Kamis, 22 November 2018

Korsel Jadi Presiden Interpol, Rusia Protes


Korsel Jadi Presiden Interpol, Rusia Protes
Ilustrasi )(REUTERS/Pawel Kopczynski


Jakarta, CB -- Interpol menunjuk kandidat dari Korea Selatan Kim Jong-yang sebagai presiden baru organisasi polisi internasional itu, Rabu (21/11). Rusia mengecam penunjukkan itu dan menyebut bahwa kandidat dari negaranya menerima "tekanan belum pernah terjadi sebelumnya" untuk memimpin Interpol. Kremlin menyatakan kecewa dan menyebut Prokopchuk diperlakukan tidak adil.

"Pemilihan itu terjadi di dalam tekanan dan campur tangan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam pemilihan ini," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada wartawan.

Semakin tinggginya seruan Barat Interpol untuk menolak kandidat asal Rusia Alexander Prokopchuk, menjadi pucuk pimpinan organisasi itu. Prokopchuk sendiri pernah menjabat di Kementerian Dalam Negeri Rusia dan menjadi wakil presiden Interpol saat ini. Namun,berkembang kekhawatiran kalau Moskow dapat menyalahgunakan kekuasaan mereka di Interpol untuk menargetkan lawan-lawan politik mereka.



Kim adalah presiden sementara Interpol, menggantikan presiden Interpol asal China Meng Hongwei yang menghilang saat dalam perjalanan kembali ke negara asalnya September lalu. Beijing kemudian mengatakan bahwa Meng mengundurkan diri akibat dituduh terlibat kasus suap di China.

Kim mendapat dukungan AS dan pemilihan dilakukan pada pertemuan delegasi dari negara-negara anggota di Dubai. Pertemuan itu merupakan pertemuan terbesar Interpol dengan 180 negara anggota, kata sekretaris jenderal Jurgen Stock.

Stock menyebut bahwa Interpol adalah badan yang "netral dan independen". Ia pun menyebut bahwa rincian dari pemungutan suara itu rahasia tidak akan dipublikasikan. Ia menyebut kalau pemilihan Kim adalah "demokratis, transparan, bebas dan jelas," kata Stock saat konferensi pers Dubai.

Dalam sebuah surat terbuka pekan ini, kelompok bipartisan senator AS memberikan tekanan atas pemilihan kepala Interpol. Menurut mereka jika Interpol Prokopchuk terpilih, hal itu akan seperti "menempatkan rubah yang bertanggung jawab atas kandang ayam".

"Rusia secara rutin menyalahgunakan Interpol untuk tujuan menyelesaikan skor dan melecehkan lawan politik, pembangkang dan jurnalis," tulis mereka.

Juru bicara Rusia Peskov menolak surat senator AS itu dan menyebutnya sebagai "contoh nyata" dari upaya untuk ikut campur dalam pemungutan suara.




Credit  cnnindonesia.com