Jumat, 22 Maret 2019

Suriah Sebut Akan Rebut Kembali Dataran Tinggi Golan


Suriah Sebut Akan Rebut Kembali Dataran Tinggi Golan
Ilustrasi latihan pasukan Israel di Dataran Tinggi Golan. (REUTERS/Nir Elias)




Jakarta, CB -- Pemerintah Suriah mengecam pernyataan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, soal usul untuk mengakui wilayah Dataran Tinggi Golan menjadi milik Israel. Mereka berjanji bakal merebut kembali kawasan itu dengan segala cara.

"Bangsa Suriah akan berusaha membebaskan tanah yang berharga ini dengan segenap cara," demikian pernyataan yang disiarkan Kantor Berita Suriah, SANA, seperti dikutip Reuters, Jumat (22/3).

Menurut Kementerian Luar Negeri Suriah, pernyataan Trump memperlihatkan sikap bias AS terhadap Israel. Menurut mereka wilayah itu adalah milik Suriah.


Rusia dan Iran yang merupakan sekutu Suriah juga mengecam pernyataan Trump soal Dataran Tinggi Golan. Kementerian Luar Negeri Rusia menyatakan sikap Trump sama saja melanggar keputusan Perserikatan Bangsa-Bangsa.


Sedangkan Kementerian Luar Negeri Iran menyatakan keputusan Trump soal Dataran Tinggi Golan tidak sah dan tidak bisa diterima.

Trump, menyatakan hendak mengakui Dataran Tinggi Golan, yang merupakan wilayah sengketa, menjadi milik Israel. Kawasan itu diduduki oleh Negeri Zionis pada Perang Enam Hari 1967 dan dicaplok dari Suriah pada 1981.

"Setelah 52 tahun kini saatnya untuk Amerika Serikat mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan, yang mana penting bagi strategi dan keamanan Israel serta kestabilan kawasan," cuit Trump melalui akun Twitter.

Dunia tidak mengakui pencaplokan Israel atas Dataran Tinggi Golan.

"Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sangat jelas menyatakan Dataran Tinggi Golan adalah wilayah Suriah. Dan aspek paling awal dalam resolusi 2254 adalah pengakuan wilayah Suriah," kata Perwakilan Khusus PBB untuk Suriah, Geir Pedersen.

Sebelum Trump menyampaikan pernyataan itu, Duta Besar AS untuk Israel, David Friedman, dan Senator South Carolina dari Partai Republik, Lindsey Graham, berkunjung ke Dataran Tinggi Golan bersama dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.


Trump juga dilaporkan sempat berkonsultasi dengan Penasihat Keamanan Nasional, John Bolton, perwakilan untuk perundingan internasional Jason Greenblatt, dan menantunya yang juga menjadi salah satu penasihat di Gedung Putih, Jared Kushner.

Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, menyatakan mendukung keputusan Trump.

"Presiden Trump dengan berani memutuskan hal itu, yang sangat penting bagi warga Israel. Ini akan menjadi sejarah," kata Pompeo dalam kunjungan di Tel Aviv, Kamis malam waktu setempat.

Sejumlah pihak menyayangkan langkah Trump soal Dataran Tinggi Golan. Sekretaris Jenderal Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), Saeb Erekat, menyatakan cemas dengan masa depan setelah sikap Trump itu.

"Apa yang akan terjadi di masa mendatang? Ketidakstabilan yang pasti dan pertumpahan darah di kawasan ini," kata Erekat.

Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu, menyatakan tetap mendukung Suriah mempertahankan Dataran Tinggi Golan.

"Kedaulatan wilayah adalah salah satu unsur mendasar dalam hukum internasional. Upaya AS untuk membenarkan aksi Israel melawan hukum internasional hanya akan menjurus kepada kekerasan di kawasan itu," kata Cavusoglu.


Israel menganggap Dataran Tinggi Golan sangat penting dari sisi pertahanan karena menjadi 'benteng' alami untuk menahan serangan dari wilayah Suriah. Apalagi saat ini front sudah terbuka karena Suriah merupakan sekutu Iran, yang merupakan musuh bebuyutan Negeri Zionis itu.

Mereka khawatir Iran bisa menggelar serangan terhadap Israel melalui Suriah. Apalagi Iran juga mengembangkan rudal jarak menengah dan mampu melakukan pengayaan uranium sebagai bahan utama pembuatan hulu ledak nuklir.




Credit  cnnindonesia.com