Selasa, 04 Desember 2018

Nelangsa Paris Ditinggal Turis Akibat Kerusuhan


Nelangsa Paris Ditinggal Turis Akibat Kerusuhan
Kawasan Arc de Triomphe saat kerusuhan terjadi di Paris pada Sabtu (1/12). (REUTERS/Stephane Mahe)


Jakarta, CB -- Para pekerja membersihkan mobil-mobil yang hangus terbakar, membersihkan dinding monumen Arc de Triomphe yang rusak dan mengganti jendela-jendela milik butik-butik mewah yang hancur di Paris pada hari Minggu (2/12) setelah kerusuhan terburuk dalam setengah abad terjadi di pusat ibu kota Prancis itu.

Ribuan polisi anti huru-hara dan pemrotes terlihat di jalanan biasa dipenuhi turis itu pada Sabtu (1/12). Lebih dari 400 orang ditangkap dan lebih dari 100 orang yang terluka. 


Aksi protes yang berujung kerusuhan ini tentu saja mengejutkan masyarakat Paris dan turis.


Di monumen Arc de Triomphe yang dibangun sejak abad ke-19, polisi mengamati para pekerja yang mulai membersihkan kawasan dari tempelan poster dan coretan grafiti.

Kalimat-kalimat yang tertera berisi kritik kepada Presiden Prancis Emmanuel Macron dan kaum borjuis.

"Saya telah bekerja untuk monumen sekitar di Paris selama 20 tahun dan saya belum pernah melihat kerusakan yang parah seperti di Arc de Triomphe sekarang. Ini kerusakan yang parah," kata pejabat Balai Kota Paris yang mengawasi pembersihan itu ketika timnya melakukan penghapusan grafiti bertuliskan "Macron Mundur".

Bukan cuma tempelan atau coretan, proses pembersihan dengan teknik yang kurang tepat--seperti menggosok dinding terlalu keras, juga bakal merusak monumen bersejarah itu.

Di Rue Royale di jantung kota Paris, setengah lusin pekerja dengan hati-hati mengganti panel kaca di bagian depan toko Dior.

Di sebelahnya seorang karyawan Chanel menyapu pecahan kaca dari lantai, sementara para tukang kayu memindahkan panel kayu lapis yang telah melindungi toko Gucci.

Pemerintah mengatakan akan mempertimbangkan keadaan darurat dalam menghadapi kerusuhan yang terjadi di seluruh negeri.

Kerusuhan di Paris akhir pekan kemarin adalah yang sejak pemberontakan mahasiswa Mei 1968 yang membuat pemerintah Prancis bertekuk lutut.


Kawasan Arc de Triomphe pada Sabtu (1/12). (REUTERS/Stephane Mahe)

Paris Kehilangan Turis

"Kami sudah khawatir untuk membayangkan yang bakal terjadi minggu depan," kata Claude, seorang wanita kaya yang tinggal di sebelah toko pakaian dalam Belle Armee yang terbakar habis.

"Negara kehilangan kendali. Mereka tidak bisa membiarkan ini terjadi. Mungkin tentara harus campur tangan."

Masyarakat Paris dan turis hanya bisa mengabadikan momen pasca kerusuhan melalui telepon genggamnya saat ini. Bukan pemandangan indah melainkan pemandangan serba gosong.

"Macron punya masalah dengan kekuasaannya. Semua orang sudah muak. Dia harus lebih banyak mendengar," kata Amaya Fuster, mengamati grafiti yang di jendela toko Printemps yang berbunyi: "Ada cukup uang dalam pundi-pundi pengusaha. Bagikan kekayaan!"

Pihak berwenang mengatakan kelompok-kelompok kekerasan dari paling kanan dan paling kiri serta "penjahat" dari pinggiran kota telah menyusup ke gerakan rompi kuning di Paris pada hari Sabtu.

Ada tanda-tanda bahwa beberapa pengacau adalah bagian dari gerakan anarkis dan anti-kapitalis: bank, perusahaan asuransi, rumah pribadi dan kafe kelas atas dan butik mewah termasuk di antara properti-properti dihancurkan dan dijarah.

Aksi protes yang berujung kerusuhan di Paris ini juga membuat denyut perekonomian Paris dari sektor wisata harus terhenti, padahal menjelang Natal dan Tahun Baru kota ini ramai diserbu turis mancanegara.

Kawasan Arc de Triomphe, yang merupakan kawasan belanja dan kongko paling popular, terlihat sepi ditinggalkan turisnya.

"Kami merasa liburan kami sudah berakhir. Tadinya kami ingin wisata belanja di Paris, tapi sepertinya kami akan langsung menuju Milan," kata Yao Lei, seorang turis dari China yang melihat video kerusuhan dari telepon genggam setelah mendarat.




Credit  cnnindonesia.com