Jumat, 09 November 2018

Apa Kabar Proyek Jet Tempur Buatan RI-Korea Selatan?


Foto: jet tempur KFX/IFX (Achmad Dwi Afriyadi-detikFinance)
Foto: jet tempur KFX/IFX (Achmad Dwi Afriyadi-detikFinance)



Jakarta - Sebuah stan dalam pameran Indo Defence 2018 Expo & Forum di JIExpo Kemayoran menyita perhatian pengunjung. Sebab, stan yang diisi oleh perusahaan pelat merah PT Dirgantara Indonesia (PTDI) itu memasang miniatur jet tempur.

Sekilas, pesawat itu mirip pesawat tempur siluman buatan Amerika Serikat (AS) F-22 Raptor. Kemiripan itu terlihat dari bentuk sayap tengah dan sayap kecil di bagian belakangnya. Bedanya, dalam miniatur yang terpasang roket di bagian bawah sayap.

Jet tempur yang dipajang itu bernama Korean Fighter Experimental/Indonesian Fighter Experimental (KFX/IFX). Jet tempur itu merupakan pesawat yang tengah dikembangkan oleh Indonesia bersama dengan Korea Selatan.

Proyek KFX/IFX diiniasi pihak Korea Selatan. Indonesia menyatakan minat untuk ikut serta pada tahun 2009 yang ditandai dengan penandatangan letter of intent (LoI). Kemudian, LoI ini berlanjut dengan kesepakatan pengembangan bersama.

Di sela-sela kesibukannya mengurus pameran, Kepala Program KFX/IFX dari PTDI Heri Yansyah bercerita mengenai seluk-beluk proyek jet tempur ini. Dia juga berbicara mengenai kecanggihan pesawat.

Berikut petikan wawancara Heri Yansyah dengan detikFinance pada 7 November 2018 lalu:


1 Awal Pengembangan
Foto: jet tempur KFX/IFX (Achmad Dwi Afriyadi-detikFinance)
Foto: jet tempur KFX/IFX (Achmad Dwi Afriyadi-detikFinance)


Bisa dicerikan awal mula pengembangan KFX/IFX?Asal mulanya ada kerja sama, yang jelas program pemerintah, ada LoI (letter of intent) yang ditandatangani 2009, dihadapan Presiden. Kemudian ada MoU 2010 di tandatangani dua Menteri Pertahanan di hadapan Presiden.
Jadi tahapan KFX dibagi 3 tahap, pertama itu pengembangan teknologi, itu sudah dilaksanakan 2011-2012. Targetnya itu mengidentifikasi semua requirement kedua negara, abstract. Dari abstract itu kita bangun, kemudian kita kembangkan konsep teknologi yang memenuhi opsreq (operational requirements) ini. Itu 2011-2012.
Habis itu ada tahap namanya EMD engineering manufacturing development. Ini protoyping development, jadi ini 10 tahun. Ada vakum di Korea karena harus ada feasbility study. Sehingga baru dijalankan 2016 kemarin. Jadi 10 tahun 2016 sampai 2026 itu sertifikasi.
Nah di 2 tahun pertama 2016 sampai 2018 itu namanya primary design, dari hasil konsep tadi didetilkan, kontak vendor, suplier, kita freeze konfigurasi pertengahan tahun 2018. Sekarang masuk tahap detil. Detil analisa dan seterusnya, 2019 besok itu sudah masuk tahap produksi. Dari gambar-gambar itu kita produksi.
Prototype yang pertama itu 2021. Ada 6 prototype yang terbang, ada 2 prototype yang tidak terbang. Yang tidak terbang ini dipakai uji starting, struktur. Yang 6 ini dipakai untuk sertifikasi, uji aerodinamik, struktur, systemnya, avioniknya, fligth controlnya, semuanya. Tapi yang 2 itu uji kekuatan struktur.
Tahun 2026 itu pengembangan saja?
Prototype pertama sudah dibuat, nanti ada first flight, kemudian kedua beda berapa bulan, ketiga, dan seterusnya ada first flight setiap prototype ini. Nah, kemudian masuk ke proses sertifikasi targetnya 2026 selesai. Kemudian setelah itu masuk tahap produksi massal. Dalam 10 tahun ini hanya pengembangan doang. Habis itu 2026 ke atas masuk produksi, walaupun 2024 kita sudah keluar namanya initial production approval, ada bagian-bagian mendapat persetujuan diproduksi.
Alasan Korea Selatan menggandeng Indonesia?
Kalau mereka sampaikan, pertama Indonesia itu menurut mereka di tahun 2040 menjadi negara besar, dan mereka melihat potensi itu. Kedua, mereka melihat Indonesia punya kemampuan mengembangkan pesawat, walaupun bukan pesawat tempur. Jadi pada waktu kita mengembangkan pesawat mereka evaluasi, posisi kita ada di mana. Kalau mereka konsisten mengembangkan pesawat tempur, kalau kita transport. Jadi ada gap, gap suatu faktor itu yang akan diimprove. Hanya beda sekitar 3 tahun, beda pengalaman dengan mereka untuk fighter.
Mereka melihat itu, kita punya kapabilitas itu, kita punya resources juga manufakturing, dan seterusnya, dan market. Karena ini akan jadi captive market, Indonesia sudah pasti membeli pesawat ini, dan Korea membeli pesawat ini. Dan sekarang mencari joint marketing untuk negara di luar negara Indonesia dan Korea.
Berapa pesawat yang akan diproduksi?
Jadi kalau produksi sesuai MoU, kita 48 pesawat, Korea 120 pesawat. Itu di MoU, 168 pesawat. Itu produksi kalau pengembangan 6 prototype yang dapat sertifikasi. Kalau produksi, kita 48 pesawat, Korea 120 pesawat. Nanti tinggal kita cari market yang di luar dua negara.

2 Investasi
Foto: jet tempur KFX/IFX (Achmad Dwi Afriyadi-detikFinance)
Foto: jet tempur KFX/IFX (Achmad Dwi Afriyadi-detikFinance)


Pengembangan itu berapa investasinya?
Kalau nggak salah 8,7 triliun korea won. Hanya pengembangan.
Kalau sampai produksi berapa?
Nanti itu kan kalau produksi pesawat, kita jual kan ada harga pesawat, nanti itu ada perhitungan lagi. Tapi beda perhitungan development cost yang lebih mahal, dibandingkan harga pesawat untuk produksi. Kalau produksi kan sudah sertifikasi, tinggal produksi. Tapi kalau ini banyak literasi makanya 10 tahun menghasilkan 6 pesawat terbang dan 2 pesawat non terbang. Prosesnya panjang dan itu sangat ketat.
2026 baru produksi, berapa harganya?
Baru produksi massal dan harganya beda, nanti ada perjanjian lagi. Perjanjian itu bertahap, dari tahap teknologi development 2011-2012, EMD 2016-2026, nanti tahap produksi ada perjanjian lagi.
Desain pesawat siapa yang bikin?
Kita dengan Korea, artinya tim engineering KAI Korea Aerospace Industries. Kedua negara, karena banyak teknologi Amerika. Korea sebenarnya gini, Korea banyak dapat bantuan dari Lockheed Martin, karena Korea membeli F-35, dari F-35 dapat offset teknologi dari Lockheed Martin. Kita dompleng sebenarnya. Kita tidak membeli apa-apa dari Amerika, tapi dapat teknologinya. Walaupun ada beberapa teknologi yang sekarang belum dapat approval dari pemerintah Amerika tapi itu adalah proses. Kita ada 129 teknologi item pesawat, kita dapat 120, dan 9 teknologi belum dapat, tapi itu proses. Salah satu alasannya, karena kita belum punya security data sistem, di level government. Itu makanya proses karena dikhawatirkan kalau teknologi ini bocor.
Sepintas kaya F-22 Raptor?
(Kaya) F-22 dan F-35.
Kenapa seperti itu?
Karena memang yang mengembangkan Korea, Korea waktu di device ada 2 pesawat, satu American type ada sayap ada ekor. Kedua European type, sayap dengan canon di depan, Euro fighter kan beda. Setelah melalui evaluasi, apalagi menggunakan teknologi Amerika, mereka pilih tipe ini. Dan ini twin engine.
Ada alasan lain?
Kalau menurut saya karena Korea arahnya ke Amerika, itu teknologi Amerika. Makanya dia memutuskan mendekati pesawat-pesawat model Amerika. Dan karena medium class di atasnya F 16, kapabilitas di atas F-16, tapi masih secara teknologi di bawahnya F-35, F-22.
Ini termasuk tipe siluman?
Sekarang kita sebut semi stealth, tidak total siluman tapi semi, karena di tengah air to air beyond vessel itu semi konfirmal tertanam separuh, tapi di sini masih ada weapon kan. Dari sisi bentuk mengacu konfigurasi stealth, tapi senjata masih diluar makanya kita sebut semi. Tapi perencanaan ke depan fully stealth, kalau stealth kaya F-22, weaponnya di dalam pesawat. Tapi itu panjang.
Kami sebut semi stealth karena sudah mengikuti siluman walaupun tidak penuh. Karena senjata masih bisa terdeteksi, tapi engine kita design tidak terbaca dari radar depan lawan. Tapi senjata masih kebaca masih, ada panasnya. Senjata tertanam separuh itu mengurangi radar protection istilahnya.
Kemampuan khusus KFX/IFX apa?
Kemampuan khususnya dia memang multirule medium, dia menggunakan advance avionik artinya menggunakan radar yang menangkap lawan target di atas dan di bawah. Juga dilengkapi optical targeting sytem yang sebagai mata bisa menangkap beberapa lawan. Dia juga dilengkapi electronic jammer, bisa nge-jamm secara electronik, pernah dengar kan perang elektronik, elektronik lawan bisa kita jam sehingga tidak berfungsi. Merusak sistem elektronik mereka. Ini salah satu keunggulannya. Dan semi stealthnya.
Produksi KFX/IFX di mana?
Indonesia dan Korea, kan nanti ada komponen, setiap produksi Indonesia pasti ada komponen dibuat dari Korea, dengan komposisi share. Kalau 80:20 ya mereka 80 komponen, tapi produksi di Korea ada komponen di Indonesia. Pada waktu produksi di Indonesia, selain pembuatan komponen dari kita, diintegrasikan komponen dari Korea.
Jadi tiap-tiap negara produksi?
Iya, jadi contohnya untuk 48 pesawat TNI AU itu akan diproduksi di sini, tapi tetap komponan ada dari Korea sesuai share 80:20. Dan sebetulnya Korea KAI juga menjanjikan, mereka tahu labor rate rendah dari mereka. Kalau kita punya quality yang bagus, kalau pernjanjian 80:20 mereka menyampaikan nggak harus 80:20, 50:50 bisa, 60% pun bisa asal itu dipenuhi. Kenapa, karena lebih menguntungkan di sini.
20% itu apa yang Indonesia produksi?
Kan kita ingin sayapnya kita buat di sini, ekor kita buatnya di sini. Selebihnya mungkin dari mereka, kan itu ada hitung-hitungan komponen.
Mesinnya dari mana?
Mesinnya dari GE (General Electric). Kan ada 3 pabrikan yang distudi ada GE, PwC, ada EuroJet. Sekarang sudah ditentuin dari GE. GE F 414.
Kecepatan supersonik?
Iya supersonik.





Credit  finance.detik.com