Foto/Ilustrasi/SINDOnews/Ian
BRUSSELS - Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa meminta Turki untuk membatalkan aksi militer sepihak di Suriah. Turki sebelumnya mengancam akan melancarkan serangan baru terhadap milisi Kurdi yang didukung Amerika Serikat (AS).
"Pernyataan kemungkinan operasi militer Turki di Suriah timur laut merupakan sumber keprihatinan," kata Federica Mogherini dalam sebuah pernyataan.
"Kami berbagi tujuan untuk mengakhiri kekerasan, mengalahkan terorisme dan meningkatkan stabilitas di Suriah dan wilayah yang lebih luas. Kami mengharapkan pihak berwenang Turki untuk menahan diri dari tindakan sepihak yang cenderung merusak upaya kontra Daesh koalisi atau untuk risiko ketidakstabilan lebih lanjut di Suriah," sambungnya, menggunakan akronim Arab untuk kelompok Negara Islam seperti disitat dari AFP, Minggu (16/12/2018).
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, pada hari Rabu mengatakan Turki akan meluncurkan operasi baru di Suriah dalam beberapa hari terhadap milisi Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG), yang memiliki dukungan Washington tetapi dianggap Ankara sebagai kelompok teroris.
Pentagon memperingatkan bahwa setiap aksi militer sepihak di Suriah utara akan "tidak dapat diterima".
Mogherini, menyebut Turki sebagai aktor yang sangat penting dalam krisis ini dan di wilayah ini, mengatakan bahwa ketika perang melawan Daesh memasuki tahap akhir, semua pihak harus bekerja menuju tujuan untuk memastikan kekalahan yang akan datang.
Setiap langkah militer Turki melawan YPG akan dipersulit oleh kemungkinan pasukan Ankara berhadapan dengan pasukan AS yang dikerahkan bersama milisi Kurdi.
Meskipun Turki dan AS adalah sekutu NATO, hubungan mereka telah mengalami ketegangan dalam beberapa tahun terakhir, terutama karena bantuan Washington untuk Kurdi memicu kemarahan Ankara.
Pada hari Jumat, Erdogan tampaknya tetap pada senjatanya, mengatakan bahwa Turki bertekad untuk membawa perdamaian dan keamanan ke daerah-daerah timur sungai Eufrat di Suriah utara.