Selasa, 04 Desember 2018

Presiden Macron Enggan Temui Pimpinan Demonstran dan Oposisi


Presiden Macron Enggan Temui Pimpinan Demonstran dan Oposisi
Presiden Prancis Emmanuel Macron. (REUTERS/Christian Hartmann)


Jakarta, CB -- Presiden Prancis, Emmanuel Macron enggan bertemu langsung dengan para pemimpin pengunjuk rasa 'Rompi Kuning' dan partai oposisi, selepas demonstrasi besar-besaran berujung kerusuhan pada Minggu pekan lalu. Macron malah mengutus Perdana Menteri Edouard Philippe untuk menemui kelompok penentangnya.

Mengutip The Guardian, Senin (3/12), aksi berbuntut kerusuhan itu terjadi pada Sabtu (1/12) siang hingga Minggu (2/12). Demonstrasi dimulai sejak dua pekan lalu, sebagai wujud protes kenaikan harga bahan bakar jenis solar dan pajak bahan bakar ramah lingkungan baru.

Sekitar 36 ribu orang ikut serta dalam aksi protes pada Sabtu lalu. Aksi protes kemudian berujung bentrok antara pengunjuk rasa dan polisi. Setidaknya lebih dari 100 orang terluka ketika mobil dan bangunan habis dibakar. Satu orang dinyatakan tewas dalam kecelakaan lalu lintas akibat demonstrasi.


Kepala Kejaksaan Paris Remy Heitz menyatakan sebanyak 378 orang ditahan dalam kerusuhan. Di mana 33 orang di antaranya berusia di bawah 18 tahun. Sebagian besar pengunjuk rasa yang ditangkap adalah pria berusia antara 30 sampai 40 tahun. Kebanyakan mereka bermukim jauh dari Paris dan mengaku sebagai bagian dari gerakan Rompi Kuning.


Menteri Dalam Negeri Christophe Castaner dan kepala stafnya akan ditanyai oleh komite senat pada Selasa besok. Dia bakal dicecar soal bagaimana pengunjuk rasa dapat melumpuhkan Paris selama berjam-jam.

Pemimpin sayap kanan Prancis, Marine Le Pen dan Jean-Luc Mélenchon bersama kepala partai sayap kiri La France Insoumise meminta Macron untuk membubarkan parlemen dan mengadakan pemilihan umum.

Setelah pulang dari KTT G20 di Argentina pada Minggu, Macron langsung memeriksa kerusakan di Arc de Triomphe. Monumen tersebut diselimuti coretan oleh massa pengunjuk rasa.


Sisa tabung gas air mata masih banyak terserak di selokan. Ketika kericuhan terjadi, pengunjuk rasa mengenakan topeng ski dan peralatan bernapas sehingga bisa berdiri tegak meskipun aparat menembakkan gas air mata.

Di sepanjang Avenue Kléber dekat Arc de Triomphe, bangkai-bangkai mobil yang hangus terbakar berjejer di tepi trotoar.




Credit  cnnindonesia.com