustrasi (REUTERS/Edgar Su)


Jakarta, CB -- Amerika Serikat mendorong calon dari Korea Selatan, Kim Jong Yang untuk memimpin badan polisi internasional Interpol. Hal ini diungkap oleh Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo, Selasa (20/11). Hal ini disampaikan AS agar kandidat dari Kremlin tidak menjabat kedudukan itu untuk menggantikan posisi yang sebelumnya dipegang China itu.

"Kami sangat mendukung Kim Jong Yang untuk menggantikan Presiden (Interpol)," kata Pompeo kepada wartawan di Departemen Luar Negeri.

"Kami mendorong semua negara dan organisasi yang menjadi bagian dari Interpol dan yang menghormati aturan hukum untuk memilih pemimpin kredibilitas dan integritas yang mencerminkan salah satu badan penegak hukum paling kritis di dunia. Kami percaya Mr. Kim akan cocok," lanjut Pompeo.



Para anggota parlemen AS telah melobi pemerintahan Presiden Donald Trump untuk menentang pencalonan Prokopchuk. Mereka menuduh bahwa Rusia telah menyalahgunakan Interpol.

Moskow disebut mencoba menggunakan badan kepolisian internasional itu untuk menyelesaikan persoalan interneal mereka untuk menangkap para pembangkang di negara itu dengan mengeluarkan surat perintah penangkapan.

Kim sempat ditunjuk sebagai pengganti Presiden Kepala Interpol pada bulan Oktober lalu setelah Presiden Interpol sebelumnya, Meng Hongwei menghilang. Ia dilaporkan menghilang ketika tengah dalam perjalanan ke negara asalnya di China dari Paris, lokasi markas Interpol. China menyatakan bahwa Hongwei sedang diselidiki terkait penyuapan dan pelanggaran lainnya.

Interpol yang bermarkas di Perancis belakangan mengatakan bahwa Meng mengundurkan diri sebagai presiden. dan Beijing mengatakan dia diusir dari sebuah badan penasehat yang penting tapi fungsinya sangat seremonial di parlemen.

Pertempuran untuk memajukan Meng sebagai presiden Interpol berubah menjadi politis setelah Prokopchuk, mantan jenderal besar di Kementerian Dalam Negeri Rusia, muncul sebagai salah satu kandidat favorit sebagai kepala. Sebuah prospek yang memicu kritik terhadap Presiden Vladimir Putin.

Pembangkang Rusia dan mantan taipan minyak Mikhail Khodorkovsky, bersama dengan kritikus Kremlin yang lahir di AS, Bill Browder membuat konferensi pers di London, Selasa (20/11). Dalam pertemuan tu keduanya memperingatkan bahwa terpilihnya Prokopchuk, akan mempermudah Kremlin untuk memanipulasi Interpol. Moskow telah menolak klaim tersebut.


Credit  cnnindonesia.com


Korea Utara Hancurkan 10 Pos Penjaga di Zona Demiliterisasi


Korea Utara Hancurkan 10 Pos Penjaga di Zona Demiliterisasi
Korut menghancurkan 10 pos penjagaan di Zona Demiliterisasi. Foto/Istimewa

PYONGYANG - Korea Utara (Korut) meledakkan 10 pos penjaga di Zona Demiliterisasi (DMZ) . Langkah itu diambil ditengah upaya dua Korea mengejar rekonsiliasi dan macetnya pembicaraan denuklirisasi dengan Amerika Serikat (AS).

Langkah itu adalah salah satu langkah yang disepekati selama pertemuan puncak Pyongyang antara Presiden Korea Selatan (Korsel) Moon Jae-in dan Pemimpin Korut Kim Jong-un di ibu kota negara Komunis tersebut pada bulan September lalu.

"Korea Utara mengatakan kepada Korea Selatan bahwa pihaknya akan meledakkan 10 fasilitas itu hampir bersamaan," kata Kementerian Pertahanan Korsel, seraya menambahkan bahwa tentaranya mengamati dan memastikan pos-pos jaga itu benar-benar hancur pada waktu diumumkan, seperti disitat dari AFP, Rabu (21/11/2018).

"Seoul telah menghancurkan 10 pos penjaga sendiri, kebanyakan menggunakan ekskavator," kata jurubicara kementerian pertahanan.

Korut memiliki lebih banyak fasilitas pos penjaga - yang mencakup baik struktur permukaan dan elemen bawah tanah - dan menurut kantor berita Yonhap, gerakan itu akan menyisakan sekitar 150 pos penjaga di daerah itu dengan Korsel memiliki sekitar 50 diantaranya.

Presiden Korsel, Moon Jae-in, telah melanjutkan kebijakan membangun hubungan dengan tetangganya yang terisolasi dan bersenjata nuklir. Hal ini kontras dengan Washington yang menegaskan tekanan terhadap Pyongyang harus dipertahankan sampai denuklirisasi benar-benar terwujud.

Daerah di sekitar DMZ adalah salah satu tempat yang paling dibentengi di bumi, penuh dengan ladang ranjau dan pagar kawat berduri. Namun di bawah rencana meredakan ketegangan disepakati di Pyongyang, kedua Korea melakukan demilitarisasi desa gencatan senjata Panmunjom di perbatasan, untuk meninggalkannya diawaki oleh 35 personel tak bersenjata dari masing-masing pihak.

Secara resmi disebut Daerah Keamanan Bersama (JSA), kantong itu adalah satu-satunya tempat di sepanjang perbatasan 250 kilometer tempat para tentara dari kedua Korea dan pimpinan Komando PBB yang dipimpin langsung berhadap-hadapan. 




Credit  sindonews.com




Selasa, 13 November 2018

Korut: Latihan Militer AS-Korsel Langgar Kesepakatan


Korut: Latihan Militer AS-Korsel Langgar Kesepakatan
Ilustrasi latihan militer Korsel-AS. (Kim Hong-Ji)


Jakarta, CB -- Korea Utara menganggap latihan militer gabungan Korea Selatan dan Amerika Serikat melanggar kesepakatan baru-baru ini yang bertujuan untuk meredam ketegangan.

Kantor berita pemerintah Korut, Rodong Sinmun, menyatakan bahwa latihan bersama yang merupakan bagian dari Program Pertukaran Marinir Korea itu melanggar kesepakatan antara Korut dan Korsel untuk menghentikan segala "tindakan bermusuhan."

"[Latihan itu] melanggar kesepakatan kesepakatan militer inter-Korea yang berjanji menghapuskan ancaman praktis dari perang dan relasi bermusuhan yang fundamental dari Semenanjung Korea," demikian bunyi pemberitaan Rodong Sinmun.


Tak lama setelah pemberitaan itu menyebar, juru bicara Kementerian Pertahanan Korsel menampik tudingan Korut dengan mengatakan bahwa latihan itu hanya melibatkan uni kecil yang hanya sebesar satu batalion.


Reuters melaporkan bahwa latihan itu melibatkan 500 personel marinir AS dan Korsel.

Latihan ini seharusnya dilakukan pada Juni lalu, tapi tertunda karena di bulan yang sama, Presiden Donald Trump dan pemimpin tertinggi Korut, Kim Jong-un, bertemu dan sepakat untuk meredam ketegangan dan melakukan denuklirisasi.


Namun, isi perjanjian tersebut tidak detail. Negosiasi sebagai upaya tindak lanjut dari perjanjian itu pun kini terkatung-katung.

Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, seharusnya bertemu dengan pejabat tinggi Korut untuk membicarakan kelanjutan perjanjian tersebut pada pekan ini.

Meski demikian, pertemuan Pompeo dan pejabat tersebut batal karena menurut AS, pihak Korut belum siap.


Pembatalan semacam ini sudah dua kali terjadi. Sebelumnya, Trump juga membatalkan lawatan Pompeo ke Korut karena ada surat bernada negatif yang dikirimkan oleh salah satu orang kepercayaan Kim Jong-un.

Korut memang terus memperingatkan bahwa perundingan denuklirisasi dan sanksi serta tekanan lainnya tak dapat berjalan beriringan.




Credit  cnnindonesia.com



Jumat, 09 November 2018

Ini Kecanggihan Jet Tempur RI-Korea


Foto: jet tempur KFX/IFX (Achmad Dwi Afriyadi-detikFinance)
Foto: jet tempur KFX/IFX (Achmad Dwi Afriyadi-detikFinance)



Jakarta - Pesawat Korean Fighter Experimental/Indonesian Fighter Experimental (KFX/IFX) yang dikembangkan Indonesia dan Korea Selatan memiliki kemampuan khusus. Kemampuan khusus itu salah satunya ialah perusak sistem elektronik musuh atau disebut jammer electronic.

"Dia juga dilengkapi electronic jammer, bisa nge-jam secara elektronik, pernah dengar kan perang elektronik, elektronik lawan bisa kita jam sehingga tidak berfungsi. Merusak sistem elektronik mereka. Ini salah satu keunggulannya," kata Kepala Program KFX/IFX dari PT Dirgantara Indonesia (PTDI) Heri Yansyah kepada detikFinance, di Jakarta, Rabu (7/11/2018).

Heri menerangkan, pesawat yang dikembangkan ini masuk kategori semi siluman. Sebab, secara bentuk sudah mengadopsi sistem itu, di mana pesawat itu sulit dilacak oleh radar.

Namun, karena letak senjatanya di luar membuatnya masih terbaca radar.

"Kami sebut semi stealth karena sudah mengikuti siluman walaupun tidak penuh. Karena senjata masih bisa terdeteksi, tapi engine kita design tidak terbaca dari radar depan lawan. Tapi senjata masih kebaca masih, ada panasnya," terangnya.

Lebih lanjut, dia menerangkan, pesawat supersonik ini dilengkapi sistem radar yang bisa menangkap pergerakan lawan dari segala penjuru. Sistem itu juga bisa menangkap pergerakan sejumlah lawan.


"Kemampuan khususnya dia memang multirule medium, dia menggunakan advance avionik artinya menggunakan radar yang menangkap lawan target di atas dan di bawah. Juga dilengkapi optical targeting system yang sebagai mata bisa menangkap beberapa lawan," ungkapnya.



Credit  finance.detik.com


Jet Tempur RI-Korsel Bentuknya Mirip F-22 Raptor Punya AS


Foto: jet tempur KFX/IFX (Achmad Dwi Afriyadi-detikFinance)
Foto: jet tempur KFX/IFX (Achmad Dwi Afriyadi-detikFinance)




Jakarta - Indonesia dan Korea Selatan (Korsel) sedang mengembangkan jet tempur bersama dengan nama Korean Fighter Experimental/Indonesian Fighter Experimental (KFX/IFX). Pesawat yang dikembangkan itu wujudnya mirip dengan pesawat tempur siluman Amerika Serikat (AS) F-22 Raptor serta F-35.

Hal itu dibenarkan oleh Kepala Program KFX/IFX dari PT Dirgantara Indonesia (PTDI) Heri Yansyah saat diwawancarai detikFinance, Rabu (7/11/2018).

"(Kaya) F-22 dan F-35," kata dia.

Bukan tanpa sebab, hal itu dikarenakan Korea Selatan sebagai inisiator telah membeli pesawat F-35. Dari pembelian itu, Korea Selatan sekaligus mendapatkan teknologinya.

"Korea sebenarnya gini, Korea banyak dapat bantuan dari Lockheed Martin, karena Korea membeli F-35, dari F-35 dapat offset teknologi dari Lockheed Martin. Kita dompleng sebenarnya. Kita tidak membeli apa-apa dari Amerika, tapi dapat teknologinya," jelasnya.

Teknologi ini kemudian menyesuaikan dengan bentuk pesawat yang akan dikembangkan. Heri mengatakan, sebenarnya ada dua opsi bentuk pesawat yakni tipe AS atau Eropa. Namun, sekali lagi karena mengadopsi teknologi AS maka yang dipilih ialah tipe AS.


"Karena memang yang mengembangkan Korea, Korea waktu di-device ada 2 pesawat, satu American type ada sayap ada ekor. Kedua European type, sayap dengan canon di depan, Euro fighter kan beda. Setelah melalui evaluasi, apalagi menggunakan teknologi Amerika, mereka pilih tipe ini (Amerika). Dan ini twin engine," paparnya.

"Kalau menurut saya karena Korea arahnya ke Amerika, itu teknologi Amerika. Makanya dia memutuskan mendekati pesawat-pesawat model Amerika. Dan karena medium class di atasnya F-16, kapabilitas di atas F-16, tapi masih secara teknologi di bawahnya F-35, F-22," jelasnya.




credit  finance.detik.com



Butuh 10 Tahun Kembangkan Jet Tempur RI-Korsel


Foto: jet tempur KFX/IFX (Achmad Dwi Afriyadi-detikFinance)
Foto: jet tempur KFX/IFX (Achmad Dwi Afriyadi-detikFinance)



Jakarta - Indonesia dan Korea Selatan tengah mengembangkan pesawat tempur bersama dengan nama Korean Fighter Experimental/Indonesian Fighter Experimental (KFX/IFX). Pengembangan pesawat ini membutuhkan waktu 10 tahun yang dimulai dari 2016 lalu.

Kepala Program KFX/IFX dari PT Dirgantara Indonesia (PTDI) Heri Yansyah menerangkan, keikutsertaan Indonesia mengembangkan pesawat ini ditandai dengan pernyataan minat atau letter of intent (LoI) yang diteken pada 2009. LoI itu kemudian ditindaklanjuti dengan nota kesepahaman pada tahun 2010.

"Asal mulanya ada kerja sama, yang jelas program pemerintah, ada LoI (letter of intent) yang ditandatangani 2009, di hadapan Presiden. Kemudian ada MoU 2010 di tandatangani dua Menteri Pertahanan di hadapan Presiden," katanya kepada detikFinance, di Jakarta, Rabu (7/11/2018).

Dia melanjutkan, pengembangan KFX/IFX meliputi tiga tahap. Pertama, pengembangan teknologi dan itu sudah terlaksana pada tahun 2011-2012. 

"Targetnya itu mengidentifikasi semua requirement kedua negara, abstract. Dari abstract itu kita bangun, kemudian kita kembangkan konsep teknologi yang memenuhi abstract ini. Itu 2011-2012," jelasnya.

Kedua, pengembangan purwarupa atau prototype. Pengembangan ini sempat tertunda dan baru berjalan 2016 lalu.

"Habis itu ada tahap namanya EMD, engineering manufakturing development. Ini prototyping development, jadi ini 10 tahun. Ada vakum di Korea karena harus ada feasibility study. Sehingga baru dijalankan 2016 kemarin. Jadi 10 tahun 2016 sampai 2026, itu sertifikasi," paparnya.

Lanjutnya, selama 2 tahun dari 2016 hingga 2018 pemantapan desain. Setelah itu, pada tahun depan memulai pembentukan prototype.

"Nah di 2 tahun pertama 2016 sampai 2018 itu namanya primary design, dari hasil konsep tadi didetilkan, kontak vendor, supplier, kita freeze konfigurasi pertengahan tahun 2018. Sekarang masuk tahap detil. Detil analisa dan seterusnya, 2019 besok itu sudah masuk tahap produksi. Dari gambar-gambar itu kita produksi," ujarnya.

Indonesia dan Korea akan membuat 8 pesawat purwarupa. 6 pesawat di antara bisa diterbangkan, dan 2 pesawat tidak terbang. Dua pesawat sengaja tidak diterbangkan karena hanya untuk uji struktur.

Purwarupa pertama di targetkan rampung tahun 2021. Kemudian secara bertahap menyusul purwarupa-purwarupa lainnya. Terakhir, Heri mengatakan, pada tahun 2026 ditargetkan pesawat purwarupa itu mendapat sertifikasi sebelumnya diproduksi massal.

"Nah, kemudian masuk ke proses sertifikasi targetnya 2026 selesai. Kemudian setelah itu masuk tahap produksi massal. Dalam 10 tahun ini hanya pengembangan doang. Habis itu 2026 ke atas masuk produksi," ujarnya.

Pada pengembangan ini investasi yang dibutuhkan 8,7 triliun Korea won. Porsi Indonesia dalam pengembangan ini sekitar 20%.

"Kalau nggak salah 8,7 triliun Korea won. Hanya pengembangan," ujarnya.




Credit  finance.detik.com



Alasan Korsel Ajak RI Buat Jet Tempur Bareng


Foto: jet tempur KFX/IFX (Achmad Dwi Afriyadi-detikFinance)
Foto: jet tempur KFX/IFX (Achmad Dwi Afriyadi-detikFinance)


Jakarta - Korea Selatan menggandeng Indonesia untuk mengembangkan jet tempur. Pesawat yang dikembangkan bersama itu kemudian diberi nama Korean Fighter Experimental/Indonesian Fighter Experimental (KFX/IFX).

Kepala Program KFX/IFX dari PT Dirgantara Indonesia (PTDI) Heri Yansyah mengatakan, alasan Korea menggandeng Indonesia karena Indonesia bakal berkembang menjadi negara besar. Sebab itu, pengembangan jet tempur diperlukan.

"Kalau mereka sampaikan, pertama Indonesia itu menurut mereka di tahun 2040 menjadi negara besar, dan mereka melihat potensi itu," kata dia kepada detikFinance di Jakarta, Rabu (7/11/2018).

Kemudian, Heri mengatakan, Korea mengajak Indonesia karena Indonesia memiliki pengalaman mengembangkan pesawat. Meski, pesawat yang dikembangkan Indonesia bukan jet tempur. Menurutnya, Indonesia akan melakukan penyesuaian mengembangkan pesawat petarung ini. 

"Kedua, mereka melihat Indonesia punya kemampuan mengembangkan pesawat, walaupun bukan pesawat tempur. Jadi pada waktu kita mengembangkan pesawat mereka evaluasi, posisi kita ada di mana. Kalau mereka konsisten mengembangkan pesawat tempur, kalau kita transport. Jadi ada gap, gap suatu faktor itu yang akan di-improve. Hanya beda sekitar 3 tahun, beda pengalaman dengan mereka untuk fighter," jelasnya.

Alasan lain, kata Heri ialah pasar Indonesia yang besar. Nantinya, dia juga bilang, Indonesia dan Korea mencari pasar lain untuk menjual pesawat tempur ini.

"Mereka melihat itu, kita punya kapabilitas itu, kita punya resources juga manufacturing, dan seterusnya, dan market. Karena ini akan jadi captive market, Indonesia sudah pasti membeli pesawat ini, dan Korea membeli pesawat ini. Dan sekarang mencari joint marketing untuk negara di luar negara Indonesia dan Korea," tutupnya.




Credit  finance.detik.com



Apa Kabar Proyek Jet Tempur Buatan RI-Korea Selatan?


Foto: jet tempur KFX/IFX (Achmad Dwi Afriyadi-detikFinance)
Foto: jet tempur KFX/IFX (Achmad Dwi Afriyadi-detikFinance)



Jakarta - Sebuah stan dalam pameran Indo Defence 2018 Expo & Forum di JIExpo Kemayoran menyita perhatian pengunjung. Sebab, stan yang diisi oleh perusahaan pelat merah PT Dirgantara Indonesia (PTDI) itu memasang miniatur jet tempur.

Sekilas, pesawat itu mirip pesawat tempur siluman buatan Amerika Serikat (AS) F-22 Raptor. Kemiripan itu terlihat dari bentuk sayap tengah dan sayap kecil di bagian belakangnya. Bedanya, dalam miniatur yang terpasang roket di bagian bawah sayap.

Jet tempur yang dipajang itu bernama Korean Fighter Experimental/Indonesian Fighter Experimental (KFX/IFX). Jet tempur itu merupakan pesawat yang tengah dikembangkan oleh Indonesia bersama dengan Korea Selatan.

Proyek KFX/IFX diiniasi pihak Korea Selatan. Indonesia menyatakan minat untuk ikut serta pada tahun 2009 yang ditandai dengan penandatangan letter of intent (LoI). Kemudian, LoI ini berlanjut dengan kesepakatan pengembangan bersama.

Di sela-sela kesibukannya mengurus pameran, Kepala Program KFX/IFX dari PTDI Heri Yansyah bercerita mengenai seluk-beluk proyek jet tempur ini. Dia juga berbicara mengenai kecanggihan pesawat.

Berikut petikan wawancara Heri Yansyah dengan detikFinance pada 7 November 2018 lalu:


1 Awal Pengembangan
Foto: jet tempur KFX/IFX (Achmad Dwi Afriyadi-detikFinance)
Foto: jet tempur KFX/IFX (Achmad Dwi Afriyadi-detikFinance)


Bisa dicerikan awal mula pengembangan KFX/IFX?Asal mulanya ada kerja sama, yang jelas program pemerintah, ada LoI (letter of intent) yang ditandatangani 2009, dihadapan Presiden. Kemudian ada MoU 2010 di tandatangani dua Menteri Pertahanan di hadapan Presiden.
Jadi tahapan KFX dibagi 3 tahap, pertama itu pengembangan teknologi, itu sudah dilaksanakan 2011-2012. Targetnya itu mengidentifikasi semua requirement kedua negara, abstract. Dari abstract itu kita bangun, kemudian kita kembangkan konsep teknologi yang memenuhi opsreq (operational requirements) ini. Itu 2011-2012.
Habis itu ada tahap namanya EMD engineering manufacturing development. Ini protoyping development, jadi ini 10 tahun. Ada vakum di Korea karena harus ada feasbility study. Sehingga baru dijalankan 2016 kemarin. Jadi 10 tahun 2016 sampai 2026 itu sertifikasi.
Nah di 2 tahun pertama 2016 sampai 2018 itu namanya primary design, dari hasil konsep tadi didetilkan, kontak vendor, suplier, kita freeze konfigurasi pertengahan tahun 2018. Sekarang masuk tahap detil. Detil analisa dan seterusnya, 2019 besok itu sudah masuk tahap produksi. Dari gambar-gambar itu kita produksi.
Prototype yang pertama itu 2021. Ada 6 prototype yang terbang, ada 2 prototype yang tidak terbang. Yang tidak terbang ini dipakai uji starting, struktur. Yang 6 ini dipakai untuk sertifikasi, uji aerodinamik, struktur, systemnya, avioniknya, fligth controlnya, semuanya. Tapi yang 2 itu uji kekuatan struktur.
Tahun 2026 itu pengembangan saja?
Prototype pertama sudah dibuat, nanti ada first flight, kemudian kedua beda berapa bulan, ketiga, dan seterusnya ada first flight setiap prototype ini. Nah, kemudian masuk ke proses sertifikasi targetnya 2026 selesai. Kemudian setelah itu masuk tahap produksi massal. Dalam 10 tahun ini hanya pengembangan doang. Habis itu 2026 ke atas masuk produksi, walaupun 2024 kita sudah keluar namanya initial production approval, ada bagian-bagian mendapat persetujuan diproduksi.
Alasan Korea Selatan menggandeng Indonesia?
Kalau mereka sampaikan, pertama Indonesia itu menurut mereka di tahun 2040 menjadi negara besar, dan mereka melihat potensi itu. Kedua, mereka melihat Indonesia punya kemampuan mengembangkan pesawat, walaupun bukan pesawat tempur. Jadi pada waktu kita mengembangkan pesawat mereka evaluasi, posisi kita ada di mana. Kalau mereka konsisten mengembangkan pesawat tempur, kalau kita transport. Jadi ada gap, gap suatu faktor itu yang akan diimprove. Hanya beda sekitar 3 tahun, beda pengalaman dengan mereka untuk fighter.
Mereka melihat itu, kita punya kapabilitas itu, kita punya resources juga manufakturing, dan seterusnya, dan market. Karena ini akan jadi captive market, Indonesia sudah pasti membeli pesawat ini, dan Korea membeli pesawat ini. Dan sekarang mencari joint marketing untuk negara di luar negara Indonesia dan Korea.
Berapa pesawat yang akan diproduksi?
Jadi kalau produksi sesuai MoU, kita 48 pesawat, Korea 120 pesawat. Itu di MoU, 168 pesawat. Itu produksi kalau pengembangan 6 prototype yang dapat sertifikasi. Kalau produksi, kita 48 pesawat, Korea 120 pesawat. Nanti tinggal kita cari market yang di luar dua negara.

2 Investasi
Foto: jet tempur KFX/IFX (Achmad Dwi Afriyadi-detikFinance)
Foto: jet tempur KFX/IFX (Achmad Dwi Afriyadi-detikFinance)


Pengembangan itu berapa investasinya?
Kalau nggak salah 8,7 triliun korea won. Hanya pengembangan.
Kalau sampai produksi berapa?
Nanti itu kan kalau produksi pesawat, kita jual kan ada harga pesawat, nanti itu ada perhitungan lagi. Tapi beda perhitungan development cost yang lebih mahal, dibandingkan harga pesawat untuk produksi. Kalau produksi kan sudah sertifikasi, tinggal produksi. Tapi kalau ini banyak literasi makanya 10 tahun menghasilkan 6 pesawat terbang dan 2 pesawat non terbang. Prosesnya panjang dan itu sangat ketat.
2026 baru produksi, berapa harganya?
Baru produksi massal dan harganya beda, nanti ada perjanjian lagi. Perjanjian itu bertahap, dari tahap teknologi development 2011-2012, EMD 2016-2026, nanti tahap produksi ada perjanjian lagi.
Desain pesawat siapa yang bikin?
Kita dengan Korea, artinya tim engineering KAI Korea Aerospace Industries. Kedua negara, karena banyak teknologi Amerika. Korea sebenarnya gini, Korea banyak dapat bantuan dari Lockheed Martin, karena Korea membeli F-35, dari F-35 dapat offset teknologi dari Lockheed Martin. Kita dompleng sebenarnya. Kita tidak membeli apa-apa dari Amerika, tapi dapat teknologinya. Walaupun ada beberapa teknologi yang sekarang belum dapat approval dari pemerintah Amerika tapi itu adalah proses. Kita ada 129 teknologi item pesawat, kita dapat 120, dan 9 teknologi belum dapat, tapi itu proses. Salah satu alasannya, karena kita belum punya security data sistem, di level government. Itu makanya proses karena dikhawatirkan kalau teknologi ini bocor.
Sepintas kaya F-22 Raptor?
(Kaya) F-22 dan F-35.
Kenapa seperti itu?
Karena memang yang mengembangkan Korea, Korea waktu di device ada 2 pesawat, satu American type ada sayap ada ekor. Kedua European type, sayap dengan canon di depan, Euro fighter kan beda. Setelah melalui evaluasi, apalagi menggunakan teknologi Amerika, mereka pilih tipe ini. Dan ini twin engine.
Ada alasan lain?
Kalau menurut saya karena Korea arahnya ke Amerika, itu teknologi Amerika. Makanya dia memutuskan mendekati pesawat-pesawat model Amerika. Dan karena medium class di atasnya F 16, kapabilitas di atas F-16, tapi masih secara teknologi di bawahnya F-35, F-22.
Ini termasuk tipe siluman?
Sekarang kita sebut semi stealth, tidak total siluman tapi semi, karena di tengah air to air beyond vessel itu semi konfirmal tertanam separuh, tapi di sini masih ada weapon kan. Dari sisi bentuk mengacu konfigurasi stealth, tapi senjata masih diluar makanya kita sebut semi. Tapi perencanaan ke depan fully stealth, kalau stealth kaya F-22, weaponnya di dalam pesawat. Tapi itu panjang.
Kami sebut semi stealth karena sudah mengikuti siluman walaupun tidak penuh. Karena senjata masih bisa terdeteksi, tapi engine kita design tidak terbaca dari radar depan lawan. Tapi senjata masih kebaca masih, ada panasnya. Senjata tertanam separuh itu mengurangi radar protection istilahnya.
Kemampuan khusus KFX/IFX apa?
Kemampuan khususnya dia memang multirule medium, dia menggunakan advance avionik artinya menggunakan radar yang menangkap lawan target di atas dan di bawah. Juga dilengkapi optical targeting sytem yang sebagai mata bisa menangkap beberapa lawan. Dia juga dilengkapi electronic jammer, bisa nge-jamm secara electronik, pernah dengar kan perang elektronik, elektronik lawan bisa kita jam sehingga tidak berfungsi. Merusak sistem elektronik mereka. Ini salah satu keunggulannya. Dan semi stealthnya.
Produksi KFX/IFX di mana?
Indonesia dan Korea, kan nanti ada komponen, setiap produksi Indonesia pasti ada komponen dibuat dari Korea, dengan komposisi share. Kalau 80:20 ya mereka 80 komponen, tapi produksi di Korea ada komponen di Indonesia. Pada waktu produksi di Indonesia, selain pembuatan komponen dari kita, diintegrasikan komponen dari Korea.
Jadi tiap-tiap negara produksi?
Iya, jadi contohnya untuk 48 pesawat TNI AU itu akan diproduksi di sini, tapi tetap komponan ada dari Korea sesuai share 80:20. Dan sebetulnya Korea KAI juga menjanjikan, mereka tahu labor rate rendah dari mereka. Kalau kita punya quality yang bagus, kalau pernjanjian 80:20 mereka menyampaikan nggak harus 80:20, 50:50 bisa, 60% pun bisa asal itu dipenuhi. Kenapa, karena lebih menguntungkan di sini.
20% itu apa yang Indonesia produksi?
Kan kita ingin sayapnya kita buat di sini, ekor kita buatnya di sini. Selebihnya mungkin dari mereka, kan itu ada hitung-hitungan komponen.
Mesinnya dari mana?
Mesinnya dari GE (General Electric). Kan ada 3 pabrikan yang distudi ada GE, PwC, ada EuroJet. Sekarang sudah ditentuin dari GE. GE F 414.
Kecepatan supersonik?
Iya supersonik.





Credit  finance.detik.com